Kebohongan yang Terungkap

4 0 0
                                    

"Kenapa berhenti?" tanya Ilyas saat Gilang menghentikan motor di depan sebuah sawah.

"Amran berhenti," sahut Gilang.

"Sudah sampai?" seru Ilyas pada Amran.

Amran menggeleng. "Ga tau, si Nata ngilang. Terakhir kulihat belok ke sini."

Ilyas memindai sekeliling, mencari jalan yang kemungkinan dilalui Nata.

"Kamu salah liat kali," ujar Gilang.

"Kita coba ke sana," kata Ilyas sembari menunjuk sebuah belokan ke arah kiri.

"Tunggu," tahan Amran yang mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor. "Kalian sudah menemukannya?" tanyanya setelah panggilannya dijawab. "Tanya dia di mana Gama. Paksa kalau ga mau ngomong." Amran menutup panggilan dan berbicara pada Ilyas dan Gilang. "Temanku lagi mendatangi Januar, sebentar lagi kita dapat infonya."

"Siapa Januar?" tanya Gilang.

"Teman baik Gama. Kemungkinan Nata juga mendatanginya dulu sebelum ke tempat Gama," jelas Amran. "Dia juga yang memberiku job untuk menghancurkan motor kalian."

"Brengsek!" maki Gilang.

"Sudah, jangan bahas itu kalau ga mau suasananya panas," ujar Ilyas.

"Aku juga belum minta maaf sama kamu soal yang dulu itu," kata Amran pada Ilyas.

"Yang harus kamu mintai maaf itu Freya, kamu sudah membuat masa SMP-nya berantakan dan sekarang membuatnya masuk rumah sakit," sahut Ilyas.

Amran mengangguk-angguk. "Kamu benar, aku sudah banyak salah padanya. Nanti aku akan minta maaf padanya."

"Nggak usah nunggu nanti, sekarang juga bisa."

Tak lama setelah Ilyas mengatakan hal itu, sebuah motor berhenti di dekat mereka dan Freya melompat turun dari motor. "Mana Nata?"

***

Nata duduk berhadapan dengan Gama di sofa ruang tamu, di depan mereka masing-masing terdapat segelas es teh manis yang tak tersentuh sama sekali. Ada rasa enggan dan ketidaksabaran di sana.

"Diminum tehnya," ujar Yani yang baru kembali setelah mengantar Marina ke kamar.

"Makasih, Tante, tapi sekarang bukan waktunya minum," sahut Gama.

Yani tersenyum maklum terhadap ketidaksabaran Gama. Wanita itu sudah mengenal Gama semenjak usia Gama lima tahun sehingga paham benar tabiat mantan anak majikannya itu. "Diminum, Nak Nata." Yani beralih pada Nata.

"Makasih, Tante." Nata meraih gelas dan menyesap minuman itu sedikit sebelum meletakkannya kembali ke meja. "Saya rasa Tante berhutang penjelasan pada saya dan Gama," ujarnya kemudian.

Meniti MimpiWhere stories live. Discover now