꒰ πέντε ꒱

27.3K 7.1K 2.3K
                                    

Disinilah mereka berada, di uks sekolah, berlima. Beomgyu, Jeongin, Jerome, dan Asahi.

Mereka sengaja memilih uks karena sekitarnya sepi, tempatnya paling ujung dan agak terbelakang dari yang lain. Bukan uks utama kok, ini uks untuk orang-orang yang letak kelasnya di belakang. Sebab uks utama ada di dekat pintu utama, sekolah mereka luas, nanti keburu pingsan kalau ada yang sakit.

Omong-omong, sekolah mereka indoor, tapi AC tidak dipasang di koridor, hanya di dalam ruangan saja.

"Kalian tau gak kalau ada yang aneh di pohon beringin belakang sekolah?" Tanya Jerome memberi tahun info terkini setelah mendengar gosip teman sekelasnya.

"Aneh gimana?" Tanya Jeongin tak mengerti.

"Denger-denger pohon itu tempat keluar-masuk ke dimensi lain, entah ke tempat yang berbeda, waktu yang berbeda, atau bahkan dunia paralel yang berbeda."

"Lo percaya ada dunia paralel?!" Tanya Beomgyu mencebikkan bibirnya, hari ini dia lumayan sensi, jadi semua digas sama dia.

"Gak juga sih, tapi kenapa kita gak coba ke pohon itu? Siapa tau kita bisa ke tempat dimana fire phoenix berada."

"Tumben pinter," celetuk Asahi tertawa pelan, hampir tak terdengar suaranya.

"Mentang-mentang peringkat satu seangkatan, lo lupa kalau gue peringkat limanya?"

Asahi mengedikkan pundak tak peduli, pura-pura tak mendengar sambil garuk-garuk telinga.

"Mau coba ke pohon itu? Gue sih ayo aja," tawar Jeongin, membuat Beomgyu yang lagi minum koka kola tersedak.

"Jangan aneh-aneh, kalau bahaya gimana hah?!"

"Dari awal kita dalam bahaya, Gyu. Permainan kutukan itu bakal berlanjut, kita juga gak tau siapa dan kapan kutukan itu terjadi. Lo gak mau kan kita semua kena?"

Beomgyu bungkam.

"Gak mau kan? Nah Jer, kira-kira kapan pintu dimensinya kebuka?"

Jerome berpikir keras, mengingat-ingat obrolan teman-teman sekelasnya.

"Oh, gue inget!" Ucapnya menjentikkan jari. "Katanya, pintu menuju dimensi lain bakal kebuka setiap pukul 18.00, tepat dimana matahari terbenam."


















































Daehwi meringis, lukanya tak kunjung hilang, walaupun tidak lagi menjalar ke seluruh tubuhnya. Sebenarnya dia ingin sekolah, tapi dilarang keras sama Hyunsuk. Bisa geger satu sekolah kalau melihat keadaannya sekarang.

Mulutnya gatal untuk gibah bersama, teriak-teriak di kelas, adu debat dengan Beomgyu atau Chenle, dan meledek ibu kantin penjual nasi uduk.

Dasar.

"Hwi, Bu Suzy bilang apa aja ke lo?" Tanya seseorang baru datang dari kamar mandi, dia Kyungho.

Loh, kenapa dia ada di rumah Daehwi? Dia bolos dengan alasan sakit, hilih.

"Masa ya, dia bilang gak pake pelaku, maksudnya yang bikin korban mati. Gak mungkin, pasti ada. Sejujurnya, gue ngerasa pihak sekolah sembunyiin sesuatu. Apalagi si botak, greget banget pengen gue jadiin bola itu kepala."

"Hwi, lo harus jaga ucapan mulai sekarang," tegur Kyungho serius. "Gue takut mulut lo kena juga, kutukan itu gak main-main. Ini permainan, hampir mirip teka-teki, kita harus cari solusinya sampai ketemu. Gue gak mau ada yang gugur, kita semua harus bertahan sampe selesai."

"Haha, lucu lo," tawa Daehwi hambar, wajahnya datar. "Asal lo tau, Bu Suzy sempet bilang ke gue kalau permainan terkutuk ini gak akan kasih kabar gembira untuk kita semua-"

"Kulit manggis, kini ada ekstraknya," potong Kyungho bercanda.

"Heh, dengerin dulu! Ini menyangkut nyawa, N Y A W A !"

Kyungho tersentak. "Nah kan, toanya balik lagi."

"Lo mau tau gak sih?"

"Iya iya, emang kenapa sama nyawa? Bukannya sejak awal permainan ini menyangkut nyawa?"

Daehwi mengangguk. "Iya, permainan ini memang menyangkut nyawa. Tapi lo tau gak, ada yang lebih parah lagi. Bu Suzy yang bilang, gue harap sih gak terjadi."

"Apaan emangnya?"












































































"Bu Suzy bilang, di antara kita gak ada satupun yang hidup di akhir permainan. Kata lainnya, kita semua mati."

Cursed Game | 01 Line ✓Where stories live. Discover now