꒰ είκοσι εννέα ꒱

21.2K 6.4K 5.7K
                                    

Mashiho merasa bersalah, dia gagal menjadi penyihir yang baik. Dia gagal melindungi teman-temannya, dia malah dikhianati oleh teman baiknya sendiri.

Sungchan, penyihir dengan peringkat teratas di Hogwarts. Teman baiknya selama disana, orang yang ramah dan terkenal akan kebaikannya. Tak disangka, semua itu palsu.

Ingin menguasai dunia dengan alasan agar semuanya tunduk padanya, alasan yang sangat klasik.

"Lin, maaf..." lirih Mashiho terbatuk mengeluarkan darah, jatuh berlutut dengan paksa.

Guanlin mendecih, dia tidak suka melihat temannya diperlakukan seperti itu. Tapi apa daya, ingin menolong namun dia tak bisa. Mulut pistol menempel di keningnya, Beomgyu yang melakukannya.

Dementor berdatangan, para death eaters di atas sana lah yang mengundang mereka. Walau jumlahnya tak begitu banyak, tetap saja berbahaya.

Dementor itu dipanggil untuk Guanlin, oh tidak.

"Gimana Lin? Demigod kok gak bisa ngapa-ngapain," ejek Sungchan sambil memainkan pulpen milik Jeongin. "Anak Ares kok lemah begini, cuma gara-gara Mashiho lo gak berani ngelawan."

"Karena gue gak mau temen gue kenapa-napa, gue peduli sama hidup temen gue. Gak kayak lo," ejek Guanlin membalas.

"Oh, gitu ya?"

Langit semakin gelap, petir menyambar dimana-mana. Para dementor semakin dekat, angin berhembus kencang, disusul membekunya tumbuhan di sekitar mereka.

Sungchan mendorong Mashiho ke depan, Beomgyu langsung menodongkan pistolnya yang satu lagi tanpa ragu. Sihir Sungchan benar-benar menguasai dirinya secara penuh.

Jujur, walaupun Beomgyu banyak bicara, emosian, dan suka bertengkar, Guanlin ingin Beomgyu kembali lagi.

"Nah, tamu undangan udah dateng. Siap-siap ya," kata Sungchan duduk santai di atas batu besar.

Dementor turun dari langit, terbang cepat ke arah mereka bertiga. Mashiho dan Guanlin saling melempar pandang. Mashiho mengernyitkan kening tanda heran, Guanlin kok tidak takut sama sekali? Dia malah melihat ke─

"Expecto patronum!" Seru Junseo mengarahkan tongkat sihirnya ke atas.

Sungchan terkejut. "Loh, kok gak-"

"Kenapa Chan? Kaget ya?"

Jerome terbang sambil tertawa, menyerang death eaters terdekat dengan apinya. Di bawahnya ada Asahi, ia membidik tangan Beomgyu, lalu menarik pelatuknya.






DOR!






"ARGH!"

"Guanlin, Mashiho, tahan Beomgyu!"

Junseo mengarahkan tongkat sihirnya ke Beomgyu. "Surgito!"

"Argh! Mati kalian!"

"Asahi, sihirnya gak berfungsi! Mantra imperionya terlalu kuat!" Keluh Junseo, kemudian memilih mengurus para dementor lain yang semakin dekat.

Para dementor terhalau ke belakang, sihir Junseo terlalu besar dan sulit ditahan oleh mereka. Sekarang targetnya adalah Sungchan, dia harus mengalahkan orang itu agar semuanya selesai.

"Lo pasti bingung kan kenapa pengaruh sihir lo ke Junseo hilang? Gue yang hilangin, keren kan?! Awokawok! Semoga setelah ini pangkat gue dinaikin sama Kak Yoshi," tawa Jerome dari atas sana.

"Kurang ajar! Kalian semua bakal mati, kalian pikir cuma segini aja?!" Teriak Sungchan murka, membuat portal besar di sampingnya.

Bum! Bum! Bum!

Tanah bergetar, suara dentuman terdengar. Dari portal itu, keluar makhluk bertubuh besar dengan tanduk di kepalanya.

"Bum, shake shake shake bum. Sedikit dikit kamu marah." Jerome malah nyanyi.

"Anjing, kenapa lo bawa monster kesini?!" Guanlin tak habis pikir, bagaimana bisa Sungchan membawa makhluk itu. Ini gawat, nyawa teman-temannya terancam.

Junseo menghadap Sungchan. "Accio!"

"Expelliarmus!"

Bukan tongkat sihir Sungchan yang terambil, justru tongkat sihir Junseo terlempar dan sekarang ada di tangan Sungchan. Penyihir dengan peringkat pertama memang sulit dikalahkan. Junseo bisa saja mengalahkannya, tapi tenaganya terkuras akibat sihir yang mengendalikan dirinya sebelumnya.

"Mashiho, lo ke Junseo, gue harus rebut pulpen punya Jeongin dari Sungchan," suruh Guanlin bersiap lari.

"Ta-tapi..."

"Mati kalian!" Teriak Beomgyu menghempaskan tangan Guanlin dan Mashiho sampai mereka jatuh duduk ke belakang.

Tenaganya kuat sekali, dia marah. Pistolnya kembali di arahkan ke mereka berdua, bersiap untuk ditembakkan.

Tapi Asahi datang, merebut kedua pistol dari tangan Beomgyu lalu melemparnya ke danau. Pedang milik temannya yang ia ambil tadi diarahkan ke depan.

Sekarang Asahi terlihat seperti pangeran, surai putihnya bergerak diterpa angin, menambah kesan tampan yang ada.

"Sadar, Beomgyu. Mereka temen lo, ayo sadar!"

"Dia gak bakal sadar, percuma," kata Sungchan. "Daripada buang tenaga, mending langsung mati aja. Tapi gak seru ya? Haha."

"Beomgyu! Kalau lo gak sadar juga, Toto gue potong terus gue goreng!" Ancam Asahi tak main-main.

Ajaibnya, warna mata Beomgyu berubah seperti semula. Dia langsung teriak-teriak.

"APA?! LO BILANG APA BARUSAN?!"

Asahi tersentak. "Loh, mempan?"

Beomgyu menunjuk-nunjuk Asahi dengan marah. "BADAN LO YANG GUE POTONG, SINI MAJU! ENAK AJA MY LOVELY TOTO MAU DIGORENG!"

"Kok... alay?" Gumam Mashiho menepuk jidat.

"Apa-apaan! Bunuh mereka sekarang juga!" Perintah Sungchan menyihir Beomgyu hingga kembali dalam kendalinya.

Sial, padahal sudah bagus dia kembali sadar, malah disihir lagi.

Monster-monster dan para dementor berdatangan mengepung mereka. Jerome tak tahu harus apa, dia harus menahan death eaters yang ingin memanggil dementor lainnya.

"Nah sekarang, siapa yang bakal bantu kalian lawan semua bawahan gue kalau jumlahnya sebanyak ini?" Tanya Sungchan tersenyum miring.

"Auuuuu!"

Lolongan serigala terdengar nyaring dari dalam hutan, membuat atensi mereka beralih kesana. Seseorang dengan pakaian penuh darah dan robek di bagian kaki dan lengan berjalan dengan amarah yang menggebu-gebu ke arah mereka.

"Jaehyuk?!"

Cursed Game | 01 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang