꒰ επτά݄ ꒱

26.3K 6.8K 3.6K
                                    

"Kapan portalnya kebuka?" Tanya Beomgyu kesal menunggu.

Sekarang pukul 18.00, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan portal di pohon beringin yang dimaksud Jerome.

Asahi pun sama kesalnya, sejujurnya dia ada urusan penting yang harus diselesaikan. Tapi portal ini sama pentingnya, mungkin?

"Gue kan gak tau bener atau engga," cibir Jerome.

Jeongin meraba kulit pohon tersebut, dia merasakan getaran aneh dari dalamnya, aura misterius menyergap masuk ke tubuhnya. Sebagai orang yang tahu menahu tentang tumbuhan, dia yakin pohon beringin ini benar-benar memiliki portal.

"Kalian berempat ngapain disitu?"

"Lo sendiri ngapain disini?"

Jaehyuk nyengir sambil membenarkan posisi tasnya. "Lagi temenin Mashiho sama temennya."

"Ngapain?"

"Gak tau, pokoknya berhubungan sama sihir deh. Mereka lagi selidikin ruang guru, lebih tepatnya meja Bu Suzy. Gue gak ngerti mereka ngapain."

"Oh─ ANJIR, PORTALNYA MUNCUL!" Pekik Jerome melompat kaget.

Beomgyu melotot tak percaya, ada lingkaran cahaya yang berputar-putar muncul di batang pohon, tingginya melebihi tingginya Guanlin, dia yakin itu.

"WAH, HARUS DIREKAM NIH BIAR VIRAL!" Kata Jaehyuk heboh seraya mengubek-ubek tasnya, mencari ponselnya.

Sebagai orang terdekat di pohon, Jeongin memeriksa portal itu dengan cara menjulurkan tangannya masuk ke dalam. Dia merasa tangannya seperti terserap, ini benar-benar portal.

"Jadi gimana?" Tanya Asahi dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Ayo masuk," jawab Jeongin mengajak, menatap serius teman-temannya.

"Lo yakin portalnya aman?" Tanya Beomgyu kurang setuju.

"Aman, percaya sama gue."

Jerome mengangguk. "Ya udah, kita semua pegangan tangan biar gak nyasar."

"Err... oke?"

Jeongin berdiri paling depan, lalu Asahi, Jerome, kemudian Beomgyu. Mereka berempat saling tatap sejenak, lalu mengangguk bersamaan.

"Kita pergi ke tempat dimana kita bisa dapet bantuan atau pencerahan tentang sihir yang masuk ke dalam tubuh kita. Gue harap kita bisa balik kesini tepat waktu," ucap Jeongin, mengenggam kuat lengan Asahi.

Kemudian mereka berempat melangkah masuk ke dalam portal bersama-sama, sebelum portal tertutup dan menghilang dari pandangan mata.

"Nah, ketemu juga nih hp─LOH, MEREKA KEMANA?!"


























































Demi apapun, Wonjin takut pulang sendirian sekarang. Gang kecil yang ia lewati begitu meresahkan, semilir angin membuat bulu kuduknya berdiri.

Seharusnya dia menerima ajakan Chenle untuk pulang bersama, tapi ia tolak karena harus pergi ke rumah Hyunsuk demi mendapat penjelasan tentang semuanya.

"Duh, kenapa gue ngerasa ada yang ngikutin ya..." gumamnya takut, mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai ke tujuan.

Tap tap tap

Terdengar langkah kaki dari belakang, kecepatannya sama dengan kecepatan langkah kakinya. Wonjin tak berani melihat, dia harus bersikap setenang mungkin agar tak terjadi hal buruk padanya.

Padahal, seharusnya dia lari saja daripada berjalan.

"Rumahnya Hyunsuk belok kemana sih? Kasih alamat kok gak jelas," gerutunya kesal karena dihadapkan dengan pertigaan.

Tak peduli kemana dia berjalan, Wonjin memutuskan untuk berbelok ke kanan. Namun itu pilihan yang salah, sebab sekarang kanan dan kirinya kebun semua. Sepi, sunyi, penerangan minim, seketika ia menyesal dan memaki dirinya sendiri.

Ia berhenti sejenak, di depan sana jalan buntu. Sial, dia terjebak. Mau tak mau ia berbalik untuk kembali ke pertigaan.

"Mau kemana?"

"AKHHH!"

Wonjin terlonjak ke belakang, seseorang menghalangi jalannya. Pakaiannya serba hitam, wajahnya tertutupi oleh topeng putih berwajah seram.

Ini buruk.

"Cursed Game bakal terus berjalan, dan sekarang waktunya bagi korban selanjutnya untuk dapat kutukan."

Wonjin terkejut. Oh tidak, dia dalam bahaya.

"Ayo jawab teka-tekinya~ lebih duluan telur atau ayam?"

"Y-ya mana gue tau!"

Orang itu terkekeh, Wonjin merinding dibuatnya.

"Oke, karena lo gak bisa jawab, tandanya lo bakal dapet kutukan~ selamat menemui ajal, Ham Wonjin~"

"Tunggu, lo itu─ AAAAAAH!"

Teriakan Wonjin begitu keras, serangga-serangga datang menghampirinya, merayap naik ke tubuhnya. Sebisa mungkin ia tepis semua serangga itu, namun jumlahnya cukup banyak, bahkan mulai menggigit kulitnya.

"Hahaha! Gue pergi dulu ya," pamit orang asing itu, kemudian melenggang pergi dengan santai sambil bersiul.

Wonjin panik luar biasa ketika serangga seukuran jempol tangan hendak masuk ke telinganya. Rasanya menyakitkan.

Tapi sekarang dia tahu, permainan terkutuk ini ada yang mengatur. Sudah ia duga sebelumnya, tidak mungkin tidak ada. Permainan ini... adalah lanjutan dari permainan angkatan atas, yang saat itu bisa dihentikan sebelum semua peserta tiada.

Wonjin merasa sesak, serangga-serangga itu mengerubungi tubuhnya. Kecoa, semut, kumbang, semuanya merayap di tubuhnya.

Tidak, dia tidak boleh membuka mulutnya. Dia harus mengatur nafasnya dengan segera.

"Ayo Wonjin, lo pasti bisa," batinnya seraya berjalan maju pelan-pelan.

Semut merah di kakinya mendongak, dan ia menatap balik semut tersebut. Tunggu dulu, semut itu melambaikan tangannya?!

"Si─AKH!"

Jeritan tak dapat ditahan, semut itu menggigit kakinya. Itu kesempatan bagus bagi serangga yang lain. Karena setelah itu, seekor kecoa terbang ke arahnya.

Kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya? Kecoa itu masuk ke dalam mulutnya, serangga yang lain pun menyusul sesaat setelahnya.












































Junseo membeku. Tolong katakan padanya kalau apa yang ia lihat salah.

"L-lo ngapain...?"

Seungmin tersentak, berbalik badan mendengar suara Junseo yang terbata-bata. Panik melandanya, ini tidak bisa dibiarkan.

"Lo salah paham, gue yang-"

Raut wajah terkejut Junseo berubah datar, tangannya mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, menodongkannya ke depan.

"Untuk buktiin semuanya, gue harus lihat isi pikiran lo terlebih dahulu. Legilimens!"




















Bisa tebak peran mereka
disini jadi apa? :D

Cursed Game | 01 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang