꒰ είκοσιεφτά ꒱

21.2K 6.5K 7.7K
                                    

"Gue minta maaf karena terlambat, gue habis berguru sama pangeran iblis ternama, terkeren, terbaik, terganteng, terimut, terbijak, ter-"

"Belakang lo!"

Sayap hitam Jerome dikepakkan, membuatnya terbang ke atas menghindari sihir dari Junseo. Ohohoho, dia ingin melakukan sesuatu pada Junseo, tapi dia harus mendekat terlebih dahulu.

"Kalian berdua pergi ke danau, lurus aja sampai mentok. Biar gue yang urus Junseo!"

Guanlin mendecih tak suka. "Kenapa harus?! Gue bisa lawan dia sekarang!"

"Identitas lo belum saatnya terbongkar, Guanlin. Tunggu para death eaters dateng dulu, udah ya baibai~"

Memang ya kelakuan iblis yang satu ini, dia santai sekali mengangkat Junseo dan membawanya terbang menjauh dari kedua temannya. Tahu begitu seharusnya dia datang lebih awal saja. Ah, itu sudah berlalu, lebih baik mereka berangkat ke danau sebelum ada bahaya lainnya.

"Maaf, Chenle. Kita janji bakal balik lagi kesini," ucap Jeongin merasa bersalah meninggalkan mayat si vampire yang pucatnya melebihi manusia.

"Menurut lo, si Jerome mau ngapain?" Tanya Guanlin seraya berlari.

Jeongin ikut berlari menyamai langkahnya dengan Guanlin. "Dia iblis, kalau dia berguru sama Kak Yoshi, otomatis kekuatannya bisa nyamain Junseo atau bahkan melebihi. Tapi kalau menurut gue sih... dia gak bakal serius."

Ucapan Jeongin ada benarnya kok, buktinya setelah membawa Junseo jauh-jauh Jerome langsung menjatuhkannya ke tanah.

Sambil terbang, dia tertawa terbahak-bahak sampai terjungkal ke belakang. Untung tidak jatuh.

"Heh penyihir, ah maksud gue keturunan Hecate. Sadar dong, jangan mau dikendaliin sama penyihir ecek-ecek. Gue tau ya siapa yang kendaliin lo begini, ckck."

Junseo tak terima, bangkit dengan segera dan mengangkat tongkat sihirnya. "Dasar iblis!"

"Iya tau, lo pikir gue lupa diri? Eh, sorry, kesindir ya?"

Dah lah, ini mau bertarung atau mau melawak.

"Iblis itu berwibawa, ini apaan?" Sindir Junseo balik, mengejek lebih tepatnya.

"Lah, suka-suka gue. Ini diri gue, I don't wanna be somebody, just wanna be me, paham?"

Benar-benar ya iblis itu, amarah Junseo memuncak, tinggal tunggu meledak saja.

"Mana sihirnya? Mana? Katanya keturunan dewi kok-"

"Sectumsempra!"

Jerome melotot, menahan sihir itu dengan apinya. Fyuh, hampir saja. Itu mantra kutukan yang berbahaya. Siapapun yang terkena mantra itu akan terluka dan pendarahannya tidak berhenti.

"Bener-bener ya, turun! Descendo!"

Sial, Jerome terkena mantra itu. Sayapnya ia kepakkan lebih kuat lagi agar tidak tertarik turun ke bawah, tapi mantra itu kuat sekali menariknya.

Sekarang kakinya menapak dengan tanah. Oke, dia akan serius mulai sekarang.

"Gue harap ajaran Kak Yoshi berhasil," gumam Jerome penuh keyakinan.

Ia pun berlari ke arah Junseo seraya menghindari mantra yang ditujukan kepadanya dengan gesit, apinya mampu menahan mantra itu agar tidak mengenai tubuhnya.

Tanpa membuang waktu lagi, ia tendang tongkat sihir di tangan Junseo sampai terlempar jauh, kemudian mendorongnya ke pohon dan memegang kedua pundaknya kuat-kuat.

"Ayo Jerome, temen lo harus bebas dari kendali sihir," gumam Jerome menahan Junseo yang memberontak.

Matanya berubah menjadi hitam sempurna, pekat dan gelap. Dia akan menghipnotis Junseo selama sesaat, lalu mengeluarkan sihirnya.

Cursed Game | 01 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang