17 Tuan Damanjaya

12.2K 1.4K 27
                                    

“Kayaknya ada orang yang ngerencanain hal buruk di belakang gue, punggung gue dingin OMG” ujar Haera sambil memeluk pundaknya sendiri.

***

Tidak terasa 30 menit telah berlalu dan kini Haera sudah sampai di depan bangunan mewah rumah Damanjaya yang belum berubah sama sekali sejak 5 tahun terakhir.

“Ayah!! Woojin pulang membawa Haera dan Momo dengan selamat!!” teriak Woojin sambil melangkah masuk kedalam rumah dan langsung disambut dengan Tuan Damanjaya yang berlarian dari lantai dua menuju lantai satu dimana Haera dan juga Momo yang sedang berdiskusi mengenai oleh oleh untuk Tuan Damanjaya.

“Cucuku!!” teriak Tuan Damanjaya sambil berlari menuruni tangga membuat Haera frustasi.

Ayah pemilik tubuh ini ternyata punya sisi heboh di umur yang terbilang cukup tua, huh salah injek tangga bisa hancur tuh tulang belulang.

“Kakek!! Momo punya oleh oleh untuk kakek!!” teriak Momo sambil berlari lari kecil ke arah Tuan Damanjaya yang sudah berada di bawah.

“Wahh Momo semakin tampan saja, di beri makan apa hmm?” tanya Tuan Damanjaya pada Momo yang kini berada di gendongannya.

“Salam ayah” ujar Haera sambil membungkuk di depan Tuan Damanjaya lalu berdiri tegak kembali.

“Anak ayah semakin cantik ya, bagaimana kabarmu selama satu tahun ini?” tanya Tuan Damanjaya sambil membawa Haera dan Momo ke ruang keluarga dan meninggalkan Woojin yang baru saja di abaikan oleh mereka.

“Baik, ayah sendiri bagaimana? kata kakak maag ayah kambuh, apa itu benar?” tanya Haera membuat Tuan Damanjaya terkekeh.

“Ehem … sebenarnya lambungku sering sakit jika teringat kamu jauh dari rumah” jawab Tuan Damanjaya dramatis membuat Haera benar benar merasa keheranan untuk yang kedua kalinya.

Ayah si pemilik tubuh ini selain tegas dan berwibawa siapa tahu di balik semua itu terdapat jiwa kekanak kanakan saat di depan anak anaknya.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Haera pulang ke rumah Damanjaya, setelah mengirim email itu ternyata Woojin benar benar langsung memberi tahukan hal itu kepada ayahnya yang sedang di landa depresi berat, hingga membuat Tuan Damanjaya langsung menyuruh beberapa orang mencari keberadaan Haera.

Dan cara itu berhasil membuat Haera di pertemukan di sebuah Apartemen.

Saat itu Momo benar benar senang karna bertemu dengan kakek dan paman yang selama ini dia idam idamkan, yah keinginan Momo hanya satu, <keluarga yang lengkap>.

“Kakek Momo membelikan sesuatu untuk kakek” ujar Momo sambil merogoh saku celananya membuat Tuan Damanjaya kembali terkekeh.

“Hahahaha cucu ku ini memang yang paling perhatian” sahut Tuan Damanjaya sambil menurunkan Momo dari gendongannya agar cucunya lebih leluasa lagi untuk mencari oleh oleh yang mungkin terselip di sakunya.

“Tara!!” teriak Momo histeris sambil menunjukkan sebuah gantungan kunci dengan gambar wajahnya yang sedang tertawa lebar terpampang di gantungan kunci itu.

“Aiyyaa lihat wajah imut mu ini, benar benar mirip dengan masa kecil ku dulu” sahut Tuan Damanjaya sambil memamerkan gantungan kunci itu kepada Woojin yang tidak di beri apa apa oleh Momo.

“Untuk paman mana?” tanya Woojin sambil berjongkok di hadapan Momo kecil.

“Tidak ada” jawabnya polos membuat semua orang tertawa gemas.

Melihat keharmonisan keluarganya Haera benar benar merasa bersyukur, meski mereka semua bukan keluarga aslinya namun dia ingin menjaga tawa ini selamanya, tidak akan ada air mata lagi, jika ada itu pun harus air mata bahagia.

Tidak terasa hari sudah mulai gelap dan Haera tentu saja harus kembali ke markasnya untuk persiapan pengintaiannya besok, kuliahnya di mulai 3 hari lagi, jadi besok Haera memutuskan untuk mempersiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu.

Berbeda dengan Ansel yang harus memulainya besok pagi, yah … hal itu di karnakan dirinya yang memang masih bersekolah jadi Haera memutuskan untuk langsung memberikan beberapa kamera tersembunyi untuk di taruh di tempat tempat yang mungkin akan terjadi transaksi, misalnya toilet atau atap sekolah.

Percayalah Haera benar benar tidak ikhlas menyuruh Ansel turun kelapangan, Ansel sudah dia anggap seperti adiknya sendiri maka dari itu Haera mau bersusah susah untuk mendidik anak itu dan akhirnya bisa jadi sampai sekarang.

Di tambah lagi Ansel tidak mengusai pertarungan sama sekali, dia hanya seorang hacker tanpa keahlian bela diri.

“Ayah, sepertinya aku harus segera kembali” ujar Haera sambil membenarkan posisi Momo yang tertidur di pangkuannya.

“Ini sudah larut kenapa tidak menginap saja?” tanya Tuan Damanjaya yang langsung di angguki dengan setuju oleh Woojin.

“Tidak bisa, besok Ansel sekolah” jawab Haera jujur.

Sebenarnya dia ingin menginap, namun dia perlu menyiapkan peralatan untuk misi Ansel besok dia juga perlu memberi bocah itu ceramah agar tidak ceroboh dan membuatnya khawatir.

“Ansel kan udah gede, masa gak bisa nyiapin sarapannya sendiri” sahut Woojin yang tidak memahami pekerjaan Haera yang sebenarnya.

Woojin dan Tuan Damanjaya hanya tahu jika Haera menjabat sebagai Polisi wanita yang kerjaannya cuma di dalam kantor untuk melacak pencuri, pebegal atau penculik.

Dan mereka percaya begitu saja mengingat Haera yang ahli di bidang IT, siapa yang tahu jika Haera bekerja sebagai seorang Leader dari sebuah Agen rahasia milik negara yang harus, masuk ke gerbong Mafia untuk meringkusnya, menjadi mata mata pejabat korup, menyergap bandar narkoba, dan juga menjaga perdamaian negara dari teroris.

Haera bahkan mengatakan jika anak buahnya hanya menjabat sebagai Polisi di bidang investigasi dengan dia yang menjadi sumber informasi, maka dari itu kepolisian memberikan kelompok mereka markas rahasia.

Dan yang terakhir, soal Ansel yang masih sekolah Haera hanya bilang jika bocah itu merupakan adik yang dia angkat dari panti asuhan agar tidak membuat mereka curiga.

“Tidak tidak, bisa bisa rumah kecil gue kebakaran nantinya” elak Haera lalu segera menggendong Momo dan berpamitan.

“Gue anter” usul Woojin yang langsung di dukung oleh Tuan Damanjaya.

“Gak usah, besok gue juga kesini lagi, kami pergi dulu” ujar Haera lalu segera pergi di antar Tuan Damanjaya beserta Woojin sampai di pintu gerbang.

Sebenarnya Haera malah senang jika Woojin mau mengantarnya jadi dia tidak perlu capek capek nyetir, hanya saja Haera menyadari sesuatu, sedari tadi dia sedang di ikuti, bahkan saat dia memasuki rumah Damanjaya, dan sekarang dia sudah meninggalkan pekarangan rumah Damanjaya namun mobil yang sedari tadi membuntutinya masih terus mengikutinya dari belakang.

“Hais tikus tikus itu sebenarnya mau apa” gumam Haera lalu menancap gasnya untuk menambah kecepatan hingga membuat mobil di belakangnya kalang kabut mengejarnya.

Haera masih terus menambah kecepatannya di jalan raya yang terbilang cukup ramai meski hari sudah malam, sampai akhirnya Haera tiba di jalan sepi yang terdapat beberapa persimpangan Haera langsung membelokkan mobilnya untuk masuk ke sebuah gang sepi yang sedikit gelap karna tidak ada penerangan di sekitarnya.

Saat di rasa sudah cukup jauh akhirnya Haera menghentikan mobilnya.

“Momo sayang, tidur yang nyenyak ya jangan bangun dulu sebelum mommy menyelesaikan mereka” ujar Haera sambil memasang penyumbat telinga di telinga Momo lalu segera keluar dari mobil.

Tidak berselang lama dugaan Haera benar benar terjadi, ada sebuah mobil yang juga memasuki gang itu lalu berhenti sedikit jauh dari belakang mobil Haera.

Haera sendiri masih terdiam di semak semak untuk melihat siapa sebenarnya yang mengikutinya.

Sampai akhirnya seorang laki laki berjaket tebal keluar dari dalam mobil itu dan menghampiri mobil Haera dengan cara mengendap ngendap.

Sepertinya Haera tahu siapa dia.

“Paman kamu sedang apa?”
.
.
.
.

TBC.
Jangan lupa tinggalkan jejak vote, komen dan Follownya ya guys❤❤ biar author makin semangat ngetiknya💪💪
See you💃💃💃

Young Mother X Mafia (Time Travel Jandral Jung Haera)Where stories live. Discover now