Siuman

1.5K 96 0
                                    

Dirga menatap Bulan yang terbaring lemas di brankar Rumah sakit. Sudah setengah bulan gadis itu tidak membuka mata. Rafa dan Samuel hanya bisa menangis saat adik satu-satunya terbaring tidak berdaya. Biarkan jika ada yang mengatakan bahwa mereka cengeng, mereka berdua tidak akan perduli!

Tangan mungil itu bergerak perlahan, tapi matanya masih tertutup. Dirga langsung memencet tombol merah yang berada di dinding sebelah nakas, lalu tak lama kemudian seorang Dokter dan Suster datang menghampiri mereka.

"Dok, tangan Bulan sudah bergerak dia akan sadar 'kan, Dok?" tanya Dirga antusias.

"Sabar yah, Mas. Saya akan periksa pasien dulu."

Mata Bulan terbuka sempurna seiring dengan mulutnya yang ingin berbicara, tetapi tertahan.

"Bulan, kamu mau apa?" tanya Dirga khawatir.

"A-air!" jawab Bulan terbata-bata.

Dengan sigap Dirga mengambil air yang berada di nakas, lalu membimbing Bulan untuk minum. Bulan meminum air hingga tandas.

"Alhamdulillah, kondisi pasien sudah mulai membaik. Tapi saya mohon jangan ajak pasien untuk berbicara dulu, saya permisi."

"Pak Dirga."

"Iyah, Bulan. Saya di sini." Dirga mengelus lembut surai Bulan.

Bulan memejamkan matanya sejenak. "Aku mau duduk, Pak."

"Istirahatlah ... saya akan menemani kamu!" Bulan mengangguk patuh tidak ingin berbicara lagi, tubuhnya sangat lemas saat ini. Dirga tersenyum lalu duduk di kursi yang berada di samping brankar Bulan.

***

Dirga keluar dari ruangan untuk menghubungi Rafa.

Via telpon

("Hallo, Raf. Bulan sudah sadar, kamu ke sini sekarang!")

("....")

Tut!

Sambungan terputus.

Dirga kembali memasuki ruangan. Bulan masih tertidur pulas dengan wajah yang pucat. Sudah setengah bulan akhirnya gadis yang sudah mengobrak-abrik hati Dirga sudah kembali sadar, tetapi tidak ada tanda-tanda siapa yang sudah menyebakan Bulan sampai seperti ini.

Ceklek!

Suara pintu terbuka. Dirga mengalihkan pandangannya ke pintu ternyata Rafa dan Samuel yang datang. Samuel bergegas menghampiri Bulan, menatap sendu ke arah adiknya. Walaupun ia sering menjahili adiknya itu, tetapi abang tetaplah abang.

"Bulan bangun! Ini abang ...," lirih Muel sambil menahan isak tangisnya. Bulan yang sedang tertidur merasa terusik hingga ia membuka matanya.

"Muel ...," lirihnya pelan.

"Akhirnya lo sadar juga! Gue udah kangen banget jahilin lo!" seru Muel sambil terkekeh di tengah-tengah tangisannya.

"Nyebelin!" seru Bulan menepuk pelan dada Muel, jika ia tidak sakit maka Bulan akan memukuli Samuel dengan keras.

"Bang Rafa gak kangen Bulan?" tanya Bulan sambil menatap Rafa.

Rafa mendekat ke Bulan. "Mana mungkin abang gak kangen, sama adek abang yang manja ini!" Rafa menoel hidung Bulan gemas.

"Abang peluk ...," rengek Bulan manja. Rafa langsung memeluk erat tubuh Bulan.

Bulan mendongak ke arah Muel di antara pelukan Rafa. "Muel gak mau peluk Bulan?" Dengan semangat Muel langsung memeluk Bulan erat.

Dirga tersenyum tipis.

Bersambung.

Ada yang kangen sama Muel dan Rafa gak?

Bos Galak (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang