0.2

459 96 1
                                    

hujan dimalam musim panas, satu box isi nachos dua loyang pizza dan tiga kaleng cola, layar televisi menampilkan serial anime favorit Elliott. fokusnya terkunci, mengabaikan sosok kakak laki-lakinya duduk tanpa permisi di sampingnya.

Josheniel meraih satu kaleng cola, menarik satu slice pizza. tak ada obrolan, ruang keluarga yang teramat luas milik keluarga Krovasakoff; didominasi oleh suara teriakan Eren Jaeger yang ingin menghabisi seluruh Titan didunia.

"kenapa keturunan Eldia tidak lari saja semuanya menuju pulau Paradise."

masih dengan fokus yang terkunci pada layar televisi, Elliott menanggapi komentar Josheniel. "bodoh. kalau tidak ada bangsa Eldia yang berubah menjadi Titan, Anime ini tidak akan ada."

mengangguk tak minat untuk menanggapi ucapan Elliott, adalah hal yang Josheniel lakukan.

"ini season berapa? episode berapa?"

menarik piring berisi nachos agar mendekat padanya, Josheniel bertumpu kaki dengan santai. tak kunjung mendapat jawaban dari Elliott, lantas Josheniel menginjak kaki Elliott dengan sekuat tenaga.

"brengsek!! apa yang kau lakukan?! setahuku kau tahu anime ini bukan??"

meringis ngilu, Elliott mengusap tungkainya yang malang. sedang Josheniel tetap santai menikmati nachos tanpa rasa bersalah.

"setelah Petra mati, aku jadi malas menonton."

Elliott kembali mencibir, "aku tidak peduli."

"hei! apa kau tidak kasihan semua karakternya mati? pengarang anime ini kejam."

nadanya naik satu tingkat, Josheniel mengunyah nachos dengan kesal.

"diam 'lah bodoh aku sedang fokus."

"hei Ellis, kapan terakhir kali kita menonton anime bersama seperti ini?"

Josheniel bertanya diantara mulutnya yang tak henti mengunyah pizza dan makanan lainnya, sesekali ekor matanya menelisik mengamati ekspresi adiknya.

"panggil aku seperti itu sekali lagi, maka ini akan menjadi terakhir kalinya kita menonton anime bersama."

Josheniel tersenyum hingga netranya membentuk bulan sabit. ia menjatuhkan diri sepenuhnya pada sofa, meletakkan kepala pada sisi kanan sofa dan menumpukan kaki pada bahu Elliott yang duduk di sisi kiri. menggerakkan kaki tak beraturan, secara sengaja menggoda adik kembarnya.

"singkirkan kaki busukmu sialan!"

senang dengan respon sang adik, Josheniel semakin termotivasi untuk menjahili adiknya lebih jauh.

"oh my God! sejak kapan my sweet little brothers bisa mengumpat?"

berniat memancing emosi sang adik lebih jauh, Josheniel menusuk pipi adiknya dengan jari kaki kanan, sedang tugas kaki  Josheniel mengelus tengkuk Elliott.

"fuck off! Josheniel!"

Elliott menarik kaki Josheniel secara tiba-tiba, menyeretnya hingga Josheniel terjatuh dan sukses membuat kepalanya membentur lantai dengan keras.

Josheniel menggeram, "bajingan ini."

hujan badai disertai angin deras dan petir yang menyambar, menjadi backsound pergulatan Josheniel dan Elliott. tak ada yang mau mengalah, saling mengunci pergerakan, memiting, mencubit, hingga mencakar, apapun mereka lakukan. suara teriakan dan makian dari mulut dua saudara kembar tersebut, sedikit teredam oleh suara guntur yang lebih keras bersahutan diluar rumah.

BREAKEVEN BROTHERHOODWhere stories live. Discover now