0.3

366 81 3
                                    

mereka bilang, Tuhan tak lagi memanjakan mu di saat usiamu menjelang delapan belas. Elliott merasakannya. sebut saja Elliott pecundang, pengecut, karena tak mau mengakui bahwa Josheniel 'pun terluka, sedari awal memang tidak ada yang bahagia. Elliott enggan mengakuinya.

terlalu banyak luka, sehingga plester tak lagi dapat menutupinya. sehingga Elliott lebih memilih untuk bersembunyi dibalik kegelapan untuk menutupinya.

tetapi, tetap saja, Josheniel masihlah secercah cahaya di mata Elliott. karna seredup apapun cahaya, akan terlihat terang di kegelapan.

"danik, kau akan cepat mati kalau terus menerus berkelahi."

Elliott tersenyum, "tak apa, lagipula tak akan ada yang menyesali kepergian ku pada akhirnya."

"jangan bicara seperti itu, aku akan menangisimu tahu."

Ayunna tak dapat melihat ekspresi wajah Elliott sama sekali. posisi Elliott yang memunggungi-nya, membuat Ayunna hanya dapat melihat punggung dan pundak lebar Elliott.

"aku tahu."

Elliott meraih bunga yang sudah layu didalam vas, kemudian menggantinya dengan bunga sweet william yang masih segar. kembali meletakkan vas bunga di atas nakas, Elliott berjalan membuang bunga yang telah layu.

masih dengan menatap keranjang sampah dihadapannya, Elliott berujar. "aku sudah mengakhiri hubungan dengan Virlyta."

Ayunna mengangkat kepala, menatap punggung Elliott yang tampak rapuh.

"hubungan ku dengan Josheniel juga semakin memburuk, perfect."

"kau selalu mengatakan Josheniel playing victim, look at you, apa kau pernah merasa bersalah atas semua yang terjadi?"

tak ada suara ataupun tanda-tanda sama sekali kehadiran Edward, ia berdiri diambang pintu. ekspresi wajahnya keras, nada suaranya sedikit menggeram, ia berusaha menahan emosinya dengan meremas buket mawar putih yang ia bawa.

"berkacalah sialan! temui dia dan katakan semua yang ada didalam kepala bodohmu itu."

nafas Edward memburu, mulutnya tak sabar menahan sumpah serapah yang tertahan diujung bibir.

"berhenti bicara omong kosong." nada bicara Elliott pahit dan kering.

Edward menatap Elliott tak percaya, tingkat kesabaran Edward mencapai batasnya. dengan langkah lebar Edward menghampiri Elliott, mencengkeram erat kerah kemeja Elliott.

melihat hal tersebut, Ayunna bergegas berjalan dengan tertatih menuju keduanya. Edward menyadari Ayunna yang akan memisahkan perkelahian mereka, lantas dengan kasar ia menghempaskan tubuh Elliott.

"berhenti saling melempar ranjau, yang terkena akibat dari ledakan bukan hanya kau dan Josheniel, orang-orang disekitar kalian juga terkena imbasnya."

breakeven brotherhood

stupid j

| pulang, kau harus hadir di pesta

menghela napas, Elliott hanya membaca pesan dari kakaknya. tak ada alasan untuk Elliott membalasnya, toh memang ia tak memiliki pilihan harus hadir atau tidak, jawabannya tentu saja harus. kedua orangtuanya ingin menunjukkan kepada seluruh tamu betapa harmonis hubungan kedua putranya. sial Elliott ingin meludah membayangkan-nya.

pukul 5 PM Elliott tiba di Krovasakoff manor, tanpa basa-basi ia melangkah menuju kamarnya tanpa menyapa orangtuanya maupun Josheniel. mengabaikan tatapan Josheniel yang tak luput darinya sejak ia menginjakkan kaki di manor.

BREAKEVEN BROTHERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang