32. Tanpa disadari

937 102 6
                                    

Aku menunggu orang itu datang ke Tiramissyou. Kini jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Di parkiran depan kafe aku menanti kemunculan Yudha. Aku berjanji padanya akan membawa ngajak ke Tiramissyou. Aku ingin membuat Yudha lebih jelas lagi di mata para orang terdekatku agar mereka tidak salah dalam menilai Yudha lagi.

Aku melongo melihat mobil mirip milik Rifando masuk ke parkiran, benar saja dari pintu muncul Rifando sendirian. Cowok itu terlihat tersenyum-senyum aneh lalu mendekatiku.

“Ngapain? Nungguin aku?” tanya Rifando sambil cengengesan. Cowok berjaket jeans warna kuning lusuh itu memandangiku.

“Ogah, kayak dibayar aja nungguin kamu,” tukasku.

Rifando mengerutkan keningnya sambil memainkan kunci mobil. “Terus ngapain? Yuk masuk, mau main UNO Stacko nggak?”

“Nggak ah susah. Kalo yang kartu mau."

"Aku ajarin mainnya, Kelvin juga nanti bisa bantuin."

"Kapan-kapan aja. Udah kamu masuk duluan aja sana!” Aku menyuruhnya agar cepat pergi, daripada mengganggu dengan bawel banyak bertanya-tanya. Aku ingin memberikan kejutan dengan mengajak Yudha makan bersamaku di Tiramissyou.

Rifando jadi ikut melihat ke pagar dengan raut penasaran. “Nunggu apa sih? Abang paket? Ngapain ngirim paket ke alamat kafe orang? Kamu beli apa biar orang-orang rumah nggak tau?”

Aku mendelikan mata sinis padanya. “Bukaaaan, nanti juga tau.”

“Nunggu di dalem aja daripada berdiri di sini. Nunggu siapa? Sasa? Kan udah biasa main masuk sendiri, nggak usah ditungguin kayak anak baru aja.”

“Bawel deh, udah sana kalo berisik bawel ganggu doang!” Aku mulai kesal karena Rifando masih ikutan saja berdiri bersamaku tak beranjak masuk.  

Aku sudah menunggu serasa sepuluh menit tetapi tidak ada yang muncul juga sosok yang mirip Yudha. Aku jadi khawatir mana pesanku belum dibalas. Aku gelisah menanti kehadiran Yudha, sosok cowok di sebelahku ikutan menunggu dengan sesekali melirik padaku ingin bertanya tapi ditahan-tahan.

Sebuah mobil jazz hitam masuk ke dalam parkiran yang masih kosong. Aku tak menggubris mobil itu sampai seseorang muncul di sana dengan postur yang familiar tapi gayanya berbeda dengan yang biasanya.
Aku menahan tawa ketika melihat Yudha rambutnya sudah dipotong menjadi pendek lebih rapi dan disemir menjadi hitam.

Yudha menyambangiku sambil melemparkan senyuman lebar. "Hai, lama ya sampenya? Sori."

“Mimpi apa sampe potong rambut?” Aku tertawa sambil bertos ria dengan Yudha yang mengajakku duluan.

“Iya, ini cuma karena magang sih. Ya udahlah ikutin aja, tapi emang dari awal udah diingetin.” Yudha terkekeh pelan lalu cowok itu menatap ke Rifando yang diam saja sejak tadi.

“Jadi asing ngeliatnya,” sahutku tertawa keras. "Tapi kayak makin keren dan dewasa gitu."

Cowok itu senyum kecil saja. “Hoi Bro!” Yudha menyapa Rifando yang sejak tadi hanya memandangi kami tanpa bicara apa-apa.

“Hoi juga, Bro. Lo baru magang?” tanya Rifando.

“Yoi, soalnya semester 6 masih banyak yang ngulang kemaren,” jawab Yudha malu-malu tapi tetap pede.

“Oh, mulai kapan magangnya berapa lama?”

“Sebentar lagi sih, sekitar 7 mingguan magangnya,” jawab Yudha.

“Ngobrol di dalem aja, yuk!” Aku menarik tangan Yudha agar masuk ke dalam Tiramissyou. Aku menarik tangan milik Yudha tetapi berbicara juga ke arah Rifando. "Duluan ya."

PekaWhere stories live. Discover now