° Spesial chapter : Page 1 of 365

2.2K 360 21
                                    

Langit malam seoul tidaklah berbeda dengan langit malam kota lainya, warna hitam pekat tanpa adanya gerombolan awan abu-abu memperjelas terang bulan setengah lingkaran itu, taburan bintang berkelip terang memanjakan setiap pasang mata yang melihat.

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1...

'HAPPY NEW YEAR'

Warna-warni kembang api ikut serta mengindahkan langit Seoul kala itu. Ratusan orang kini tengan berkumpul di Hangang Park memuji takjub menyaksikan pecahnya kembang api di langit negara gingseng tersebut.

"Aigoo, seharusnya kamu sudah tidur sekarang ini!" omel ibu pada anaknya sambil mengusak rambutnya gemas.

"Eomma~ aku kan ingin melihat kembang api! Aku belum pernah melihatnya sebelumnya." balas anak itu memanyunkan bibirnya lucu.

"Jaemin~ie, berapa umurmu sekarang?"

"13 tahun."

"Kalau begitu kau boleh melihat kembang api setiap tahun baru." kata sang ibu menampilkan senyum cantiknya.

"Benarkah? Aku tidak perlu tidak perlu tidur sebelum jam sepuluh lagi?" tanya anak yang disebut Jaemin tadi memastikan.

"Hanya setiap malam tahun baru, mengerti?" jelas sang ibu yang diangguki antusias oleh Jaemin.

"Kalau begitu aku akan selalu pergi bersama ibu!" Jaemin mendongak menatap mata bahagia ibunya. Sang ibu lantas mengangguk, tanganya terulur membawa Jaemin kedalam pelukanya.

Seoul, 1 Januari ....

Jaemin menutup matanya membiarkan setiap hembus angin meniup lembut tubuhnya. Dari arah jauh bisa ia dengar gemuruh suara ledakan kembang api yang bersautan dengan suara riuh orang-orang yang menontonnya.

"Kita bisa ke Hangang Park kalau kau mau?" tawar seseorang membuyarkan lamunan Jaemin.

Jaemin menoleh ke sumber suara, ia menggeleng cepat menyiratkan ia tak ingin pergi ke tempat yang disebut.

"Setidaknya disana lebih hangat dan ramai dari pada di atap sekolah ini yang dingin dan sepi ini."

"Aku takut." Jaemin menghentikan kalimatnya sejenak. Ia menatap dalam langit gelap malam itu. "Aku takut semakin rindu pada ibuku. Aku pergi bersamanya setiap malam tahun baru, banyak cerita dan kenangan dalam waktu yang singkat. Aku takut semakin merindu."

"Kau bisa mengunjunginya."

"Sekarang ini keadaanya berbeda. Meskipun aku mencoba menemuinya berkali-kali tetap saja tidak dapat berbicara dengannya, memeluknya, memberi afeksi lebih kepadanya... aku tidak dapat membuatnya bahagia untuk saat ini. Itu lebih menyiksaku." jelas Jaemin tanpa sadar cairan bening menetes melalui mata indahnya.

Jaemin menolehkan wajahnya kepada orang yang diajak bicara tadi, "siapa yang menelponmu tadi?" tanya Jaemin mengingat orang yang bersamanya ini belum lama berpamitan untuk mengangkat telepon.

"Eung? Ini.. nenekku. Dia bilang harus tinggal lebih lama di Busan karena suatu hal." jawabnya. Ia lalu berjalan mendekati Jaemin lalu berdiri tepat disamping Jaemin.

"Bukankah aku sudah seperti anak yang dibuang?" tanyanya sembari menundukkan kepala, nafasnya terdengar gusar diakhir kalimat ia menyunggingkan senyum pahit yang masih bisa dilihat oleh Jaemin.

"Jisung~ah..."

"Gwenchana, tidak perlu memikirkanku, tidak penting." katanya mencoba tegar.

Keduanya terdiam menikmati setip detik pergantian tahun. Tiba-tiba Jaemin mengingat satu hal, "setengah bulan lagi."

"Apanya?" tanya Jisung tidak mengerti.

"Waktuku." Jaemin menatap Jisung sendu. "Bisakah aku? Bagaimana jika tidak-"

"Jangan bicara hal buruk. Ini awal tahun, mari bicarakan hal baik untuk kedepannya." kata Jisung memotong kalimat Jaemin.

Jaemin tersenyum mendapat semangat dari Jisung, "aku ingin keadaan kembali seperti semula tentu dengan hari-hari yang lebih baik lagi." harapnya, Jisung mengangguk mengerti.

"Aku harap semua keinginanmu akan terkabul." Jisung juga.

Jaemin mengahadapkan tubuhnya kepada Jisung yang berdiri disampingnya. "Jisung~ah." panggilnya. Jisung ikut memutarkan badanya hingga keduanya kini saling berhadapan.

"B-Bolehkah aku memastikan sesuatu?" tanya Jaemin agak ragu.

"Sesuatu seperti apa?"

Jaemin menundukkan kepalanya, ia meremat seragam yang tak bisa ia lepas itu, matanya terpejam kuat. Dalam hati ia bergumam, "kesempatan terakhir!"

Dengan berani ia mendongakkan kepalanya, menatap tajam Jisung yang masih dalam mode bingungnya. Jantungnya berdebar kencang, wajah pucatnya kini bersemu merah, tangan yang semula meremat kuat seragamnya kini terarah pada kedua sisi wajah Jisung.

Tersentuh.

Jisung tidak mengerti apa yang sedang Jaemin lakukan. Mata yang berbinar, pipi yang bersemu, senyum yang merekah, terlihat manis dimata Jisung.

Tangan yang masih menempel dipipi Jisung itu terasa dingin, tangan Jisung pun ikut terangkat untuk sekedar menghangatkan tangan Jaemin. "Kenapa?" sebelum sempat ia meraih tangan Jaemin untuk dihangatkan, Jaemin sudah terlebih dahulu menarik wajah Jisung membuat keduanya berada dalam jarak yang tidak bisa disebut dekat lagi, namun sangat dekat.

Cup~

Kecupan lembut nenyambar bibir berisi milik Jisung. Jangan tanya bagaimana reaksi Jisung, ia sudah pasti terkejut. Ciuman pertamanya diambil oleh seorang hantu? Tidak masuk akal memang, tapi dia tidak menunjukkan gelagat untuk menolak ciuman dari Jaemin tersebut.

"Aku menemukanmu, kau yang kukira berada jauh disana." dalam hati Jaemin tak henti-hentinya bersyukur. Ia benar-benar berterimakasih telah dipertemukan dengan sosok Park Jisung, sosok yang akan membantunya, terus membantunya, dan tentunya setelah banyak hal yang dibantunya juga.

♡ ♡ ♡

Entah itu 15 hari, atau 365 hari lagi Jaemin menapakkan kakinya dimuka bumi ini, ia akan terus mengigat hari ini, entah itu bumi yang menjadi tempat tinggalnya atau alam lain yang mampu memisahkan mereka, ia akan selalu menyimpan satu nama dihatinya.

Mulai hari ini Na Jaemin benar-benar telah jatuh hati.

"Biarkan aku minyimpannya, kenangan ini, juga namamu. Halaman pertama 2021."





-TBC-

I Can See You ✔Where stories live. Discover now