Life or Death

1.9K 305 20
                                    

Lee Minhyung, atau lebih akrab dipanggil Mark itu kini tengah berdiri di halaman belakang sekolah, sembari menyesap puntung rokoknya yang tersisa setengah, pemuda itu berdiri terdiam menatap tembok pagar pembatas sekolah yang baru saja dilewati oleh seseorang.

"Ayo selesaikan ini!" katanya sambil menginjak rokok yang ia buang sembarang.

Kakinya melangkah lalu melompat melewati pagar pembatas tersebut.

Tepat setelah Mark berhasil melewati pagar tersebut ia melihat seorang dengan seragam sekolah yang sama dengannya, memasuki sebuah mobil hitam yang terparkir tidak jauh dari sana.

"Bocah itu?" pikirnya begitu wajah tak asing nampak dipenglihatannya.

Alih-alih mendekat pada orang yang dimaksud, Mark malah lebih memilih abai dan berjalan menuju arah sebaliknya.

·

Setelah menghabiskan waktu paginya dengan berjalan santai, kini tibalah Mark di depan sebuah gedung yang diketahui tempat untuk bimbingan belajar, atau lebih singkatnya 'tempat les'.

Tidak banyak yang ia lakukan disana selain menatap datar bangunan dua lantai itu yang nampak masih sepi disiang hari seperti ini.

"Dia boleh saja tidak sekolah selama berabad-abad. Tapi, dia akan selalu melakukan bimbingan belajar, ya kan?~ payah!!" ujarnya seorang diri sembari terkikih geli seperti orang gila.

Setelah lama menunggu, siluet seorang yang diincarnya sedari tadi kini terlihat memasuki gedung tersebut. Segera saja si Mark itu mengikutinya dari belakang.

Hingga didepan sebuah kelas kosong Mark menarik orang tersebut secara paksa, membuat sang empu ketakutan dibuatnya.

'BRUGH'

Satu pukulan mendarat dengan kasar pada perut orang yang diikuti Mark tadi, membuatnya ingin memuntahkan semua isi perutnya.

Langkah pemuda keturunan China itu mundur begitu pandangannya menatap Mark yang garang serta aura yang gelap.

"A-apa lagi?" tanyanya sedikit berteriak, tapi disamping itu ia juga ketakutan.

"Hanya berfikir kalau aku juga harus membunuhmu?" pernyataan dari seorang Mark Lee itu terdengar seperti sebuah tawaran, 'hidup atau mati'.

"Kau gila~" desis pemuda China itu.

Mark tersenyum misterius mendengarnya, dengan cepat ia menendang dengan kuat pemuda yang ia kuntit tadi hingga orang itu terpental membentur dinding kelas.

Tak berhenti sampai disitu, Mark lantas menghampirinya lalu memukul pemuda tersebut tanpa ampun.

Yang dipukul? Jangan ditanya, ia bahkan tak sanggup untuk sekedar menangkis pukulan dari Mark yang sedang kesetanan itu.

Uh? Sepertinya iblis kini menguasainya...

Terakhir, Mark mengeluarkan pisau lipatnya dari saku jas almamaternya. Dengan senyum miring yang tercetak jelas di wajahnya ia berkata, "Ku bantu kau menemui ajal mu, Zhong Chenle!"

Benda tajam itu mulai berayun. Pemuda Zhong itu pun hanya bisa memejamkan matanya pasrah, benar-benar pasrah.

'Tring.. Tring... Tring..'

Sebuah ponsel berbunyi, membuat Mark mendengus kesal dan dengan terpaksa ia menghentikan aktifitasnya sebentar.

Bangkitlah si Mark dari atas tubuh Chenle yang tergeletak di lantai. Matanya mengedar ke seisi kelas, menerka-menerka adakah orang lain didalam sini?

Tak lama ponsel itu berhenti berbunyi, namun hanya sekejap lalu berbunyi lagi. Hal itu terjadi berulang-ulang, hingga pada panggilan terakhir Mark baru menyadari bahwa asal suara tersebut berasal dari tas Chenle yang tergeletak di sembarang.

I Can See You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang