Jung and Jeon

1.5K 247 23
                                    

“Berhenti!!” Seorang remaja baru gede dengan beraninya berseru kala adu jotos tengah terjadi di gang sempit tak jauh dari sekolahnya itu.

Beberapa orang yang merasa terpanggil pun berhenti dari kegiatan mereka, menoleh pada sumber suara dengan tatapan garang yang membuat remaja tadi berseru, mundur sedikit. Agaknya sedikit menciut nyalinya untuk melawan empat orang sekaligus dengan tubuh yang lebih besar darinya.

“Kenapa ada masalah?” tanya seorang berbadan paling besar yang diduga menjadi pemimpin diantara lainnya.

Pemuda tadi menelan salivanya susah payah sebelum menjawab pertanyaan tersebut,“Ti-tidak.. silahkan lanjutkan saja.” katanya lalu memutuskan pergi dari tempat tersebut. Tak ingin ikut campur.

Namun, kala kakinya hendak melangkah pergi, ekor matanya menangkap keberadaan seseorang yang terduduk lemah bersandar pada pagar jalan dengan bercak darah memenuhi seragam sekolahnya. Tatapannnya seolah memohon pertolongan padanya.

“Aisshh” terdengar helaan nafas yang berat disana.

Pada akhirnya -Jung Jaehyun, pemuda yang sok berani tadi mengurungkan niatnya untuk beranjak dari tempat tersebut, ia malah mengokohkan kakinya untuk tetap berdiri disana dan kembali menghadap para perundung yang mulai mengamuk pada pemuda yang tak Jaehyun kenal itu.

“Kalau kalian tidak berhenti memukulinya, aku yang akan memukul kalian!” ucapnya benar-benar berani kali ini, tatapan tajamnya ia layangkan pada empat orang tadi.

“Ck, bocah ingusan merepotkan saja. Bocil jauh-jauh deh sebelum nasib mu seperti pecundang ini.” ujar si pemimpin tadi sembari menekan leher korban dengan ujung kakinya.

“Ku bilang berhenti!” ucap Jaehyun penuh penekanan.

Si Boss menjauhkan sepatunya dari pemuda asing itu, ia lalu mengisyaratkan para anak buahnya untuk segera saja menyerang Jung Jaehyun.

Ke empatnya maju bersama dengan tangan yang mengepal siap menonjok wajah tampan pemuda Jung, sedangkan Jaehyun dengan sigap memasang kuda-kuda. -Ia memang tak pandai berkelahi namun setidaknya bekal karate dimasa sekolah menengah pertama itu masih dapat sedikit membantunya.

Sejenis tangkisan, tinjuan, atau tendangan dapat ia praktekkan dengan baik. Namun meskipun begitu ia tetap tak berdaya kala salah satu dari ke-empat berandal itu memeganginya dari belakang, membuatnya terpaksa menerima pukulan bertubi-tubi dari tiga orang lainnya.

Sedangkan, si korban tadi mulai panik kala melihat Jaehyun dikeroyok. Ia mulai berfikir untuk membantu pemuda yang juga tidak ia kenal itu, kebetulan sekali di dekatnya ada tumpukan balok kayu.

Diraihnya satu balok tersebut, dan dengan langkah yang tertatih ia perlahan mendekati para perundung yang tengah membelakanginya itu hingga...

‘Brrakk’

Balok kayu tersebut patah kala ia memukulkannya pada pundak salah satu perundung tersebut. Ketiga orang yang tadinya mengeroyok Jaehyun pun menghentikan kegiatan mereka dan beralih menghadap pelaku yang kini mundur perlahan karena ketakutan.

Namun berkatnya, Jaehyun kini mempunyai celah untuk melepaskan diri. Dengan cepat ia juga mengambil satu balok kayu disekitarnya itu.

“Kita lawan bersama!” ujar Jaehyun saat dirinya sudah menempatkan diri disamping pemuda asing itu.

Pemuda itu nampak ragu, namun tetap mengangguk.

Hingga terjadilah pertarungan dua lawan empat yang memang jika dilihat dari sisi manapun tidak seimbang, meskipun si dua telah membawa alat tarung mereka.

Tak ada yang baik-baik saja setelah pertarungan itu berakhir, bekas kebiruan diwajah mereka dan beberapa bercak darah membuktikan betapa seriusnya pertarungan tersebut. Namun setidaknya Jaehyun telah berhasil mengancam para perundung itu agar tidak lagi muncul dihadapan mereka.

Ya, katakanlah mereka menang kali ini.

“Ha?? Hahhahaha.....”  tawa itu keluar dari mulut Jaehyun, membuat orang yang kini tengah duduk bersamanya dengan bersandarkan tembok jalan itu menatapnya bingung.

“Kau terluka.” katanya melihat banyaknya luka lebam diwajah Jaehyun, tak melihat dirinya juga banyak luka lebam.

“Namaku Jung Jaehyun, kau?” tanya Jaehyun.

“Jeon Jungkook.”

“Kita berada di sekolah yang sama, tapi aku tak pernah melihatmu? Anak baru ya?”  tanyanya lagi setelah mengamati seragam Jungkook dari atas hingga bawah.

“Bukan, hanya saja aku jarang keluar kelas. Mungkin itu yang membuatku tak begitu terlihat di sekolah.” jawabnya sembari menunduk.

Aah.. pantas saja kau dibully.” ujar Jaehyun membuat Jungkook menunduk lebih dalam.

“Hei!! Dalam hidup ini kau harus mencari teman sebanyak-banyaknya karna merekalah yang dapat membantu kita berdiri saat kita terjatuh. Itu gunanya teman.”

“Tidak ada teman yang seperti itu!”

“Justru, itu peran teman yang sesungguhnya. Jika orang yang kau anggap teman tapi tidak berperan demikian berarti dia bukanlah seorang teman.” ucap Jaehyun, Jungkook mendongak dan menatap lawan bicaranya.

Jaehyun lalu mengulurkan tangannya untuk dijabat oleh Jungkook “Mau berteman, setidaknya satu lebih baik dari pada tidak punya sama sekali.”

Jungkook menatap lama tangan Jaehyun, ia ragu akankah ia bisa mempercayai pemuda yang baru dikenal itu?

“Lama deh, ketimbang salaman doang!” Jaehyun dengan tidak sabarannya menarik tangan kanan Jungkook untuk saling berjabat.

Dan, sejak hari itu keduanya mulai dekat, Jaehyun pun sering menolong Jungkook yang masih sering dirundung. Membuat pemuda Jeon yang tadinya ragu dengan status persahabatan mereka kini mulai mengandalkan Jaehyun seutuhnya.

Hingga suatu hari si Jung itu mempunyai kekasih bernama Naeon. Sejak saat itu Jaehyun tak lagi terlihat bersama dengan Jungkook, bahkan terkesan abai. Entah racun apa yang Naeon berikan kepada Jaehyun, hingga membuatnya begitu dingin pada keadaan sekitar.

Seperti saat ini ditahun akhir sekolah, bukanya sibuk belajar untuk ujian -para siswa malah sibuk menonton tontonan gratis ditengah koridor sekolah.

Jaehyun dan sang kekasih berjalan membelah kerumunan, dan ternyata disana ada Jungkook yang tengah dirundung oleh beberpa pihak yang berkuasa di sekolah.

Jungkook yang melihat kehadiran sang sahabat pun menatapnya penuh harap, sama seperti kala pertama kali mereka dipertemukan. Tapi lagi-lagi si nenek sihir meracuni otak Jaehyun “Apa yang kau lakukan? Ingin membantunya? Sudah ku bilang jangan pedulikan pecundang sepertinya!” katanya lalu menyeret Jaehyun pergi dari sana.

Melihat Jaehyun yang berlalu begitu saja, membuat kepercayaan Jungkook kepada Jaehyun musnah seketika. ‘Dia bukanlah lagi seorang teman.’

Di hari itu juga, tepatnya setelah kerumunan itu memudar karena tak ada lagi yang menarik -ya, Jungkook kalah. Ia pergi menuju atap sekolah, dengan ini ia memutuskan tak kan lagi hidup didunia ini sebagai pecundang.

Jungkook berdiri di tepian dengan kedua tangannya yang ia rentangkan. Angin sepoi meniup lirih tubuhnya terasa dingin dan sedikit nyeri dibeberapa bagian yang luka. Setelah kedua matanya tertutup ia mulai menjatuhkan diri dari atas sana.

“Aku... akan selalu membenci sekolah ini, dan semua orang yang hidup didalamnya terutama kau Jung Jaehyun!” rapalnya sebelum tubuhnya terasa remuk menyentuh tanah.

✧✧✧

I Can See You ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن