A Mission

2.2K 342 13
                                    

Senin.

Hari ini Jung Jaehyun yang masih terjebak dalam tubuh Na Jaemin telah berencana untuk mengunjungi tempat terakhir sang adik bernafas. Pemuda yang masih tinggal bersama ayah dari sang sahabat ini berharap dapat menemukan sebuah petunjuk di sana. Seharusnya hal ini bukan lagi hal yang sulit baginya mengingat dirinya merupakan seorang  mantan  detektif.

Setelah bersiap dan mendapat ijin dari ayah Jungkook, Jaehyun segera menuntaskan niatnya tersebut, tubuhnya memaksa kakinya melangkah meski keadaannya belum begitu pulih.

Dikenakannya hoodie hitam kebesaran dengan topinya yang bertengger dikepala, celana jeans dengan sobekan pada bagian lutut yang tentunya didapatkan di lemari Jungkook, juga masker yang berfungsi menyamarkan wajahnya.

Jaehyun berhenti begitu sampai didepan gang yang merenggut nyawa adiknya itu, terlihat didalam sana ada dua orang pemuda yang sedang berbincang. Dua orang tersebut tampak mengenakan jas almamater yang sama dengan jas almamater adik Jaehyun. Satu sekolah? Pikirnya. Alih-alih bertanya dan mendekat kepada dua orang itu, Jaehyun  malah memilih bersembunyi dan menguping pembicaraan keduanya.

"Kau pikir aku tidak melihat mu saat itu?" tanya yang lebih tinggi dengan seringaian tercetak di wajahnya.

"Tolong jangan seperti ini!" mohon orang lainnya.

"Kau melihat semuanya jadi tidak perlu kujelaskan." kata yang lebih tinggi mendekatkan dirinya pada lawan bicaranya, sang lawan bicara terlihat mundur ketakutan hingga tubuh kecilnya membentur tembok jalanan.

"Sepandai-pandainya kau menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga." peribahasa itu membuat yang lebih tinggi kesal, dicengkeram kuat leher yang lebih pendek hingga sang empu meringis kesakitan.

"Ku lepaskan untuk saat ini, tapi untuk lain kali dipastikan leher mu putus!" final ancamnya, ia lalu melenggang pergi dari gang tersebut.

Jaehyun yang melihat salah seorang pergi pun segera mengikuti langkahnya, entahlah rasanya ia agak curiga dengan orang tadi.

✧✧✧

Jisung memasuki  kelas dengan terburu, bel sudah berbunyi tapi ia baru saja masuk, jika terlambat sedikit saja ia pasti sudah dihukum untungnya masih tersisa beberapa menit sebelum kehadiran sang guru.

"Hhah ... hampir saja!" gumam Jisung yang belum sempat menetralkan nafasnya yang terengah-entah.
"Chenle tidak berangkat lagi?" tanyanya dalam hati kala melihat bangku Chenle yang kosong  semenjak beberapa hari.

"Ada apa dengan bocah itu?" diambilnya sebuah benda pipih dari dalam sakunya, dicarinya kontak bernamakan Zhong Chenle dan segera menghubunginya.

Panggilan via telepon itu tidak dapat terhubung dengan nomor yang dituju membuat Jisung berdecak kesal. "Apa-apaan bocah ini?!" gerutunya.

"Kenapa harus repot-repot mengkhawatirkannya sih?" Na Jaemin, yang kini berdiri tepat disamping Jisung tiba-tiba berujar dengan kesal.

"Eung? Jeno juga tidak berangkat hari ini?" lanjut tanya Jaemin begitu pandangannya mengedar ke seisi ruangan.

Ah, iya Jisung lupa bercerita tentang kematian Jeno. Mau tidak mau Jaemin juga harus mengetahui hal itu, mengingat mereka adalah sepasang kekasih sebelumnya.

"Ehemm, tentang Jeno Lee ... dia,-..."

"Silahkan duduk di bangku masing-masing, kita akan segera memulai pelajarannya." guru datang membuat ucapan Jisung terhenti. Ia lalu segera mengambil tempat duduknya disusul Jaemin yang menduduki bangku Chenle yang kosong.

I Can See You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang