•°Friendzone;36°•

49 2 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•
•°Friendzone © Kelompok 5°•
•°Part 36 By: garissenjaa °•
•°Jum'at, 01 Januari 2021°•



💜Happy Reading💜

Starla diambang kebingungan ... hingga akhirnya ... Arya menjadi tempat akhirnya bersinggah ... entah akhirnya bagaimana respons Arya menanggapi.

Starla melangkahkan kakinya ragu kerumah Arya. Kamar biasanya menjadi tempat bersandar nya ketika penat.

Ia pun mengetuk rumah itu ragu.

Tok ... Tok ... Tok ....

"Permisi ... Arya ...," ucap Starla ragu.

Cklek

"Kenapa La? kok pandangan kamu kebawah? ada apaan?"

Tak berlama-lama ia pun langsung memeluk erat tubuh bidang Arya.
Isak tangis sempat beberapa kali terdengar.

Arya yang tak tega, lantas tangan kanannya bergerak mengusap punggung Starla.

"Kamu ... nggak papa La?"

Starla tersenyum getir, "Hiks ... Aku ... nggak papa kok, Ya ...,"

"Tenangin diri dulu oke? masuk ke rumah ku yuk, sini ku minum dulu bentar ya ku ambilin,"

Tak berselang lama, Arya kembali membawa minuman beraneka ragam, tak lupa beberapa cemilan ikut serta berdiri tegap diatas nampan biru tua.

"Minum gih, La, abis tu kamu makan dulu aja, kalau dah siap cerita aja sama aku," ucap Arya berusaha menenangkan.

Teh hangat yang disediakan oleh Arya menjadi tujuan Starla tuk meneguk habis. Rasa hangatnya menembus tenggorokan Starla.

"Gimana sekarang perasaannya? udah mendingan?" tanya Arya.

"Udah Arya, bye the way, makasih banget ya, nggak tau aku mau ngomong gimana lagi ...,"
"Arya ... sejujurnya aku mau ngomong serius sama kamu," sambung Starla.

Arya menatap kedua bola mata Starla serius, "Mau ngomong apa, La?"

"Ehm ... mau nanya aja sih ... kita teh ... sebenarnya udah putus belum sih?"

Mendadak raut wajah Arya menjadi datar. Suasana dingin diruangan kini menjadi panas. Sepertinya ... tak ada yang bisa dibilang baik-baik saja tuk saat ini. Begitupula dengan hati.

"Kenapa bahas itu?" suara Arya mencekam.

Hati Starla tak bisa tenang. Jantungnya memompa darah lebih cepat dari biasanya. Tangannya gugup. Pikirannya kosong. Tak tahu ia harus menjawab apa dari pertanyaan yang Arya ajukan kepadanya.

"Nggak usah bahas itu dulu, pikir dulu apa yang mau diucapin," lanjut Arya.

***

"Huft ... maafin aku tadi agak kebawa emosi sedikit, kamu nggak papa La? Makan aja gih,"

"Okey, Ya."

"Kalau dipikir-pikir sih, hubungan kita belum berakhir, cuman lagi renggang dikit aja, bye the way teh, kamu akhir-akhir ini kemana?"

"Ehm ... kamu marah ya sama aku? aku ... nggak sesuai keinginan kamu banget, aku ... pasti bikin kamu kecewa parah, iya kan?" tanya Starla sambil memperlihatkan puppy eyesnya.

"Aku nggak marah kok sama kamu, La, tapi ... aku lihat bukannya Kamu deket juga sama Jevan? kalian ... jadian ya?"

Starla yang tengah meminum minuman yang dihadapannya langsung tersedak.

Uhuk ... uhuk ....

"Kamu nggak papa La? kalo kamu minum teh hati-hati ... pelan-pelan atuh jangan kek gini," omel Arya.

"Aku nggak cepet-cepetan kok minumnya, cuman pertanyaan kamu aja yang bikin aku keselek,"

"Maaf kalo gitu ...,"

Alis Starla memicing keheranan.
"Oh iya, dari mana kamu tahu kalau aku sama Jevan akhir-akhir ini deket?"

Arya menampakkan senyum miris.
"Kan aku lihat kamu sama Jevan, tanpa kamu sadari," Arya menyunggingkan senyumnya miris.

"Tapi Ya, aku nggak ada hubungan apa-apa kok sama Jevan," jelasnya.

"Setau aku La, Jevan juga suka sam kamu, terus kenapa kalian nggak mutusin jadian aja kan biar mudahin semuanya? termasuk urusan cinta kita?"

'Bagaimana bisa Jevan mencintaiku? bukankah ia kemarin mengucapkan kata penolakan dihadapanku? dengan jelas dan lugas, tapi?'

'Dan kenapa juga Arya memutuskan tuk mengakhiri ikatan kita?'

Jder!

Bagai disambar petir, ditengah siang hari ini, bukan ini yang Starla mau sehingga ia datang kesini, tapi ... rasa bahagia yang harusnya ia susun kembali. Ia sekarang tahu ... cintanya kepada Jevan itu hanya sebuah obsesi yang tak perlu ia lanjutkan. Namun, kenapa seolah takdir tak pernah memperdulikan?

Takdir jahat! aku benci takdir!

Tak terasa ... mega menurunkan tetesan air mata, yang tersakiti karena lagi dan lagi pasal cinta yang menjadi kisah tangisnya.
Cinta. Dia berasa iblis, disaat kau benar-benar bermain diatas takdir.

isak tangis Starla menjadi sebuah melodi, melodi abstrak, bermula dari tangis yang Arya buat.

Arya yang tak tega, namun, juga gengsi yang menjelma menjadi sebuah batu yang terlalu keras didalam hatimu.

"Starla ... kamu jangan nangis terus, _please,_ aku nggak kuat lihat kamu nangis terus loh, kamu tau kan? kelemahanku itu saat kamu nangis, aku lemah,"

Starla mengusap pipinya yang dibanjiri air mata, dengan nafas yang masih tak dapat ia _kontrol_ seperti semula.

"Arya teh hiks, sekarang hiks jahat hiks sama ... aku hiks," ucap Starla dengan isak tangisnya.

"Aku ... jahat gimana sama kamu Starla?"

"Ya ... hiks jahat sama aku, katanya nggak mau ninggalin aku hiks,"

Arya mengacak gemas rambut Starla. bagaimana bisa ia melepaskan hatinya dengan mudah dari Starla? cewek yang benar-benar ia cintainya. Bagaimana juga ia bisa meninggalkan Starla dengan seenak hatinya? sedangkan hatinya? masih diombang-ambing oleh perasaan Starla, yang semakin hari bukan rasa benci yang timbul, namun, rasa rindu yang semakin membelenggu. Sehari saja mereka tak bertemu, hidup Arya rasanya hampa dan pilu.

Kata orang ... buat apa bucin? kalau susah sama temen yang jadi pundak sanggah, tapi ... bucin juga diperlukan. Karena pacar akan mendampingi hidup kita hingga tua, akankah teman bisa melakukan juga? itulah prinsip seorang Arya.

•••

TBC💜

TBC💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
05;Friendzone✔Where stories live. Discover now