•°Friendzone;21°•

43 3 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Friendzone © Kelompok 5°•

•°Part 21 By: fanvaa°•

•°Rabu, 16 Desember 2020°•




💜Happy Reading💜

"Lo pulang sama siapa, La?" Jevan mengambil alih tumpukan buku yang di dekapan Lara, dan berjalan berdampingan melewati koridor.

Lara terdiam sebentar, lalu melengos pelan. "Taksi, mungkin," jawabnya seraya melirik Jevan sekilas. Diam-diam ia mengharap Jevan menawarinya tumpangan.

"Yaudah sama gue," tandas Jevan seraya menyusul Lara yang sudah masuk ke dalam perpustakan.

Lara menyengir melihat Jevan yang tertatih menyusulnya. Gadis itu menaruh tumpukan buku tebal pinjaman kelasnya di rak paling pojok, setelah tadi ia susun sedemikian rupanya agas bisa lebih enak dilihat.

Jevan menirunya. Pemuda yang seragamnya sudah tak beraturan lagi itu membuang nafas lega sehabis selesai menyusun buku tebal bawaanya. "Berat amat ni buku. Kebanyakan dosa kek elo, La," katanya yang di akhiri ejekan, tak tertinggal raut sengaknya yang sungguh khas.

"Gue?" Lara menunjuk dirinya, lalu berdecih geli. "Ngaca anjir, lo yang biasa minum minuman keras jadi elo yang kebanyakan dosa," balasnya.

"Gue udah enggak tuh." Jevan mengangkat alis tinggi, dan bersedekap dada. "Paling mentok juga cuman 1 botol, La."

"Sama aja dodol." Lara maju, tangan gadis itu terangkat menoyor kening Jevan dengan keras, setelahnya tawanya menyembur begitu saja saat melihat Jevan mengaduh.

Jevan melotot. Tangannya ikutan maju menggelitiki perut Lara, mereka jadi ribut sendiri, mengabaikan tempat bahwa mereka kini sedang ada di dalam perpustakan, dimana peraturan dilarang mengobrol dan berisik sangat ketat.

Sampai ...

Brak!

"YANG DI POJOK, HEY!"

Pekikan guru penjaga langsung menggema di ruangan, beserta gebrakan meja yang kerasnya tak main-main.

Lara kicep, berhenti memberontak. Lewat isyarat mata, gadis itu tengah mengomeli Jevan dengan pelototan kecil.

Mereka berdua mengulum senyum, kemudian berlari keluar seraya cekikikan.

"Elo sih," tunjuk Lara menyenggol lengan Jevan di sebelahnya, membuat pemuda itu mendelik tidak terima.

"Mana ada," elaknya. Jevan berjongkok, membenari tali sepatu Lara yang terlepas.

Sedangkan Lara hanya diam. Memandangi lapangan sekolah yang mulai sepi, sembari menunggu Jevan yang sedang merevisi tali sepatunya.

"Kebiasaan." Celetukan Jevan membuat atensi Lara langsung bergerak ke arah bawah, menunggu lanjutan ucapan pemuda tersebut. "Lo tuh kalau tali sepatu lepas ya di benerin, La. Jangan dibiarin gitu aja," omelnya beranjak berdiri.

Bibir Lara mencabik kesal. "Males jongkoknya, elah," ujarnya. Tidak mau mendengar omelan Jevan yang ingin lanjut, ia langsung menggeret pemuda itu, agar cepat-cepat bisa ke rumah.

Jevan menurut pasrah. Membiarkan gadis di depannya membawa dirinya menuju parkiran, mengambil kendaraan.

"Bawa helm gak?"

"Kagak." Jevan menggaruk keningnya, tak merasa bersalah. "Gue gak tahu lo bakal numpang, sih," belanya.

"Yaudah, gakpapa." Lara menaiki motor Jevan, duduk di belakang mendahului sang pemilik. "Seger kena angin jadinya."

"Kalau ada polisi tidur ya kena tangkap." Timpal Jevan, mengumpat sendiri.

***

"Kamu ada kerja kelompok hari ini?"

Starla membukakan wadah bekal di tangannya, lalu meletakan di tengah-tengah dirinya dan Arya.

Arya menutup buku. Memandangi Starla tanpa bicara, diam. "Kayaknya ada, tapi kelompoknya bukan hari ini."

"Bagus lah." Starla tersenyum, membalas tatapan sang pacar tak kalah hangatnya. "Kamu makan dulu, belajarnya lanjut entaran aja," ucapnya perhatian.

Arya mengangguk, patuh. Pemuda tampan itu menerima sodoran sendok dari Starla, menerimanya untuk makan. "Kamu sendiri udah makan? Segala bawain aku makanan, kebangetan banget kalau kamu belum makan."

"Udah, kok." Starla tertawa kecil, geli sendiri melihat Arya mengomelinya. "Kita ada waktu banyak, lho, Ar."

Arya menyendokan nasi ke dalam mulut. Mengunyahnya pelan, setelah menelan ia kembali menatap Starla. "Terus?" tanyanya memancing.

"Kita bisa jalan-jalan, ke mall, belanja gitu," ucap Starla menahan senyum. Ia mengode, agar Arya bisa mengajaknya keluar, walaupun sebentar.

"Iya bentar, ya." Arya tersenyum lebar, mengangkat tangan mengacak surai gadis tercintanya dengan gemas. "Kita belajar dulu, abis itu jalan-jalan. Iya?"

Starla mengangguk antusias, dan membiarkan Arya memakan bekal pemberiannya dengan lahap. Gadis itu meletakan sebuah botol minum di sebelah Arya, sesekali ia mengusap ujung bibir Arya yang belepotan terkena bekas lauk.

Usai menenggak minum, Arya menutup kambali wadah bekal yang masih setengah, pemuda itu suka sekali jika makan nasi pasti tidak habis.

Mereka kembali membolak-balikan buku bacaan. Kedua pasangan itu masih stay di dalam sekolah, tepatnya mereka kini ada di rooftop, membaca dan menyelesaikan tugas sekolah hari ini.

Arya yang kini sudah mencoret-coret buku tulisnya dengan angka, dan Starla yang hanya membaca materi besok, memahami sesekali mengisi pertanyaan yang ada.

Mengerjakan sekarang, agar malam harinya mereka bisa bebas entah mau melakukan apa. Karena menurut mereka, membuka buku saat malam hari suka kelupaan karena sibuk bermain ps, ah, sepertinya ini hanya berlaku pada Arya.

Berbeda Starla, yang notabenya adalah siswa anti pemalas, dan cerdas. Serasi sekali jika berdampingan dengan murid seperti Arya.

"Fisika? Bakal lama deh."

Arya mengangkat kepala, lalu terkekeh mendengar celetukan Starla yang tadi habis memajukan tubuh mengintip kegiatan Arya. "Hem, fisika. Enggak lama, dikit lagi."

Starla mengulum bibirnya."Tinggal berapa?"

"Sepuluh."

Mendengarnya, sontak saja mata Starla mendelik. Tak tanggung, gadis itu melayangkan bogeman pelan di lengan sang pacar. "Itu banyak, ya, btw." omelnya.

Arya mengacak rambut Starla, membuatnya sedikit berantakan. Habisnya gemas dia. "Tenang, gak usah khawatir," katanya.

"Ck, kamu ih," decak Starla sebal. Ia membenarkan rambutnya dengan wajah menekuk. "Janji bakal jalan-jalan?"

"Hem, janji."

••••

TBC💜

TBC💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
05;Friendzone✔Where stories live. Discover now