2.9 He is not Himself

55 8 2
                                    

Tiga hari yang lalu..

Jeno meletakkan cangkir kopinya di atas meja. Ia merebahkan kepalanya sambil menatap cangkir kopi tidak berdaya itu. Ya, bahkan cangkir kopi itu sama tidak berdayanya dengan dirinya saat ini.

Suara derit kursi mengalihkan perhatian Jeno ke arah seseorang yang ikut duduk di sampingnya. Ia melihat seorang pemuda seumuran adiknya sudah memperhatikan dirinya secara terang-terangan.

"Apa masalah kantor anda begitu berat?" tanya Jungwoo.

Jeno mengangguk pelan. Terlihat sekali jika Jeno tampak begitu lesu.

Jungwoo memperhatikan tanda pengenal yang tergantung di leher Jeno. Dilihatnya kartu nama itu, setelahnya ia menampakkan ekspresi kagum.

"Posisi anda termasuk tinggi untuk karyawan yang bekerja di Jung Group, tuan"

Jeno menghela nafas lesu mendengar pujian Jungwoo tersebut. Pundaknya seketika menurun dan rautnya tampak terlihat begitu sedih.

"Sayangnya posisi itu bukan milikku lagi" pasrah Jeno.

Jungwoo memperhatikan Jeno lebih lekat lagi. Seolah membaca apa yang sedang terjadi pada diri Jeno sekarang. Jungwoo mengangguk setelahnya. Jeno yang sejak tadi bingung melihat tingkah aneh remaja di hadapannya ini hanya memperhatikan saja apa yang akan dilakukan Jungwoo. Sedetik kemudian ia melihat Jungwoo merogoh tas dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Jeno melihat sebuah amplop besar yang disodorkan ke arahnya oleh Jungwoo.

"Aku hanya bisa membantumu dengan ini" ujar Jungwoo penuh makna.

Jeno memperhatikan Jungwoo keheranan. Belum habis rasa heran Jeno, Jungwoo kembali menambahkan.

"Anda harus tetap mempertahankan posisi itu. Jadi bukalah isi amplop ini dan lakukan apa yang harus anda lakukan. Dan kuharap hanya anda yang mengetahui hal ini"

Jungwoo langsung bangkit berdiri setelah memberikan amplop itu. Ditinggalkannya Jeno yang masih bingung dengan ucapan yang dilontarkan Jungwoo baru saja.

Jeno mengambil amplop tersebut. Dibukanya amplop itu dan melihat sebuah recorder juga selembar kertas lain. Jeno langsung memutar rekaman itu dan mendengarkannya seksama.

"Apa yang kau lakukan?"

Jelas sekali, ini suara remaja yang tadi ditemuinya. Ya, itu suara Jungwoo.

"Aku- hanya mengikuti instruksi dari atasanku"

"Untuk mengikuti Jung Sungchan?"

"Be-benar"

"Siapa yang menyuruhmu?"

Awalnya tidak ada suara. Namun beberapa detik kemudian terdengar suara kerusuhan.

"Jawab aku.." desak Jungwoo pelan namun penuh penekanan.

"Tuan Seo Johnny, musuh presdir Jung Jaehyun"

.

Dua hari yang lalu...

Johnny mengepulkan asap rokoknya ke udara. Ia tersenyum miring melihat Jaehyun yang sudah menatapnya tidak lepas bahkan tidak berkedip sama sekali.

"Selamat datang presdir Jung yang terhormat" sambut Johnny dengan rentangan tangan yang begitu lebar.

"Cepat katakan apa maumu?!" desak Jaehyun tidak tahan.

Johnny menurunkan dua tangannya yang terentang. Lalu mengangguk kecil setelahnya.

"Owh, anda terlalu terburu-buru rupanya"

Come, Stay, or LeaveWhere stories live. Discover now