7. acuh tapi sayang

142 32 15
                                    

Ryujin sedang menonton televisi sambil mengunyah makanan ringannya. Ryujin bahkan rela bangun pagi-pagi sekali hanya untuk menonton televisi. Ia juga tahan duduk berjam-jam di depan televisi meskipun acara yang ditontonnya itu random.

"Aku akan pergi ke Venesia besok" ucap Jaehyun yang baru saja keluar dari kamarnya.

Ryujin menghentikan kunyahannya. Ia meletakkan makanan ringannya dan menoleh ke arah Jaehyun.

"Berapa lama?"

"Satu minggu mungkin"

Ekspresi Ryujin berubah seketika, mengingat beberapa waktu lalu ia tinggal sendirian disaat listrik rumahnya padam.

"Kalau kau tidak ingin tinggal sendirian, kau boleh pulang ke rumah orang tuamu" tambah Jaehyun seolah bisa membaca pikiran Ryujin.

Ryujin masih diam. "Apa aku tidak boleh ikut?" tanyanya sesaat kemudian.

Jaehyun mengernyit heran. "Aku pergi bukan untuk berlibur"

Ryujin tidak menjawab lagi, namun ia terus memperhatikan Jaehyun.

"Kenapa memandangku seperti itu?" tanya Jaehyun.

"Aku ingin memeriksa kandunganku"

Jaehyun menghentikan aktivitasnya memasang dasi. Ia menoleh kearah Ryujin yang masih duduk diatas sofa.

"Kau bisa pergi sendiri, atau aku akan menyuruh Doyoung untuk menemanimu"

Ryujin mengigit bibirnya. Lagi dan lagi, Jaehyun selalu menolaknya.

"Suamiku itu kau Jaehyun. Bukan Doyoung!" teriak Ryujin marah.

Ryujin kemudian berdiri dan pergi menuju kamar. Dihempasnya pintu kamar dengan keras.

Jaehyun menggeram. Ryujin lagi-lagi bertingkah menyebalkan. Jaehyun menahan nafas melihat tingkah istrinya itu.

Jaehyun menuju kamarnya. Dibukanya pintu kamar dan dilihatnya Ryujin yang sudah menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Pekerjaanku sangat menumpuk hari ini. Banyak project yang harus kuperiksa--"

"Urus saja pekerjaanmu! Tidak usah mengurusku lagi!" jawab Ryujin dari balik selimut.

Jaehyun berdecak. Ia melangkah dan menarik selimut itu kasar. Tampak Ryujin yang meringkuk sambil memeluk bantal gulingnya. Sama sekali tidak ingin menatap Jaehyun.

"Bisakah kau mengerti keadaan diriku bahkan untuk sekali saja?!" bentak Jaehyun.

Ryujin bangun dari tidurnya. Ia duduk dan menatap Jaehyun yang benar-benar menyebalkan di pandangannya.

"Aku tidak pengertian katamu?! Apa selama ini kau sudah mengerti perasaanku?!"

"...Kau pulang begitu larut. Aku meminta ini dan itu kau selalu menolakku. Dan sekarang kau ingin aku mengerti keadaanmu?!"  oceh Ryujin.

"Semua keinginan anehmu itu bisa kau lakukan sendiri. Sedangkan aku? Apa kau bisa menyelesaikan segala urusan perusahaanku?" balas Jaehyun juga penuh emosi.

Ryujin membuang mukanya. Rasa kesalnya semakin mendekat ke ubun-ubun.

"Memeriksa kandungan pun kau seharusnya bisa sendiri. Berhenti meminta hal yang tidak wajar, Ryujin. Jadilah wanita yang tegar!"

Nafas Ryujin memburu. Ia meremas sarung bantal yang dipegangnya, menahan marah.

"Sebelum aku semakin marah lebih baik kau pergi darisini!" usir Ryujin sambil menunjuk ke arah pintu kamarnya.

Jaehyun mengangguk. "Baiklah. Aku pun sudah muak! Terserah kau saja mau berbuat apa"

Jaehyun melangkah keluar kamar dan membanting keras pintunya menimbulkan suara gemuruh yang hebat.

Come, Stay, or LeaveKde žijí příběhy. Začni objevovat