31 || Smooch

202 49 191
                                    

【Happy reading】
🖤🖤
.
«‹«‹«‹«‹

Warning 15+

"When I saw you, I fell in love, and you smiled because you knew it." - William Shakespeare.

Ketika pintu itu dibuka, menampilkan ruangan persegi cukup luas dimana ada meja dan ranjang pasien pemeriksaan.

"Silahkan duduk dulu," balas dokter Ozhan tanpa melihat ke ambang pintu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Silahkan duduk dulu," balas dokter Ozhan tanpa melihat ke ambang pintu. Tak lama, sekitar 5 detik setelah mengatakan kalimat tadi, dokter Ozhan mendongakkan kepalanya dan mendapati Ziya yang sedang cengingiran di sana.

"Ziya?! Kamu kenapa kesini?" tanya dokter Ozhan setengah kaget, ia berdiri dari kursinya dan menghampiri Ziya.

"Apanya yang kenapa! Kamu ketiba nelpon, "Zi..." bikin panik aja. Ku kira handphone kamu ke lindes tronton," jawab Ziya yang menirukan suara dokter Ozhan saat menelponnya tadi.

"Hahaha...tadi aku lagi gak enak hati makanya nelpon kamu. Tapi aku gak minta kamu ke sini," ucap dokter Ozhan try to defense.

"Ya udahlah, kepalang ke sini juga kan. Kenapa? Ada masalah apa?"

"Gak penting si-" ucapan dokter Ozhan terhenti olehnya sendiri saat melihat tatapan tajam dari gadisnya.

"Iya-iya. Pas mood aku udah bagus aku cerita," sambungnya.

"Okey," balas Ziya mengangguk. Menurutnya cerita termasuk privasi jadi biarkan dokter Ozhan sendiri yang sedia menceritakannya.

"Aku anterin kamu pulang sekarang."

"Ih bentar dulu! Orang baru duduk juga belom sampe lima menit udah di usir. Kamu kurang ajar banget sama tamu," omel Ziya pada kekasihnya.

"Ini udah malem Zi...kalau tante nyariin gimana?"

"Aku udah izin. Lagian kamu gak pulang?"

Dokter Ozhan menghela nafas, sekali lagi ia merasakan apa yang kedua sahabatnya katakan. Perempuan selalu benar jangan berdebat dengan mereka.

"Enggak."

"Tidur di ranjang pasien?"

Dokter Ozhan menggeleng sedikit tertawa, "Di sana ada pintu, isinya kamar," ujarnya seraya menunjuk pintu kayu di samping meja kerjanya.

"Ohh... pantes dokter banyak yang nginep di rumah sakit. Emang spring bednya gede?"

"Lumayanlah."

"Cukup untuk orang dua?" tanya Ziya lagi.

Dokter Ozhan menggangguk seraya berkata iya, tapi setelah dirinya sadar, dokter Ozhan langsung menatap Ziya yang tengah memberikan pandangan lugu. Dokter Ozhan mencoba menjaga hasratnya. Dia laki-laki normal.

To Have Eaten A Monkey || Bright Vachirawit ✔️Where stories live. Discover now