1 || Quietude

1.3K 108 201
                                    

Cerita di revisi sedikit agar lebih rapi dan tersusun.
Happy reading 😊😊
.............................................................

"Aku jadi ingat kisah Fatimah dan Ali."

Sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela kamar yang tertutup tirai bewarna coklat cream, seakan memaksa ku untuk membuka mata. Entahlah, tapi rasanya hari ini terasa begitu malas, lesu, lunglai, dan seperti "Just give me a day for rebahan dong!"

"Bangooonnn....bangonnnnn oy lu molor mulu etdah."

Oke baiklah, ini yang paling menyebalkan dalam hidupku. Si alarm hidup yang siap membuat keributan di pagi hari.

"Berisik banget sih punya kakak."

"Mangkanya bangun. Kagak ibadah kan lu tadi? Jangan jadi kafir, susah gua ngejenguk lu di neraka ntar."

Dia Saya, kakak perempuanku satu-satunya. Banyak yang bilang kami itu mirip bahkan ada yang mengira kami itu kembar, padahal nyatanya, aku dan dia berbeda usia dua tahun.

Saya Allana Abella. Dulu, ia pernah tidak melanjutkan kuliah, lanjut kerja setelah tamat SMK. Karena saat itu, orang tua kami bercerai dan kami mengalami kemunduran keuangan. Sehingga tidak memungkinkan bagi bunda untuk menguliahkan kami sekaligus. Walaupun aku belum kuliah saat itu tapi, tetap bunda harus menabung untuk uang kuliah ku. Dalam artian kak Saya mengalah.

Disaat keluarga ku masih lengkap, disaat itu pula kami berada di atas. Dan disaat keluarga ku bercerai-berai, di saat itulah kami berada di bawah. Sedih? Kecewa? Marah? Jika aku bisa lakukan itu pasti sudah ku lakukan. Hanya saja, aku memilih untuk menerima kenyataan. Karena jika aku bersedih, maka bunda akan lebih bersedih lagi nantinya.

"Gak boleh ngomong gitu. Urusan neraka-surga Tuhan yang ngatur. Mau ngeduluin kodrat Tuhan?" balas ku menanggapi gurauannya. Ia tak membalas, malah sibuk bermain dengan ponsel pintarnya.

Aku menuju ke kamar mandi untuk sekedar menyegarkan tubuh, membersihkan diri dari sisa-sisa kelelahan yang ada. Ternyata, bekerja tidak seindah yang ku bayangkan. Aku dan kak Saya tidur sekamar. Kenapa? Karena aku belum berani tidur sendiri.

"Jangan lama mandinya, Bunda udah nyiapin sarapan di bawah. Kalau lama sarapan lu gua abisin yak."
Sudah tau kan siapa yang berucap demikian. Mungkin karena usia kami berjarak tak terlalu jauh sehingga membuat kami bertingkah layaknya teman.

Setelah selesai mandi, aku memakai pakaianku. Sebuah kemeja tunik dan celana cotton yang bewarna selaras. Aku hanya mengikat rambutku ala ekor kuda, tak lupa aku juga memoleskan bedak tabur dan liptint merah di bibirku. Tidak terlalu tebal, namun cukup memberikan kesan fresh di wajah oval ku. Ku tambahkan sedikit hiasan di bagian kerah baju. Aksesoris kalung piramid bewarna kombinasi hitam dan silver metalic. Fashion ku hari ini adalah, Simple.

Ku turuni anak tangga satu persatu dan dapat ku lihat dua perempuan yang sedang berbincang ringan di meja makan. Mereka adalah bunda dan kak Saya.

"Sarapan dulu dek sebelum pergi," ucap bunda.

"Iya bun, nasi goreng lagi?" jawab dan tanya ku sekaligus.

"Ho oh, dan ini pakai resep nasi goreng cafe gua," balas kak Saya.

Aku hanya mengangguk dan segera menuangkan beberapa centong nasi kedalam piringku. Ku akui, nasi goreng ala kak Saya memang enak. Sedikit cerita, kak Saya sekarang sudah menjadi owner cafe yang cukup sukses dan berhasil membuka cabang di beberapa tempat. Ia juga sudah berada di semester 8 saat ini mengambil jurusan manajemen bisnis, artinya ia kerja sambil kuliah. Setelah aku kuliah dan masuk semester 5, ia baru memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya.

Sebelumnya, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan setelah tamat SMK namun setelah dua tahun kontrak, ia berhenti dan memilih untuk membuka usaha sendiri.

Bunda ku, Amartha Sahindra adalah seorang single mom yang sukses dalam hidupnya. Kenapa? Karena ia berhasil menyekolahkan dan menghidupi anak-anaknya seorang diri.

Jika ditanya adakah pahlawan tanpa tanda jasa selain guru, jawabannya ada. Dan dia adalah ibu ku. Dulu, bunda bekerja bersama temannya menjadi asisten pribadi. Jangan khawatir, teman bunda ku itu seorang perempuan. Sekarang, bunda tidak bekerja rutin lagi seperti biasa karena anak-anak nya sudah bekerja sehingga peran mencari uang berganti tangan. Tapi bunda suka kue sehingga bunda akan menerima pesanan kue bolu jika ada yang memesan.

"Nanti pulang jam berapa?"

"Kayak biasa bun, kenapa?"

"Enggak. Bunda cuma mau ngajak kamu reunian sama temen-temen SMA bunda dulu."

"Lah ngapain ngajak aku bun, hahaha," tawa ku renyah. Jujur, sudah tertebak reunian mak-mak ini akan membosankan.

"Ya gapapa dong. Mau ngajak kakak kamu, dia nya sibuk skripsi," balas bunda.

"Oh iyaaa kasihan yang sibuk skripsi sampe jadi satpam kampus, hahaha." Aku meledek kak Saya yang duduk tepat di sebelahku.

"Bad attitude control of tounge banget sih. Udah ah, Aya pergi kuliah dulu ya bun," ujar kak Saya seraya berpamitan dengan bunda. Sarapannya pun sudah ia habiskan.

"Salim lu ma gua," ujar nya padaku.

"Hati-hati kakakuh. Di pantauin terus cafe nya kalau gak gue habisin makanan di sana pas mampir," ledekku lagi.

"Bacot."

"Udah! udah! Ya Allah ributtt terus kalian berdua ini. Sudah pada besar masih aja ribut. Bicara nya juga jangan kasar-kasar gak bagus," nasihat bunda di pagi hari.

"Habisin sarapannya terus berangkat ke kantor. Nanti piring kotor tarok aja di wastafel biar bunda yang cuci," perintah bunda sebelum ia pergi ke kamar, menerima panggilan telephone yang masuk.

Sebagai respon, aku hanya mengangguk-agukkan kepala.

Ghaziya Ayra Adibah, nama panjangku tapi sering di panggil Ziya. Sekarang aku bekerja di sebuah perusahaan penerbitan sebagai translator atau penerjemah.

Boleh aku sombong sedikit? Haha maafkan aku, tapi aku ini bisa menguasai 4 bahasa. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Mandarin, dan Korea serta sekarang, aku sedang mendalami bahasa Spanyol. Doakan aku agar cepat pandai dengan bahasa tersebut. Entahlah, tapi bagiku bahasa memiliki daya tarik yang kuat. Seolah membuat ku tak berhenti terkagum-kagum.

Melihat banyak dan berbedanya kosa kata di tiap bahasa tapi memiliki makna yang sama membuat ku berfikir bahwa bahasa itu unik. Sehingga aku menjadikan nya sebagai hobi sekaligus pekerjaan ku.

Sebelum aku berangkat ke kantor, sempat ku buka sosial media dan melihat si-dia memposting foto baru. Foto dirinya memakai kemeja putih lengkap dengan kacamata hitam yang menggantung di kancing kemeja, celana flanel hitam dan pantofel hitam. Ia tersenyum manis di foto itu dan seperti biasanya selalu banyak komentar dari kaum hawa di kolom komentarnya.

Beginilah aku, yang tak ikut mengomentari atau bahkan menyukai postingan tersebut, aku hanya bisa mengangguminya bukan hanya dari kejauhan saja tapi dari kesunyian.

❄❄❄

Selamat malam minggu saudari dan saudaraku tercintahhh.. Baiklah, jadi ini part pertama dari cerita ane yang kedua hihihi 🤭🤭.. Di support yaa aannnddd di pantengin terus biar tau kapan next partnya aku post.


Okey, sekian sapaan malam ini. Semoga menjadi teman di malam minggu. Jangan lupa di support (like sama komen) karena itu sangat berarti dalam kelanjutan cerita ini :)

To Have Eaten A Monkey || Bright Vachirawit ✔️Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon