KEVANO - 29

33.4K 8.6K 2.9K
                                    

Bel apartemen berbunyi. Keyla yang sedang membuat teh untuk dirinya sendiri segera meninggalkan kegiatannya.

Mata Keyla sempat melirik jam yang menggantung di dinding saat melewati ruang tengah. Jam sudah menunjukkan pukul 21.10 malam. Entah siapa orang yang bertamu ke rumahnya malam-malam begini. Walaupun Keyla masih belum tidur, tapi dia sedang malas menerima tamu. Apalagi badannya juga terasa capek setelah seharian bekerja.

“Siapa orang yang datang malam-malam gini?” gumam Keyla penasaran.

Keyla membuka pintu dengan malas. Dia memutar bola matanya jengah saat melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintunya.

“Ngapain lo ke sini?” tanyanya dengan bersedekap dada.

Orang itu cengengesan seperti biasa. Tangannya mengulurkan sebuah kantong plastik yang berisi dua kotak roti.

“Nganterin roti. Kata Keysha dia lagi pengen roti,” jawabnya.

Keyla tertawa sinis. “Selain owner, lo juga jadi bagian delivery sekarang.”

Laki-laki yang tidak lain adalah Vano itu mengangguk. “Khusus ke sini aja, sih.”

Keyla memutar bola matanya lagi.
“Jangan berani deketin adik gue lagi!” peringatnya tegas.

“Nggak. Kan gue deketin kakaknya,” balas Vano santai.

“Lo tuh, ya.” Tangan Keyla bergerak maju bersiap mencekik Vano andai tidak mengingat jika membunuh orang itu dosa.

Keyla mengepalkan tangannya yang menggantung di udara lalu menurunkannya kembali. Matanya menatap Vano kesal. Jika tahu yang datang Vano, Keyla pasti tidak akan mau repot-repot membukakan pintu untuknya.

“Mending lo pergi dari sini sebelum kesabaran gue habis.”

“Gue--”

Ucapan Vano terpotong saat Keysha muncul dari balik pintu. Senyumnya merekah saat melihat Vano membawa pesanannya. Dia tadi memang memesan roti ke toko Vano karena tiba-tiba saja dia ingin makan roti malam-malam seperti ini. Sepertinya dia sedang ngidam. Namun, dia tidak menyangka Vano yang akan mengantarkan rotinya ke sini sendiri. Padahal laki-laki itu bisa saja menyuruh karyawannya untuk mengantarkannya.

“Kak Vano! Ayo masuk, Kak.” Keysha melewati Keyla yang sedang berdiri di tengah pintu lalu meraih kantong plastik yang berada di tangan Vano. Tangan yang satunya dia pakai menggandeng tangan Vano agar mengikutinya masuk.

Vano merasa terkejut karena tangannya tiba-tiba digenggam. Sudah lama tidak ada yang menggandeng tangannya. Terakhir kali tangannya digandeng Ardian saat Vano menghadiri sebuah event di mall yang membuatnya harus berjalan di tengah-tengah penonton yang berebut meminta foto dengannya. Itu pun lebih pantas disebut menyeret dari pada menggandeng.

Keyla hanya bisa tercengang melihat apa yang terjadi di depannya. Dekat dengan Vano membuat Keysha tidak punya akhlak. Bisa-bisanya dia memasukkan kadal ke dalam apartemen Keyla.

Keyla berbalik badan lalu menghampiri mereka yang sudah duduk nyaman di sofa ruang tengah.

Wait! Wait! Wait! Ini apartemen gue. Kok lo main masukin cowok ke sini, sih?” Keyla menatap Keysha kesal.

Keysha menatapnya sekilas lalu kembali fokus membuka kotak roti. Keinginan bayinya sekarang lebih penting dari membalas gerutuan kakaknya.

“Ya ampun, Kak! Kayak yang datang siapa aja. Kak Vano kan teman lo juga,” balas Keysha santai. Dia tidak tahu hubungan seperti apa yang terjadi antara Vano dan Keyla. Vano mungkin menganggap Keyla temannya sekaligus calon istrinya, tapi Keyla menganggap Vano tidak lebih dari mantan teman sekelas yang harus dijauhi jika ingin hidupnya tenang.

“Nggak! Dia cuma mantan teman sekelas gue,” balas Keyla penuh penekanan dengan melirik Vano tajam.

Vano menghela nafas. Jangankan menjadi istrinya, menjadi temannya saja sepertinya Keyla ogah-ogahan. Padahal Vano sudah berusaha menjadi senormal mungkin, tapi usahanya sama sekali belum membuahkan hasil.

“Ya udah berarti dia ke sini sebagai teman gue kalau lo gak mau ngakuin.”

“Lagian, Kak Vano udah baik bawain roti ke sini malam-malam masa langsung diusir, sih?” tambah Keysha.

“Tapi, ini udah malam, Cha. Gue gak nyaman kalau ada dia.”

Vano berdehem. “Kalau gitu aku pulang dulu, ya?” pamitnya pada Keysha. Dia cukup tahu diri jika kedatangannya ke apartemen Keyla memang tidak diharapkan.

Keysha dengan cepat menahan tangan Vano. “Jangan! Kakak di sini aja dulu. Aku masih pengen ngobrol sama Kakak,” pintanya memelas membuat Vano kembali duduk. Dia tidak tega menolak Keysha yang entah kenapa tiba-tiba menjadi manja seperti ini.

“Cha...” tegur Keyla yang tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan adiknya. Keysha sampai memohon hanya agar Vano tidak pergi? Sepertinya dia memang sudah dipelet Vano.

“Kalau lo gak nyaman sama keberadaan Kak Vano, lo bisa masuk, Kak.”

“Kok jadi gue yang diusir, sih?” gumam Keyla pelan. Dia menggaruk kepalanya bingung. Sebenarnya yang punya apartemen ini Keysha atau dirinya? Kenapa seolah di sini dia yang menumpang?

Belum ada seminggu mereka dekat, Vano sudah menularkan sifat menyebalkannya pada Keysha. Jika tidak mengingat di rumah sedang tidak ada orang, Keyla pasti sudah menyuruh Keysha kembali ke rumah dari pada menginap di apartemennya kalau ujung-ujungnya membuat Keyla bertemu Vano. Apalagi kondisi Keysha yang sering sakit membuat Keyla tidak tega membiarkan adiknya tinggal sendiri di rumah orang tua mereka.

Keyla meninggalkan mereka dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Dia kembali menghampiri tehnya yang kemungkinan sudah dingin.

Benar saja, cangkir teh itu terasa hangat di genggaman tangan Keyla. Keyla segera meminumnya sebelum tehnya semakin dingin. Dia mendudukkan dirinya di pantry dengan sesekali melirik ruang tengah, takut Vano berbuat macam-macam pada adiknya.

Suara Vano dan Keysha yang sedang berbincang membuat Keyla mendengus pelan. Pasti Vano sedang melancarkan aksinya merayu Keysha.

Tawa mereka yang terdengar nyaring membuat Keyla yang sudah kesal menjadi semakin kesal. Dia segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku lalu mencari kontak seseorang.

Bawa bos lo pulang dari apartemen gue! Bos lo meresahkan

Keyla memencet tombol kirim untuk pesannya itu tadi. Tidak lama kemudian centang dua abu-abu yang menjadi tanda terkirimnya pesan berubah menjadi centang dua biru. Terlihat sang penerima pesan yang tidak lain adalah Ardian sedang mengetikkan balasan untuk pesan Keyla.

Biarin aja! Dia lagi memperjuangkan masa depannya

Keyla hanya membukanya saja. Pandangannya beralih pada dua orang yang sedang bercanda di depan televisi. Balasan pesan dari Ardian terngiang di otak Keyla. Dia jadi bertanya-tanya apa Vano serius dengan Keysha sampai Ardian bisa bilang seperti itu.

Keyla bisa mengambil kesimpulan seperti itu karena Vano memang datang untuk Keysha, jadi bisa dipastikan masa depan yang sedang diperjuangkan Vano itu adalah Keysha.

Ada rasa lega yang muncul karena itu artinya Vano tidak akan mengejar Keyla lagi setelah ini, tapi ada rasa mengganjal juga di hati Keyla yang tidak berhasil Keyla pahami.

Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu saat Vano menengok ke belakang. Dengan cepat Keyla membuang muka ke arah lain. Jangan sampai Vano kupret tahu jika sedari tadi Keyla memperhatikan mereka dari belakang.

Melihat Keyla membuang muka, Vano mengambil ponselnya lalu mengirim pesan untuk Keyla karena dia tahu Keyla sedang bermain ponsel.

Jangan cemburu karena itu akan sia-sia. Sama siapapun gue sekarang, akhirnya cuma lo yang bakal jadi garis finish-nya.

🌻🌻🌻

KEVANO [TERBIT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat