KEVANO - 30

35.5K 8.2K 2.7K
                                    

Keyla menghela nafas lega setelah pakaian-pakaiannya sudah masuk ke dalam kardus. Dia sekarang sedang mengumpulkan baju-bajunya yang sudah tidak terpakai untuk dibagikan ke orang-orang yang membutuhkan.

Keyla memang masih menyimpan semua baju-bajunya mulai dari dia kecil sampai dia sudah menjadi dokter seperti sekarang. Lebih tepatnya, sih, mamanya yang menyimpankannya untuknya. Bahkan mama Keyla sampai mengosongkan satu ruangan untuk tempat barang-barang bekas keluarganya. Mainan masa kecil Keyla dan Keysha pun ditaruh di sana juga.

Selesai memasukkan baju-baju bekas ke dalam kardus, Keyla beralih membuka lemarinya yang berada di rumah orang tuanya. Dia melihat-lihat baju yang belum pernah dia pakai. Dia ingin menyumbangkannya juga untuk kegiatan baksos kali ini.

Keyla memang sering kalap saat melihat baju-baju lucu apalagi jika sedang diskon. Belum lagi Vinka yang mempengaruhinya untuk menjadi pribadi yang lebih boros membuat Keyla sering kali membeli pakaian tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Dia membeli baju yang terlihat menarik di matanya, tapi tidak pernah dia pakai setelah itu. Apalagi jika belinya di online shop, sering kali foto produknya dengan barang yang datang berbeda dan berakhir tergantung indah di lemari tanpa Keyla sentuh lagi.

Mata Keyla memperhatikan seisi lemari. Dia mencari baju-baju yang sudah tidak dia inginkan lagi. Dari pada hanya tergantung di lemari lebih baik dibagikan kan? Keysha juga tidak mau memakainya karena baju yang menurut Keyla bagus belum tentu bagus juga menurut Keysha. Selera mereka memang berbeda jika menyangkut pakaian.

Setelah memilih dan menimbang-nimbang akhirnya ada 12 baju baru yang akan ikut Keyla bagikan bersama baju-baju bekasnya.

Keyla langsung mandi setelah selesai membereskan baju-bajunya. Sudah ada dua kardus besar yang berisi baju-baju Keyla yang niatnya akan dia bagikan pada orang-orang yang tinggal di bawah jembatan.

Selesai mandi Keyla menghubungi Senja dan Fifi yang bertugas membeli sembako dengan uang hasil patungan antara anak Black Eagle dan anak Black Angels.

“Halo, Ja! Gimana? Udah beres semuanya? Butuh bantuan gue gak?” tanya Keyla beruntun.

“Nggak. Udah dibantuin Fajar sama Gerald. Lo cepetan siap-siapnya! Bentar lagi kita jemput.”

“Iya.”

Keyla mengakhiri panggilannya. Dia mengganti bathrobe-nya dengan celana jeans dan kaos yang akan memudahkannya bergerak tanpa membuatnya gerah.

Keyla memilih menguncir rambutnya dari pada menggerainya seperti biasa. Dia tidak mau direpotkan dengan urusan rambut karena di sana nanti mereka pasti sangat sibuk.

Penampilan Keyla terlihat casual. Make up yang dia pakai juga tipis. Hanya maskara, lipstik, alis, dan bedak saja yang menghiasi wajahnya.

Dengan meminta bantuan satpam dan pembantunya, Keyla mengeluarkan dua kardus berisi pakaian dan meletakkannya di depan rumah sembari menunggu mobil jemputan yang sedang dalam perjalanan. Mobil bak itu akan mengangkut barang-barang yang akan dibagikan, sedangkan sebagian anak Black Eagle memilih naik motor dari pada membawa mobil.

Keyla mengerutkan dahi saat melihat Keysha juga keluar dari kamar dalam keadaan sudah rapi. Penampilannya tidak berbeda jauh dengan Keyla. Bedanya Keysha memakai jaket untuk melapisi kaosnya.

“Lo mau kemana?”

“Ikut kalian bagi-bagi sembako,” balas Keysha dengan tersenyum senang. Dia sangat antusias karena akan ikut membagi-bagikan sembako pada orang yang membutuhkan. Saking antusiasnya dia sampai ikut menyumbangkan make up dan skincare yang tidak pernah dia pakai lagi karena kurang cocok dengannya.

“Lo—gimana bisa? Siapa yang ngajak lo?”

“Kak Vano.” Senyum Keysha semakin melebar saat mengingat Vano kemarin mengajaknya untuk ikut membagi-bagikan sembako. Tentu saja Keysha langsung menyetujuinya karena dia sangat suka melakukan kegiatan seperti itu. Menurutnya, kegiatan seperti itu seru dan bisa mengingatkan diri sendiri untuk lebih bersyukur atas apapun yang dipunya.

Keyla berdecak kesal entah karena apa. Karena Vano mengajak Keysha tanpa sepengetahuan Keyla atau karena Vano semakin dekat dengan Keysha sampai dia mengajak Keysha ikut ke dalam kegiatan yang dilakukan Black Eagle dan Black Angels? Entah, Keyla juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Yang pasti dia kesal mendengar adiknya akan ikut.

Tidak lama kemudian mobil pengangkut barang datang dengan gerombolan anak Black Eagle di belakangnya.

Keyla tercengang melihat pemandangan di depannya. Senja yang sudah nemplok manja di punggung Fajar, Fifi yang ikut naik mobil menemani Ardian yang bertugas menyetir, dan entah bagaimana ceritanya Vinka yang bermusuhan dengan Davian semenjak Davian menolaknya itu sekarang sudah duduk manis di jok belakang motor Davian. Jika seperti ini, lalu Keyla dengan siapa? Apa dia duduk dengan barang-barang saja di bak mobil yang dikendarai Ardian?

Vano dan beberapa anak Black Eagle turun dari motor menghampiri Keyla dan Keysha yang sedang berdiri di depan pintu. Seperti biasa, Vano menebar senyum tanpa dosanya yang dibalas tatapan jengah oleh Keyla.

Vano dan anak Black Eagle yang lain ikut membantu membawa dua kardus besar yang berisi baju bekas Keyla dan sebuah kardus kecil yang berisi make up dan skincare milik Keysha. Mereka membawa kardus-kardus itu ke atas bak mobil.

Vano kembali menghampiri Keyla dan Keysha setelah menaikkan kardus itu ke atas bak mobil.

“Lo sama gue ya, Key,” ajak Vano tanpa berpikir jika kedua perempuan itu mempunyai awalan nama yang sama.

Keyla sudah membuka mulut hendak menjawab, tapi urung saat Keysha menjawabnya lebih dulu.

“Oke, aku sama Kak Vano,” sahut Keysha.

Vano terkejut karena dia tadi niatnya mengajak Keyla, tapi yang menjawab malah Keysha. Dia menggaruk kepalanya bingung. Merasa bodoh karena tidak ingat jika adik dan kakak di depannya itu memiliki nama yang hampir mirip.

“Terus, gue sama siapa?” Keyla menatap Keysha dan Vano bergantian dengan tatapan kesal.

“Lo sama gue aja, Key. Jok belakang motor gue kosong,” sahut Gerald yang mendengar keributan antara kakak beradik dan seorang penjual roti.

“Ya udah deh,” balas Keyla pasrah walaupun hatinya tidak suka.

Mereka mulai menuju tempat tujuan yang tidak lain adalah kolong jembatan dan pemukiman kumuh. Bukan hanya baju dan sembako, mereka juga membagi-bagikan uang agar orang-orang di sana ikut bisa merasakan rezeki mereka.

Fajar dan teman-temannya yakin uang mereka tidak akan pernah habis jika dipakai untuk bersedekah. Yang ada malah rezeki mereka semakin mengalir deras.

Sesuai janjinya dulu, Black Eagle sekarang menjadi geng motor yang selalu melakukan hal-hal positif. Mereka hanya akan berkumpul saat senggang atau ada acara saja karena anggotanya sama-sama sibuk menata masa depan. Tidak ada lagi acara nongkrong tidak jelas yang diadakan setiap hari. Mungkin mereka hanya nongkrong sekali dalam seminggu untuk tetap mempertahankan tali persaudaraan yang sudah terjalin.

Selama di perjalanan, Keysha memeluk tubuh Vano erat sampai membuat mulut Keyla tidak berhenti nyinyir.

“Dih! Berasa Dilan sama Milea kali,” nyinyirnya dengan melirik Vano dan Keysha yang berada tidak jauh dari motor Gerald.

“Lo kenapa, sih, Key? Sensi mulu perasaan,” sahut Gerald yang sudah jengah mendengar nyinyiran Keyla yang entah ditujukan untuk siapa.

“Kadal peliharaan Fajar bikin gue emosi.”

“Sejak kapan Fajar melihara kadal?” tanya Gerald tidak mengerti, tapi tidak dijawab oleh Keyla.

🌻🌻🌻

KEVANO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang