KEVANO - 9

47.6K 10.3K 2.2K
                                    

Tepat 20 menit sebelum jam kepulangan Keyla, Vano dan mobilnya sudah menampakkan diri di depan klinik tempat kerja Keyla.

Vano kembali karena kemarin dia lupa tidak meminta nomor Keyla sekaligus ingin bertemu Keyla lagi. Vano seakan lupa jika Keyla memintanya kembali jika seminggu masih belum ada perubahan pada wajahnya. Namun sekarang masih satu hari dia sudah kembali.

Wajah Vano sekarang sudah lumayan membaik meskipun masih ada yang merah dan perih di beberapa bagian. Masker menjadi salah satu faktor penolong di saat seperti ini. Saat ini pun dia setia memakai maskernya.

Keyla tidak kunjung keluar meskipun klinik sudah sepi. Hanya ada karyawan dan cleaning servis saja yang tersisa, sedangkan pengunjungnya sudah tidak ada lagi.

Vano yang sedari tadi menunggu dengan bersandar di kap mobil lama-lama merasa capek. Akhirnya dia memilih menghampiri cleaning servis yang terlihat sedang membuang sampah.

“Mas,” panggil Vano membuat cleaning servis langsung menoleh.

“Iya, Mas. Ada apa?”

“Dokter Keylanya masih ada di dalam?”

“Ada, Mas.”

“Saya boleh masuk? Saya calon suaminya Dokter Keyla.”

“Oh, jadi Mas ini calon suaminya Dokter Keyla. Kenalin Mas, saya Wawan cleaning servis di klinik ini.” Cleaning servis bernama Wawan itu mengusap tangannya yang baru saja dia pakai membawa kantong plastik lalu mengulurkannya ke hadapan Vano.

Vano membalas jabatan tangan Wawan. “Saya Revano.”

“Dokter Keyla itu baik banget lho, Mas. Dia sering bagi-bagi makanan buat bawahannya,” puji Wawan dengan wajah bahagianya. Terlihat sekali jika pujiannya itu tulus dari hati.

Vano tersenyum mendengar cerita Wawan tentang kebaikan Keyla. Keyla memang baik. Mungkin hanya pada Vano saja dia galak.

“Jadi, saya boleh masuk, Mas? Saya mau beri kejutan buat Keyla.” Vano yakin Keyla akan terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

“Oh boleh, Mas. Silahkan!”

Vano mengangguk lalu melangkah meninggalkan Wawan yang masih sibuk dengan sampahnya.

Di pintu masuk Vano bertemu dengan seorang karyawan yang dia yakini bertugas menyiksa pengunjung. Vano sedikit menganggukkan kepala menyapanya, membuat perempuan itu salah tingkah. Padahal Vano hanya berniat menyapa saja, bukan menggoda. Masker ternyata tidak mampu menyembunyikan aura ketampanannya.

Vano berjalan santai menuju ruang konsultasi yang sekaligus menjadi ruangan Keyla.

Seorang wanita yang paling tua dari karyawan yang lain menghampirinya. “Ada apa ya, Mas?”

“Saya mau bertemu Dokter Keyla. Saya calon suaminya,” jelas Vano.

Wanita itu terlihat mengerutkan dahi. Berbeda dengan Wawan yang langsung percaya pada ucapan Vano, wanita itu lebih terlihat tidak mempercayai Vano. Dia cukup dekat dengan Keyla dan Keyla tidak pernah bercerita jika dia sudah mempunyai calon suami.

“Maaf, Mas, tapi Dokter Keyla gak pernah bilang kalau dia udah punya calon suami.”

“Kita selama ini backstreet. Kalau ibu gak percaya, saya bisa ngasih buktinya.”

Vano meraih ponselnya dari dalam saku. Dia menunjukkan fotonya dan foto Keyla semasa SMA pada wanita itu.

Sebenarnya itu foto bersama yang diambil untuk kenang-kenangan masa SMA, tapi sudah Vano rombak habis. Karena posisinya dan Keyla yang berjauhan jadi Vano meminta Davian yang notabenenya editornya untuk mengedit foto mereka jadi berdekatan. Bahkan foto mereka terlihat menempel layaknya pasangan kekasih.

KEVANO [TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant