KEVANO - 44

32.9K 9.6K 2.8K
                                    

“Jadi, itu anak kamu sama siapa?” tanya Bakti dengan sorot mata tajam, tak peduli Keysha yang masih pusing setelah tersadar dari pingsan.

Yulia mengusap lengan suaminya, memintanya sedikit lebih sabar. Dia tidak tega melihat wajah ketakutan Keysha. Apalagi Keysha baru saja sadar. Wajahnya pun masih tampak pucat.

Keysha terdiam dengan menunduk. Air matanya jatuh. Dia terisak pelan, membuat Yulia menjadi semakin sedih.

Ini yang Keysha takutkan jika dia memberitahukan semuanya. Kemarahan orang tuanya dan tatapan kecewa mereka membuat Keysha merasa menjadi anak paling durhaka.

“JAWAB, KEYSHA!”

Bentakan papanya, membuat Keysha terisak semakin keras. Air matanya turun dengan deras.

Yulia yang tidak tega melihatnya pun menghampiri Keysha dan memeluk tubuhnya yang berguncang. Sebesar apapun kesalahan Keysha tetap saja Yulia tidak tega melihat anaknya dibentak sampai menangis seperti itu.

“Apa Arnold ayah dari anak yang kamu kandung itu?”

Keysha masih enggan bersuara. Dia tetap menangis dalam pelukan mamanya. Lagi pula, kalaupun dia memberitahu papanya jika memang Arnold ayah dari bayinya, itu tidak akan merubah apapun. Keysha saja sekarang tidak tahu di mana Arnold. Laki-laki itu seolah menghilang dari bumi.

Keysha sudah meminta bantuan temannya yang kuliah di Australia untuk mendatangi Arnold di kediamannya yang ada di Australia, tapi Arnold tidak ada di sana. Padahal Arnold bilang dia akan pindah ke Australia saat Keysha memberitahunya jika dia sedang hamil anak Arnold. Teman-teman dan tetangga Arnold pun tidak tahu ke mana laki-laki itu pindah. Bahkan penjaga di rumah Arnold sebelumnya sampai berani bersumpah jika dia tidak tahu ke mana Arnold pergi karena Arnold hanya memberitahu jika dia akan tinggal di Australia dan mengurus perusahaan orang tuanya di sana. Baik tempat tinggal Arnold maupun kantornya di Australia sudah teman Keysha datangi, tapi Arnold tetap tidak ada di sana. Pegawainya bahkan mengatakan Arnold terakhir kali ke sana sekitar 5 bulan yang lalu.

“JAWAB PAPA, KEYSHA! Kalau iya, Papa akan cari laki-laki itu. Dia harus bertanggung jawab.”

Keysha menutup mulutnya rapat. Dia tidak bisa memberitahu papanya yang sebenarnya karena itu percuma saja. Arnold tidak menginginkan bayi yang dikandungnya dan Keysha tidak bisa memaksanya untuk menikahinya walaupun dia sangat ingin Arnold mempertanggungjawabkan perbuatannya. Keysha hanya takut Arnold berbuat yang tidak-tidak karena harus dipaksa menikah dengannya. Dia ingin Arnold menikah dengannya karena keinginannya sendiri, bukan karena paksaan. Karena menjalin hubungan tanpa didasari perasaan cinta itu sulit.

“Jawab aja pertanyaan papa, Cha,” suruh Yulia lembut. Dia mengelus rambut Keysha dengan sayang. Sebenernya dia juga penasaran, siapa ayah dari anak yang dikandung anaknya.

Melihat Keysha tidak kunjung menjawab, Bakti semakin frustasi. Dia mengacak rambutnya pusing. Kakinya berjalan mondar-mandir dengan raut wajah putus asa.

“Papa sebenarnya sangat kecewa sama kamu. Papa pikir kamu sudah bisa menjaga diri kamu sendiri mengingat kamu sekarang sudah dewasa. Sayangnya, Papa salah. Kamu malah melakukan sesuatu yang dilarang. Ilmu agama yang dari kecil kakek kamu ajarkan ternyata nggak kamu terapin dengan baik. Mungkin kakek kamu juga akan marah besar kalau mendengar soal ini.” Bakti kembali bersuara setelah kamar Keysha hening beberapa menit.

“Papa merasa telah ada yang merampas harta paling berharga milik Papa. Bahkan rasa kehilangannya melebihi rasa kehilangan seluruh harta kekayaan Papa. Papa merasa gagal menjadi seorang ayah karena nggak bisa menjadikan kamu perempuan yang bisa menjaga kehormatannya sendiri.”

Keysha semakin terisak mendengar setiap kata-kata kekecewaan yang papanya ucapkan. Dia merasa bersalah dan menyesal. Andai waktu bisa diputar kembali, lebih baik Keysha tidak pernah mengenal Arnold dari pada hidupnya kacau seperti ini.

“Tapi, semua ini udah terjadi. Penyesalan udah nggak ada gunanya sekarang, karena itu nggak akan mengubah apapun. Papa harap kamu menebus dosa-dosa kamu dengan bertobat dan mulai rajin ibadah. Mungkin dengan itu hidup kamu akan kembali membaik. Karena nggak ada yang bisa membereskan masalah kamu selain diri kamu sendiri dan Tuhan.”

Keysha mengangguk pelan. Dia sudah menyesali perbuatannya dan akan mulai memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

“Sekarang kamu bilang, siapa ayah dari anak yang kamu kandung?” tanya Bakti lagi untuk ke sekian kalinya.

“Jawab aja, Cha, nggak apa-apa,” bisik Yulia. Dia mencoba menenangkan Keysha dan menguatkannya.

“Jawab, Cha! Dia harus tanggung jawab! Papa nggak akan ngebiarin dia menelantarkan kamu begitu aja setelah buat kamu kayak gini. Walaupun Papa sebenarnya juga nggak ikhlas punya menantu pengecut kayak gitu. Tapi mau bagaimana lagi, pasti nggak ada yang mau menerima kamu dengan keadaan kamu yang kayak gini. Mau nggak mau, ayah dari anak kamu itu harus tanggung jawab.”

Keysha tetap menunduk dengan memainkan jari-jarinya. Dia merasa gemetar. Dia takut membayangkan apa yang akan terjadi setelah papanya mengetahui jika yang menghamilinya memang benar Arnold.

“Mengingat terakhir kali kamu menjalin hubungan dengan Arnold dan kata Dokter Jaka usia kandungan kamu udah hampir dua bulan yang mana saat itu kamu masih pacaran dengan Arnold, jadi Papa bisa menyimpulkan kalau anak yang kamu kandung itu memang anak kamu dengan Arnold. Benar atau iya?”

“Pa, kok pilihannya gitu?” Yulia menatap suaminya heran.

“Karena Papa sangat yakin kalau ayah dari anak yang dikandung Keysha memang Arnold, benar, Keysha?”

Merasa sudah tidak ada yang bisa dia sembunyikan lagi, Keysha pun mengangguk. Cepat atau lambat papanya juga pasti akan tahu karena papanya itu akan melakukan apapun sampai pertanyaannya terjawab.

Bakti tersenyum sinis. “Sudah Papa duga. Di mana dia sekarang?”

Keysha menggeleng. Setetes air matanya kembali turun. Mulutnya tidak sanggup menjelaskan yang sebenarnya terjadi.

“Jadi setelah putus dari kamu, kamu udah nggak tahu lagi dia di mana?”

Lagi-lagi Keysha menggeleng, membuat Bakti semakin frustasi. Setahunya Keysha itu pintar, tapi kenapa dia malah membiarkan buaya itu pergi begitu saja setelah menanam benih di rahimnya.

“Papa akan cari dia di mana pun dia bersembunyi,” ucap Bakti tegas.

Terdengar suara langkah kaki mendekat membuat semua orang mengalihkan perhatian ke arah pintu. Terlihat Keyla datang dengan berlari. Keringat membasahi tubuhnya sampai kemejanya basah di beberapa bagian.

Keyla memang langsung datang ke rumah orang tuanya setelah mendapat pesan dari mamanya yang mengatakan tentang kondisi Keysha. Tentu Keyla sangat terkejut walau sebelumnya dia sempat mencurigai adiknya, tapi dia tidak berharap kecurigaannya menjadi kenyataan.

“Cha...” Keyla mendekat menghampiri ranjang Keysha. Air matanya menetes menatap adiknya yang terlihat pucat dan lemah. Keyla tidak menyangka Keysha akan mengalami nasib seperti ini.

“Kak.” Keysha kembali terisak saat melihat Keyla. Dia merasa bersalah dengan kakaknya yang selalu mencoba melindunginya dari setiap laki-laki yang berpotensi mempermainkannya, tapi Keysha malah tidak bisa melindungi dirinya sendiri.

Keyla langsung memeluk Keysha erat. Mereka sama-sama menangis. Yulia yang melihatnya pun ikut bergabung memeluk kedua anaknya.

“Astaga! Drama lagi.” Bakti memutar bola matanya jengah lalu pergi meninggalkan para Teletubbies yang masih berpelukan.

🌻🌻🌻

KEVANO [TERBIT]Where stories live. Discover now