KEVANO - 42

35.1K 8.7K 2.5K
                                    

Keyla memakan sarapannya dengan cepat. Pagi ini dia hanya sarapan dengan roti panggang dan secangkir kopi hitam untuk menghilangkan rasa kantuknya.

Kemarin malam Keyla tidak bisa tidur memikirkan cara untuk menghindari perjodohan yang sedang direncanakan orang tuanya. Selama dirinya belum mendapatkan laki-laki yang bisa dia bawa ke hadapan orang tuanya, Keyla merasa belum aman. Pasti orang tuanya itu akan berusaha membuat Keyla lebih dekat lagi dengan Galih.

Awalnya saja mereka bilang hanya ingin Keyla dan Galih saling mengenal, tapi ujung-ujungnya juga mereka mengharapkan Galih dan Keyla menjalin hubungan lebih dari sebatas pertemanan. Keyla sudah bisa menebak jalan pikiran orang tuanya. Yang orang tuanya harapkan saat ini memang hanya itu. Mereka ingin agar Keyla cepat menikah.

Selain itu, Keyla juga memikirkan perasaan aneh yang mulai timbul di hatinya. Jujur saja, dia mulai nyaman dengan kehadiran Vano. Namun, Keyla masih mengelak jika dia menyukai laki-laki itu.

Keyla berpikir perasaan nyamannya itu seperti perasaan nyaman antar teman saja. Lebih jelasnya, teman yang menginginkan Vano hanya dekat dengannya saja karena Keyla kesal setiap melihat Vano berdekatan dengan perempuan lain seperti kemarin. Entah kenapa dirinya bisa bereaksi seperti itu. Rasa kesalnya tidak terbendung setiap mengingat Vano selalu merayunya dan mengajaknya menikah, tapi di sisi lain laki-laki itu juga mendekati perempuan lain. Terkadang Keyla merasa Vano hanya mempermainkannya saja.

Keyla sadar dirinya egois. Menginginkan Vano hanya untuknya saja, tapi tidak mau menjalin hubungan dengan Vano. Dia masih bingung dengan perasaannya sendiri. Ada banyak rasa yang baru Keyla rasakan saat dekat dengan Vano. Mulai dari rasa sesak sampai rasa berbunga-bunga. Dan ada rasa tidak rela saat melihat Vano bercanda dan membuat perempuan lain tertawa.

Keyla meraih tas yang dia taruh di atas meja makan lalu berjalan menuju rak sepatu. Dia memakai stiletto berwarna hitam miliknya.

Sekarang Keyla sudah siap. Rasa kantuknya pun berangsur menghilang. Hanya mata lelah saja yang masih membekas akibat dari begadangnya kemarin malam.

Keyla membuka pintu apartemen. Dia berjingkat kaget mendapati Galih berdiri di depan apartemennya dengan gugup. Seingatnya mereka tidak ada janji apa-apa. Bahkan mereka tidak bertukar nomor ponsel.

Orang tua mereka kemarin memang menginginkan agar Keyla diantar jemput Galih, tapi Keyla sudah menolaknya dengan keras. Namun, sekarang Galih malah menjemputnya seolah tidak mengerti penolakan Keyla kemarin malam.

“H-hai, Key!” Galih melambaikan tangan dengan tersenyum kikuk.

“Hai! Ada apa, ya?” tanya Keyla to the point. Keningnya berkerut menatap Galih tidak suka agar Galih tahu jika Keyla memang tidak menyukainya.

“Aku mau jemput kamu.”

“Aku kemarin kan udah bilang, aku bisa berangkat dan pulang sendiri. Gak perlu dijemput-jemput!”

“Iya, tapi mamaku nyuruh aku jemput kamu. Dan aku juga gak keberatan karena tempat kerja kita juga searah.”

Keyla berpikir keras mencari alasan untuk menolak Galih tanpa membuatnya tersinggung karena Keyla juga masih punya hati. Setelah beberapa detik terdiam, otak Keyla berhasil menemukan solusi untuk masalahnya.

Keyla meraih ponselnya dari dalam tas lalu pura-pura mengangkat telepon setelah jarinya berhasil memencet salah satu dering di ponselnya tanpa Galih sadari.

“Sebentar ya, aku mau ngangkat telepon dulu. Kamu duluan aja. Takutnya nanti kamu kesiangan kalau nunggu aku.”

Keyla tersenyum lalu meninggalkan Galih begitu saja di depan apartemennya. Dia masuk ke dalam apartemen dan menutup pintunya kembali tanpa merasa sungkan sama sekali. Biar saja Galih ilfeel. Itu memang tujuan Keyla yang sebenarnya.

KEVANO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang