KEVANO - 38

33.1K 8.6K 1.9K
                                    

Vano kupret! Lo masih keluyuran gak sekarang? Kalau masih, tolong beliin gue obat maag dong. Perut gue sakit sekarang. Persediaan obat di rumah lagi habis.

Pesan Keyla yang isinya lebih panjang dari biasanya itu membuat Vano yang sedang nongkrong dengan teman-temannya langsung cemas. Dia meminum kopinya sedikit lalu beranjak dari duduknya. Tak lupa dia menyambar kunci motor dan dompetnya.

“Lo mau ke mana, Van?” tanya Gerald saat Vano tiba-tiba berdiri dan mengambil harta bendanya yang tercecer di meja.

“Beliin obat sakit perut buat Keyla.”

“Keyla mencret?”

Semuanya tertawa mendengar pertanyaan polos Ardian. Mulutnya itu memang kurang bisa mengubah kata jorok menjadi kata yang lebih enak didengar. Padahal ada kata 'Diare' yang bisa Ardian gunakan agar terdengar ramah di telinga, tapi dia malah lebih memilih menggunakan kata ‘Mencret’.

Vano menggeleng membalas pertanyaan Ardian. “Dia sakit maag.”

Ardian manggut-manggut mengerti.

“Belum juga jadian, udah bucin aja,” ledek Fajar.

“Gue kan berguru sama lo, Jar.” Vano cengengesan lalu pergi dari coffee shop Senja.

Vano mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia mengeluarkan skill pembalapnya yang sudah lama tidak dia gunakan. Dia hanya ingin cepat sampai di apotek lalu membelikan Keyla obat dan membawa obat itu ke apartemen Keyla agar Keyla bisa meminumnya dengan cepat.

Vano sangat khawatir dengan keadaan Keyla. Apalagi Keyla di apartemen itu hanya seorang diri. Tidak ada yang merawatnya di saat sakit seperti ini. Membayangkan Keyla kesakitan saja sudah membuat Vano yang tadinya khawatir sekarang lebih khawatir lagi.

Di tengah rasa khawatir Vano, ada rasa senang juga yang muncul. Pesan Keyla itu membuat Vano merasa dibutuhkan dan itu sudah cukup membuat Vano optimis bisa mendapatkan Keyla. Vano akan segera menyeret Keyla ke KUA tidak lama lagi.

Vano menghentikan motornya di depan sebuah apotek yang dekat dengan apartemen Keyla. Dia segera masuk setelah memarkirkan motornya. Hari yang sudah sangat malam membuat apotek tampak sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang terlihat sedang menunggu apoteker mengambilkan obatnya.

Vano berdiri di sebelah seseorang yang tampak sedang menunggu diambilkan obat. Matanya memperhatikan sekeliling sembari menunggu apotekernya datang. Saat kepalanya menoleh ke samping, Vano terkejut mendapati yang sedari tadi berdiri di sebelahnya ternyata Keysha.

“Keysha, kamu sakit?” tanya Vano membuat Keysha yang sedang bermain ponsel langsung menoleh. Dia terkejut sampai tidak bisa melakukan apapun selain melotot. Jantungnya serasa berhenti. Dia tidak menyangka akan bertemu Vano di saat seperti ini.

“K-kak Vano...” gumam Keysha lirih.

“Kamu sakit?” ulang Vano karena Keysha masih terdiam dengan wajah terkejutnya.

“Hah? E-enggak. Aku--”

“Mbak, ini vitaminnya. Diminum sesuai resep dokter, ya!” sela Mbak apoteker dengan mengulurkan kantong plastik berisi vitamin yang tidak Vano ketahui kegunaannya.

“Oh iya. Terima kasih.” Keysha dengan cepat menerimanya. Dia tampak buru-buru padahal sebelumnya dia santai-santai saja sebelum Vano datang.

“K-kak, aku duluan ya,” pamit Keysha.

Belum sempat Vano menjawabnya, Keysha sudah lebih dulu pergi.

“Masnya nyari apa?”

Suara dari Mbak apoteker membuat Vano yang masih memperhatikan kepergian Keysha langsung menoleh.

KEVANO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang