KEVANO - 41

36.2K 8.7K 1.8K
                                    

Sepanjang jalan Keyla mendumel. Dia kesal dengan para orang tua yang meminta dirinya dan Galih agar bisa lebih dekat lagi. Mereka mengharapkan hubungan Keyla dan Galih lebih dari sekedar hubungan pertemanan. Namun, Keyla akan tetap menolaknya walaupun Galih cukup tampan dan tegas. Itu bisa dilihat dari cara bicaranya saat mengobrol dengan orang tua Keyla tadi.

Permintaan Rika agar Galih dan Keyla berangkat bekerja bersama membuat Keyla semakin muak dengan semua ini. Padahal tempat mereka bekerja berbeda walaupun masih searah, tapi Keyla pasti tidak nyaman jika berangkat dan pulang diantar karena dia sudah terbiasa sendiri.

Dumelan Keyla berhenti saat matanya tidak sengaja melihat mobil yang cukup dia kenali sedang terparkir di pinggir jalan. Mata Keyla menyipit melihat plat nomornya. Tidak salah lagi, itu mobil Vano kupret. Entah apa yang laki-laki itu kerjakan di taman sampai tidak bisa mengangkat teleponnya.

Karena penasaran, Keyla pun menepikan mobilnya di depan mobil Vano. Dia akan menciduk Vano yang entah sedang berbuat maksiat apa. Keyla bisa berpikiran seperti itu karena kehidupan Vano memang tidak jauh dari maksiat.

Keyla keluar dari mobil dan berjalan memasuki taman. Matanya memperhatikan sekitar, mencari sosok Vano yang belum juga terlihat. Taman ini luas, jadi Keyla cukup kebingungan mencari Vano. Dia melangkah mengikuti jalanan kecil yang dihiasi lampu di sekelilingnya.

Rasa kesal Keyla rasanya sudah naik sampai lever tertinggi saat matanya berhasil menangkap sosok Vano. Laki-laki itu sedang berada di bawah pohon dengan seorang wanita. Ada Ardian dan satu orang lagi yang menyuting mereka berdua.

Tanpa berpikir panjang Keyla menghampiri mereka. Saat jaraknya sudah semakin dekat, Keyla bisa melihat jika perempuan yang sedang bersama Vano ternyata Kiana. Dan menyebalkannya, mereka sedang makan jagung bakar bersama.

Ingin sekali Keyla mencemplungkan Vano ke dalam kolam ikan yang berada di tengah taman. Di saat Keyla panik karena dijodohkan, di sana Vano malah enak-enakan makan jagung bakar dengan perempuan lain. Omongan kadal memang tidak bisa dipercaya. Dia menebar rayuan manis ke semua perempuan. Keyla jadi curiga, mungkin bukan dirinya saja yang diajak nikah oleh Vano, tapi juga semua perempuan yang laki-laki itu temui.

“Oh, pantesan nggak ngangkat telepon gue, ternyata lagi pacaran di sini,” sindir Keyla yang sudah berdiri di belakang Ardian dengan bersedekap dada.

Vano reflek mengalihkan perhatiannya dari Kiana ke Keyla. Dia terkejut melihat Keyla sudah berdiri di depannya dengan menatapnya tajam. Ardian, Kiana, dan kameramen Kiana pun tidak kalah terkejut dengan kedatangan Keyla yang tiba-tiba.

“Key, lo ngapain di sini malam-malam?” Vano beranjak menghampiri Keyla. Wajahnya menampilkan raut heran alih-alih merasa bersalah karena tidak mengangkat telepon Keyla.

“Mergokin orang pacaran. Mau gue foto, terus gue kirim ke lambe murah,” jawab Keyla kesal.

“Mbak, jangan mau sama Vano! Dia pelit! Kencan aja gak modal. Masa kencan di bawah pohon, makannya cuma jagung bakar kayak anak SD aja.” Keyla menatap Vano dan Kiana bergantian lalu pergi setelah puas mencibir pasangan tidak modal.

Vano menggaruk kepalanya bingung. Dia masih tidak mengerti alasan dari kemarahan Keyla karena dia merasa tidak berbuat salah. Dia di taman hanya untuk syuting konten dengan Kiana saja. Dan untuk ponsel, Vano memang mematikannya agar tidak mengganggu proses syuting. Dia merasa tidak enak dengan Kiana karena sebenarnya jadwal syuting collab-nya harusnya kemarin, tapi harus diundur hari ini karena Vano kemarin lebih memilih menjemput Keyla.

“Kamu susul Keyla aja, Van. Syutingnya sampai sini aja. Kayaknya durasinya juga udah cukup,” saran Kiana.

Vano mengangguk. “Maaf ya, Ki. Aku nggak tahu kalau bakal kayak gini. Kamu nggak apa-apa kan pulang sendiri?”

Kiana mengangguk dengan tersenyum meyakinkan. “Nggak apa-apa.”

Vano berlari menyusul Keyla setelah berpamitan dengan Ardian, Kiana, dan Bagus, kameramen Kiana. Langkahnya memelan saat melihat Keyla sedang duduk seorang diri di bangku taman. Perempuan itu terlihat sedang memperhatikan air mancur dengan tatapan sendu.

“Key...” panggil Vano lembut. Kata Fajar, menghadapi perempuan yang sedang marah harus dengan kelembutan agar mereka gampang luluh. Dan Vano sekarang sedang mempraktekkannya. Jika dia gagal berarti ajaran Fajar yang tidak benar.

Keyla menoleh sekilas lalu membuang muka.

Vano mengambil duduk di sebelah Keyla. Dia memperhatikan wajah cemberut Keyla dari samping.

“Kenapa, Key? Kok lo tiba-tiba marah sama gue. Gue ada salah sama lo?”

Keyla langsung menoleh dengan menatap Vano kesal. “Ya jelas ada lha! Kalau gak ada, gak mungkin gue marah sama lo!”

“Biasanya gue gak salah juga lo tetap marah setiap ketemu gue,” balas Vano menggerutu.

“Udah deh mending lo balik sana sama pacar lo. Ngapain lo malah ke sini?” Ucapan Keyla terdengar sewot.

“Nyusulin lo. Lo salah paham. Kiana itu cuma partner collab gue, bukan pacar.”

Keyla tertawa sinis, tidak percaya. “Kalau dia bukan pacar lo, kenapa lo takut ngangkat telepon gue pas lagi sama dia?” Dia menatap Vano meminta penjelasan.

“Lo telepon gue?”

Vano langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Terlihat ada 12 panggilan tidak terjawab dari Keyla dan 7 pesan belum dibaca dari Keyla juga.

Sorry, Key. Gue nggak tahu kalau lo nelepon. Hp gue tadi gue silent karena gue mau syuting konten.” Vano menatap Keyla merasa bersalah.

Keyla mendengus lalu membuang muka lagi, malas melihat wajah Vano yang menyebalkan.

Vano menghela nafas mencoba sabar. “Emang ada apaan, sih, kok tumben lo hubungin gue sampai segitu banyaknya?”

“Gue lagi butuh lo, bego! Gue mau dijodohin sama orang tua gue. Gue hubungin lo biar lo bisa ikut ke acara makan malam keluarga gue dan bisa gue kenalin sebagai pacar pura-pura gue biar orang tua gue nggak ngenalin gue ke anak temannya lagi. Tapi, lo malah nggak bisa dihubungi,” cerocos Keyla menumpahkan kekesalannya.

“Lo mau dijodohin?”

“Iya. Tapi, nggak sefrontal itu juga, sih. Intinya mereka pengen gue lebih dekat sama laki-laki itu.”

Vano berdecak kesal. “Tahu gitu dari kemarin-kemarin lo langsung gue lamar aja, Key.”

Keyla tercengang mendengarnya. Dia memang menolak Galih, tapi itu bukan berarti dia mau dengan Vano.

“Besok gue lamar deh,” putus Vano setelah berpikir singkat. Otaknya kali ini bekerja terlalu cepat.

“Heh! Lo jangan gila, ya!” Keyla memelototi Vano tajam.

“Emang kenapa? Gue cuma nggak mau ditikung aja.”

“Tapi, gue juga nggak mau sama lo!”

“Alah! Bilangnya nggak mau, tapi lihat gue makan jagung bakar sama Kiana cemburu. Pakai ngatain gak modal lagi,” goda Vano.

“Emang kenyataannya lo pelit kan? Anak orang dikasih makan jagung. Makannya di bawah pohon lagi.”

“Tapi, itu lebih romantis lho, Key.” Vano tersenyum geli. Dia belum puas menggoda Keyla.

Keyla menoleh dengan mata melotot. “Dasar kadal!”

Keyla hendak beranjak pergi, tapi Vano menahan tangannya.

“Makan jagung bakar sama gue yuk, Key!”

🌻🌻🌻

KEVANO [TERBIT]Where stories live. Discover now