Chapter 55

2.9K 274 7
                                    

Saat ini ruangan VIP Ara telah dipenuhi dengan beberapa orang, beberapa menit yang lalu Neon, Kafin, Hilo udah datang. Ketiganya sekarang terlihat sedang makan bersama dengan Erglo dan Rion secara selonjoran di bawah menggunakan karpet yang entah darimana di dapatkannya.

Alka, bocah itu masih berada dalam posisi semulanya yaitu duduk di pangkuan Ara dan tak ingin menyingkir sama sekali.

Ara sendiri tak merasa keberatan.

Afga dan Gara sedang membicarakan sesuatu bersama dengan Revan di luar. Entah apa yang mereka bicarakan.

"Mom, Daddy mana?" Tanya Ara tak melihat kehadiran daddynya.

Bulan yang sibuk mengupas buah menoleh pada Ara, "Lagi ngobrol sama Revan dan Gara," jawabnya.

Ara mengernyitkan dahinya, apa yang mereka bicarakan? Jiwa-jiwa keponya meronta-ronta ingin tahu.

Alka mendongakkan kepalanya menatap Ara dari bawah, tangannya terulur memegangi wajah Ara. "Kak Ra, jangan gitu mukanya nanti cepet tua!" tuturnya karena Ara terlihat mengerutkan dahinya membuat kulitnya menyatu membentuk lipatan-lipatan.

Ara menunduk menatap Alka yang mendongak melihatnya. Terkekeh gemas, kemudian berucap, "Gemesih banget sih." Seraya mencium wajah Alka berkali-kali.

"Alka emang gemesin!" Alka membalas percaya diri.

"Mom!" Panggil Cessie beranjak dari sofa mendekati Bulan. Dia jadi teringat sesuatu, daritadi fokus menonton bersama Silva dan Syilla jadi kelupaan deh.

"Kenapa Ces?" Sahut Bulan.

"Ara belum makan!" Adukan Cessie menunjuk Ara dengan wajah tersenyum puas.

Ara langsung melototkan matanya menatap Cessie sebal, kenapa harus memberitahukannya pada mommynya sih.

Haduhh ribet nih pasti.

Cessie mengedikkan bahu acuh, dia bukan pengadu tapi karena ini demi kesehatan Ara maka Cessie akan melakukannya.

Bulan meletakkan pisau di tangannya pelan, tersenyum manis tapi terlihat horor di mata Ara, Erglo dan Rion.

Erglo yang sedang makan saja dapat merasakan aura menyeramkan yang dikeluarkan Bulan. Mendekat pada Rion seraya berbisik. "Gawat Ion!

Rion mengangguk membenarkan perkataan Erglo. Memang sudah gawat darurat jika Bulan bertindak.

Bulan jarang marah, walaupun anak-anaknya buat nakal dia gak marah paling cuma kesel. Tapi kalo mereka udah mainin yang namanya kesehatan dan nyawa, hohoho silahkan lihat sosok lain dari ibu cantik ini.

"Kenapa gak makan?" Tanya Bulan tenang.

Ara meneguk ludah susah payah, mending diomeli daripada mendengar mommynya berbicara dengan lembut seperti itu.

Ara menggeleng, memberengutkan wajah. "Ara nggak suka, Mom." ucapnya pelan.

Alka hanya diam dengan mata bulat penuh miliknya yang menatap Bulan dan Ara secara bergantian, permennya masih belum habis. Dengan mulut kecilnya itu bisa diperkirakan permen itu akan habis sekitar 3 hari lagi.

"Gak suka?" Tanya Bulan kembali.

Ara mengangguk memberanikan diri menatap wajah sang mommy, "Ara nggak suka!" Katanya tegas.

Bulan menghela napas, "Kamu harus makan Ara," ujarnya terdengar membujuk.

Ara mengerucutkan bibirnya, "Ara mau makan tapi jangan bubur," ujarnya mengalihkan pandangan ke arah lain.

Bulan terdiam membuang napas lagi.

"Dari mana Jef?" Neon bertanya pada Jefran yang baru masuk.

Jefran menoleh pada mereka yang duduk di bawah, "Angkat telefon," jawabnya.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang