Chapter 62

2.7K 295 50
                                    

❤❤❤

Sesuai dengan dugaan Ara sebelumnya, jika mereka akan sampai di sekolah ketika jam istirahat telah dimulai.

"Gimana Ra?"

Ara terdiam dengan mata celingak-celinguk terlihat mencari sesuatu.

"Mau kemana?"

Ara tak menjawab melainkan terus berjalan mendekati gerbang yang tertutup rapat di depan sana. Cessie yang berada di dalam mobil hanya diam dan memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh Ara.

Keberuntungan sedang berpihak pada Ara dan Cessie, karena gerbang itu tak dikunci.

Mendorong gerbang itu dengan mudah, dan pelan agar tak menimbulkan suara berisik.

Setelahnya lalu memperhatikan ke sekitar, tingkahnya seperti maling yang takut ketahuan. Setelah memastikan aman.

Ara lalu kembali berjalan menuju mobil "Gimana." katanya tersenyum bangga menatap Cessie.

Cessie mengangkat dua jempolnya dan memberikannya pada Ara "Keren!" Pujinya.

Ara benar-benar tak punya takut, Cessie aja yang cuma diem di dalam mobil udah deg-degan pake banget. Takut dimarahin guru, terus kedua orang tuanya dipanggil. Bisa runyam kalo Ela datang, kalo papanya sih Cessie yakin Varo gak bakal marah.

"Masuk!" Seru Ara ketika mobil yang dikendarainya berjalan masuk dan melewati gerbang yang terbuka lebar itu dengan bebas.

Tak ada kendala yang berniat untuk menghalangi peruntungan mereka.

"Gerbangnya gimana?" Tanya Cessie.

Karena gerbang itu masih terbuka.

"Tenang aja, pasti satpamnya bakal balik lagi."

Ara pun segera memarkirkan mobil itu di lahan parkir yang masih kosong.

....

Di kantin Andromeda mulai ramai, dengan kehadiran siswa dan siswi yang datang berbondong-bondong untuk menyerbu makanan yang tersedia.

Ada yang datang sendiri, berdua dan juga berkelompok.

Yang jalan sendiri biasanya adalah orang yang tertutup, kalo jalan bakalan nunduk karena gak pede sekaligus malu jika dilihat secara nyata. Yang berdua akan sibuk ngobrol sambil jalan dan yang terakhir yaitu yang datangnya berkelompok, mereka bakalan jadi yang paling berisik karena tertawa keras. Entah apa yang mereka bicarakan hingga tertawa seperti itu.

Tapi ada satu yang kelihatan berbeda dia 'Syilla'. Di sepanjang jalan dimana kakinya melangkah, di situ juga pasti akan ada sepasang mata yang memperhatikannya.

Dia berjalan sendirian dengan pandangan lurus mengarah ke depan, dagunya di angkat dengan dada yang dibusungkan. Tak terlihat terintimidasi dengan tatapan orang-orang disekitarnya, justru dialah yang mengintimidasi mereka dengan tatapan datarnya.

Prinsip Syilla:

Jika tak ingin di hina, maka jangan buat mereka memandangmu rendah.

Caramu berperilaku dan bertindak akan menentukan bagaimana perilaku orang lain terhadapmu.

Ingat harga diri nomor satu! Tapi jangan egois kalo emang salah.

"Syilla!" Panggil Silva dengan nada keras agar terdengar. Dia terlihat sedang duduk sendiri di salah satu meja kantin. Tak ada yang menemaninya.

Anak-anak lain saja segan untuk duduk satu meja dengan Silva, selain tidak suka pada Silva mereka juga takut dengan Jefran yang merupakan pacar Silva.

Syilla menoleh dengan cepat pada suara yang terdengar memanggil namanya, matanya langsung menangkap sosok yang sangat familiar di matanya yaitu Silva. Silva terlihat sedang melambaikan tangan kepadanya agar mendekat ke sana.

AURORAWhere stories live. Discover now