Chapter 59

2.8K 247 28
                                    

Di malam yang sama ketika Ara melakukan pelarian ke markas Bellatrix.

Ada Gara yang duduk di balkon kamarnya, ditemani dengan secangkir cokelat panas dan satu buku untuk menemaninya memandangi bintang.

Gara menghembuskan napas seraya menutup bukunya itu, meletakkan buku tersebut di atas meja kecil yang tersedia di sebelahnya.

"Belum tidur?"

Gara menoleh dengan wajah terkejut karena kehadiran papanya yang tiba-tiba.

Gara mengernyitkan dahi bingung menatap papanya yang berjalan mendekat lalu duduk di kursi sebelahnya.

"Papa ngapain?"

"Duduk,"

Gara memutar bola matanya dengan malas, dia juga tau kali kalo papanya itu lagi duduk. Tapi ngapain ke sini maksudnya, tumben-tumbenan gitu.

"Papa denger kamu udah mulai suka sama cewek," kata Biru membuka suara terlebih dahulu.

"Papa tau darimana?"

Biru tersenyum, "Berarti bener." Ucapnya.

Gara berdecak, papanya pintar sekali bermain kata.

"Siapa?" Tanya Biru.

"Papa gak perlu tau."

"Udah sampai tahap mana?"

Gara menghela napas dan mendongakkan kepala menatap langit.

"Belum," jawabnya pelan. Ia sudah mengungkapkan, hanya sebatas itu.

Ara mengetahui perasaannya, tapi Gara belum menunjukkan pergerakan maupun tindakan yang memancing agar Ara merasakan yang sama sepertinya.

Biru mengernyitkan dahi, "Belum ada proses?" Tanyanya.

"Ya gitu," balas Gara singkat.

Biru berdecak, "Siap-siap aja kamu sakit hati."

"Kenapa?" Tanya Gara heran.

"Pertama Papa tanya siapa gadis itu?"

"Adik kelas Gara,"

"Kenapa kamu suka sama dia?"

Gara termenung, memikirkan apa alasan ia menyukai Ara. Tak ada.

Gara pernah bertemu Ara sewaktu kecil, tapi hanya Gara yang melihat. Ia jatuh hati pada anak kecil yang berteriak kegirangan ketika bermain ayunan.

Sekarang Ara sudah tumbuh besar, semakin cantik dan semakin menarik hati Gara.

"Cantik," Gara membayangkan wajah Ara yang menatapnya dengan bola mata indahnya.

"Cantik itu jawaban biasa, misalnya ada sesuatu dalam dirinya yang gak dimilikin orang lain." Biru kembali menimpali.

Gara memikirkan, karena Gara mencintainya. Itu saja. Ara berhasil menariknya sejak kecil.

"Dia misterius, banyak kelebihan yang dia milikin bikin Gara tertarik buat tau." Gara memilih menjawab demikian. Malas jika papanya mengorek lebih dalam.

"Nah!" Biru menjentikkan jari, "Kalo kamu aja lihat dia begitu, kemungkinan besar pasti banyak cowok lain juga yang tertarik sama dia." Jelasnya.

Gara terdiam dan membayangkan dengan siapa Ara sering dekat belakang ini.

Mengingat kedekatan Adam dan Ara di rumah sakit tadi membuat tangan Gara terkepal. Berani sekali Adam memegang kepala Ara, rasanya Gara ingin sekali mematahkan tangan itu.

"Kenapa belum ada proses?"

Gara langsung sadar dan kemudian menatap papanya dari samping.

"Awalnya Gara sempat jauhin dia,"

AURORAWhere stories live. Discover now