Chapter 16 : Pain

9.1K 1K 187
                                    

[Song : Billie Eilish - Everything I Wanted]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Song : Billie Eilish - Everything I Wanted]

***

Jihwan terjaga pada pukul lima pagi dan segera menuju ke dapur. Maniknya meneliti bahan-bahan makanan yang ada di dalam kulkas, mengeluarkan sayuran, kol ungu dan tomat, dua pak daging juga sebotol wine yang telah dibuka. Khusus hari ini⸺Jihwan ingin melatih kelihaian tangannya lagi dalam memasak. Sebenarnya bekal ini tidak sengaja ia buat untuk diri sendiri. Ada seseorang yang nampaknya perlu diapresiasi karena ketulusan hatinya. Suaminya? Tidak. Bukan. Jihwan terus memikirkannya sejak semalam. Pagi ini wajahnya terlihat lebih berseri dan senyumnya merekah tipis.

Tanpa diduga-duga, Namjoon juga ikut terjaga lebih awal dan mendapati eksistensi sang istri yang sedang fokus dengan masakannya. Sesaat Namjoon menyipitkan mata, lantas satu ujung bibirnya menyungging agak heran.

"Tumben," kata pria itu mengawali pembicaraan sambil membuka kulkas dan mencari air dingin. Namjoon menuangkan air pada sebuah gelas, sementara itu Jihwan menoleh sekilas dengan iringan senyum.

"Morning, Mr. Kim."

"Morning, Wifey." Namjoon menyahut singkat kemudian menenggak air. Maniknya senantiasa menyorot Jihwan. Tatapannya intens sebab pemandangan ketika sang istri sedang serius selalu membuat matanya serasa dimanjakan. Pria itu mendekat setelah menghabiskan airnya, datang dan mendekap Jihwan dari belakang dengan kedua lengan melingkari perut wanita itu. Aroma sedap dari saus daging yang diberi wine meningkatkan selera makannya di awal pagi.

"Ini untukku?" tanya pria itu.

Jihwan menggumam panjang. "Ya. Akan kusisihkan untuk suamiku." Mendengar penuturan tersebut Namjoon langsung mengedikkan sebelah alis. "Sebenarnya aku memasak untuk diriku sendiri. Aku ingin bawa bekal."

"Tumben," komentar Namjoon sekali lagi⸺sama dengan komentarnya beberapa menit lalu. Jihwan bersikap biasa setiap kali sang suami berkomentar demikian, mematri senyum lantas menorehkannya pada pria itu.

"Memangnya aku tidak boleh memasak sendiri? Sekalian untuk suamiku supaya bisa menikmati masakan istrinya sesekali. Ada yang pernah bilang, wanita harus pintar memasak supaya suaminya tidak lari dengan wanita lain kan?" Saat pertanyaan itu meluncur lewat ceruk bibir, Jihwan bisa merasakan pelukan Namjoon terguncang lantas merenggang. Melalui reaksi tersebut Jihwan bisa langsung membaca apa yang dipikirkan pria itu. Pilu. Hancur. Jihwan merasakannya lagi⸺alih-alih merasa pulih setelah sesi bercinta semalam, pagi ini ia justru merasa makin buruk ketika mengingatnya lagi. "Aku yakin suamiku tidak akan pernah berkhianat, hanya dan akan terus mencintaiku," katanya sambil mengukir senyum kecil seraya mengusap lengan hingga punggung tangan Namjoon yang melingkari perutnya.

"Ya," balas Namjoon akhirnya, terdengar meyakinkan namun kata 'yakin' itu bukan untuk Jihwan. Ia jelas sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Oh Tuhan⸺dia sebenarnya pengkhianat, penjahat. Namjoon terkurung di antara rasa bersalah dan bingungnya. Dia pantas tinggal di neraka suatu saat nanti, karena surga mungkin tak menerima pengkhianat sepertinya. Jihwan akan meninggalkannya jika sampai rahasia itu terbongkar. Tapi dia mencintai Shin Jihwan, sangat. Tak pernah terlintas dalam pikirannya untuk meninggalkan wanita itu. Kejahatan itu bukanlah kehendaknya melainkan sebuah ketidaksengajaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boss LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang