Chapter 14 : Touch

10K 1.2K 185
                                    

[Song : Camila Cabello - Bad Kind of Butterflies]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Song : Camila Cabello - Bad Kind of Butterflies]

***

Jihwan terbangun di waktu subuh karena bermimpi buruk. Itu adalah mimpi buruk yang sama untuk kesekian kalinya sehingga membuat wanita itu merasa tak tahan lagi. Setiap kali dirinya melihat ibu mertuanya mencaci-maki dalam mimpi, Jihwan merasa bahwa cacian itu seolah berlangsung nyata di hadapannya.

Untuk beberapa menit yang terasa panjang baginya, Jihwan hanya mengambil posisi duduk di atas ranjang sambil menyandarkan punggung pada headboard. Sejemang wanita itu memejamkan mata dan membenamkan wajah di antara lutut yang menekuk, memeluk kedua kakinya sambil menahan diri untuk tak menangis.

Jihwan menggigit bibir bawahnya sambil menarik napas dalam-dalam. Ia pasti bisa melalui semua ini. Ia percaya pada dirinya sendiri. Jihwan telah mengatasi perasaan tak nyaman ini dan bertahan cukup lama. Satu benturan keras seharusnya tak akan membuat pertahanan tersebut runtuh begitu saja. Dia melirik ke sisi lain dan menemukan suaminya masih terlelap dalam naungan cahaya remang. Lirikan itu berubah menjadi tatapan lekat tatkala dirinya terhanyut oleh kenyamanan.

Tangan kanannya terulur pelan lalu tiap ujung jemari lentik tersebut menyapukan belaian lembut pada helai rambut Namjoon. Senyumnya merekah perlahan, tapi tak berselang lama kemudian Jihwan mengalihkan pandangan ke sisi lain sambil menelan saliva. Hatinya mendadak pilu mengingat perlakuan Namjoon di belakangnya, lantas Jihwan pun bergegas bangkit meninggalkan ranjang, mengenakan sandal santai dan keluar dari kamar.

Jihwan memasuki dapur yang dinaungi penerangan cukup dan tak menemukan seorang pun di sana. Kepalanya masih terasa berat sebab kesadarannya belum terkumpul sempurna. Ketika tangannya bergerak membuka lemari pendingin, tubuhnya sedikit menggigil berkat udara sejuk yang menerpa.

"Lady?" Jihwan mendadak memalingkan wajah tatkala mendengar namanya disebut. Sosok seorang wanita paruh baya yang baru memasuki dapur membuat Jihwan segera mengangkat sepasang alisnya tinggi. "Ini masih awal pagi. Mengapa Anda sudah terjaga?" tanyanya penasaran. Jihwan membalas lewat senyuman hangat kemudian menuang air dingin ke dalam sebuah gelas.

"Hanya mimpi buruk. Nyonya Lee juga sudah terjaga," kata Jihwan.

"Saya harus menyiapkan bahan sarapan. Para pelayan yang lain juga akan segera terjaga."

"Ah, ya." Jihwan menyahut ragu sambil mengamati kesibukan Nyonya Lee yang mulai membuka lemari pendingin untuk menyiapkan bahan-bahan masakan. Sejenak Jihwan duduk di salah satu kursi kemudian menenggak air minumnya. "Nyonya Lee, boleh aku menanyakan sesuatu?"

"Ya, Lady?"

"Apakah Jungkook memasak sendiri di paviliun?" tanyanya penasaran.

"Ya, Lady. Saya pernah menawarkan pada pria itu untuk menyantap makanan dari rumah utama daripada memasak sendiri. Lagi pula para pelayan kelihatannya tidak keberatan untuk mengantarkan makanan ke paviliun. Terkadang⸺beberapa pelayan datang ke paviliunnya." Jihwan mengerutkan kening disertai perasaan aneh. Dia tahu itu perasaan tak suka yang entah mengapa tiba-tiba muncul dalam benak.

Boss LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang