Chapter 3 : Marionette

11.1K 1.5K 333
                                    

[Song : K-Flay - Giver]

***

Sejak kejadian tadi pagi, Jihwan terlihat jadi lebih pendiam terlebih saat Namjoon melintas di hadapannya. Jihwan tidak melirik barang sedikit pun, memilih diam serta berpura-pura sibuk, duduk manis di sofa mewah dalam kamar mereka dengan kaca mata anti radiasi dan ditemani sebuah novel menarik; IQ84 karya Haruki Murakami. Tatap mata seriusnya jelas menunjukkan bahwa Jihwan tengah mengabaikan Namjoon sungguhan. Sesekali lidah wanita itu menjentik keluar barang menjilat belah bibir untuk membasahinya.

Tidak seperti biasanya, untuk malam ini Jihwan mengenakan pakaiannya dengan sangat tertutup, sukses membuat Namjoon bertanya-tanya dan beberapa kali mengamati dari balik kaca matanya. Pria itu tak lekas beranjak dari atas ranjang untuk mengunjungi, sesaat ia hanya memperhatikan sang istri dengan tatapan kelewat lekat, melihat Jihwan membalikkan halaman demi halaman bersama raut antusias.

Karena perkara sialan pagi ini, ya Tuhan. Namjoon merasa jengkel setengah mati menyadari bahwa kehadirannya tak dianggap begini. Apakah Jihwan sebegitu marahnya? Namjoon sangat tidak tahan mendapat perlakuan seperti ini. Pada kenyataannya, ia teramat benci saat tahu Jihwan memalingkan wajah darinya seperti orang asing.

"Hwanie, apa kau benar-benar sibuk?" tanyanya memutuskan untuk mengudarakan suara tatkala mendapati Jihwan tak kunjung mengangkat wajah.

Haruskah novel menarik itu dihancurkan saja supaya Namjoon dapat membuat Jihwan mengalihkan perhatian untuk sejenak? Namjoon segera melempar buku bacaannya ke atas ranjang. Terlalu lama baginya menanti jawaban dari Jihwan yang nampaknya sedang tidak ingin bicara (terutama bicara dengannya) dan fakta itu terasa sangat menyakitkan. "Mau kuhancurkan novel itu, Sayang?" setelah mendengar pertanyaan tersebut, barulah Jihwan meluruskan kepalanya bahkan sempat mendengus tak nyaman.

Dalam sekejap, Jihwan telah menutup novel di atas pangkuannya. Sepasang tungkai kurus yang sempat berselonjor memenuhi sofa itu meluncur turun sehingga menyentuh lantai kayu, kemudian Jihwan memutuskan untuk bangkit, terlebih dulu melemparkan novel bacaannya ke atas permukaan sofa kemudian melipat lengan di depan dada. Sepasang alisnya terangkat tinggi serta merta menatap tak senang. "Kali ini apa lagi masalahnya?"

"Kau marah?" tanya Namjoon menyelidik. Jihwan kelihatan muak lantas memalingkan wajah. Kepalanya mendadak pusing ketika harus berhadapan dengan sirat mengerikan yang kini Namjoon torehkan padanya. Jihwan sedang tidak ingin bertengkar sekarang. Kali ini, Namjoon lah yang memulai peperangan. Bukannya membiarkan ia tenang sejenak agar pikirannya kembali jernih, justru Namjoon malah membuat pikiran Jihwan semakin keruh dan mulai diselimuti kemarahan lagi. "Aku ingin sebuah jawaban jujur," timpal pria itu.

"Harus ya, mulutku yang berbicara jika kau saja sudah mengetahui jawabannya melalui kedua mataku?" tanya Jihwan menantang, merapatkan dirinya pada Namjoon beserta tatapan yang semakin berapi-api. Lengannya yang bersilang di depan dada tetap pada posisi, sementara Namjoon malah memejam mata sambil memalingkan wajah sesaat untuk menyemburkan napas berat.

"Baiklah, aku minta maaf atas kejadian pagi ini. Aku berjanji tidak akan mengulanginya. Jadi kumohon, jangan marah lagi, oke?"

Dalam waktu singkat, air muka Jihwan langsung berubah, dari menyeramkan menjadi lebih menggemaskan. Bibirnya yang mungil mengerucut, namun masih berpura-pura marah dengan cara melirik ke sisi lain, sempat memutar bola mata demi membuat Namjoon percaya. "Astaga, Sayangku. Aku minta maaf sungguhan. Apa yang harus kulakukan supaya kau percaya?"

"Apa, ya? Aku juga sedang memikirkannya." Jihwan memilin helai rambutnya sambil berpikir, mengetuk dagu dengan jari telunjuk, kemudian menatap lekat ke arah suaminya yang tengah menanti jawaban. "Ah, sayang sekali. Aku belum bisa memikirkan apa pun. Bagaimana kalau kuberitahu besoknya saja atau besoknya lagi?" tawar Jihwan berpura-pura sedih dan tak tahu harus melakukan apa. Kontan Namjoon pun hanya bisa menarik napas dalam sampai-sampai membuat dada bidangnya membusung.

Boss LadyWhere stories live. Discover now