Chapter 8 : Dangerous

10.8K 1.3K 404
                                    

[Song : Ariana Grande - Into You]

***

Pagi ini Jihwan bergerak lebih lambat dari biasanya. Ia tidak bermaksud menunda-nunda rutinitas, akan tetapi entah mengapa otaknya terus meneriakkan bahwa ia harus bersembunyi untuk sementara waktu. Air mukanya menampilkan kegelisahan yang jelas sehingga Namjoon dapat merasakannya. Jihwan berulang kali menggigit bibirnya khawatir ketika sedang bersolek di depan cermin, lalu mengepalkan tangan dan memejam hingga keningnya mengerut.

Melihat pemandangan tak biasa tersebut, Namjoon mendadak merasa penasaran lantas mendekati istrinya dan mulai melingkarkan sepasang lengan untuk memeluk leher wanita itu dari belakang, refleks membuat Jihwan tersadar, sedikit terkejut. Netranya melirik sosok Namjoon lewat cermin lalu menatap lembut.

"Ada apa, Sayang? Kau kelihatannya sedang memikirkan sesuatu. Ada masalah? Atau kau merasa gugup menatap kecantikanmu sendiri di cermin?" Namjoon masih sempat menggoda Jihwan selagi melontarkan pertanyaan yang mendasar atas rasa penasarannya, sedang wanita itu hanya bisa melebarkan iris kemudian melipat bibir mungilnya rapat dan menyebabkan dagunya mengerut lucu. Jihwan kelihatan makin gelisah saat melihat satu sudut bibir Namjoon menyungging sementara obsidian kembar pria itu menyorot sempurna ke arah cermin, di mana refleksi wajahnya terpantul anggun sekalipun belum dipoles bedak. "Apa itu rahasia, Hwanie?" tanyanya lagi masih berusaha menuntut jawaban segera.

"Darling⸺"

"Yes, Sweetheart?" sahut Namjoon.

Jihwan mengatupkan bibirnya kembali dan memilih untuk menghindari tatapan Namjoon sedetik berikutnya. "Nothing."

"Really? Aku melihat keseriusan di matamu. Ayolah, berbagi denganku. Mungkin dengan begitu kau bisa merasa lebih baik."

Jihwan menatap Namjoon sekali lagi lewat pantulan cermin dan mendapati pria itu tersenyum sangat manis sampai lesung pipitnya terlihat sangat nyata. "Ya Tuhan, tampan sekali," bisiknya mengalihkan kemudian tertawa kecil saat melihat Namjoon mengerucutkan bibir. "Aku sedang memikirkan konten fashion week yang akan diunggah ke media sosial minggu ini." Oh, astaga. Jihwan tidak berasumsi bahwa kebohongannya itu terlihat lumayan bagus, sebab kini raut wajah Namjoon berubah heran seolah tidak memercayainya.

"Kau bisa mendiskusikannya dengan Jiae, bukan? Jangan memikirkan penyeselesaiannya sendirian, jika dipikirkan bersama-sama hasilnya pasti akan menjadi lebih baik. Kau memiliki tim yang hebat, Sayang. Jangan menyia-nyiakan mereka." Jihwan melihat perubahan ekspresi di wajah prianya. Namjoon tersenyum lembut kemudian mengecup puncak kepala sang istri singkat sebelum akhirnya meraih jam tangan di atas permukaan meja rias dan lekas mengenakannya di pergelangan tangan kiri.

Jihwan mengabaikan Namjoon beberapa saat kemudian dan larut dengan pikirannya lagi. Ya Tuhan, haruskah dia bertemu Jungkook hari ini? Haruskah dia memutuskan urat malunya ketika berhadapan dengan pria itu atau malah berpura-pura tidak mengingat insiden kemarin dan berusaha bersikap normal seperti biasanya? Jihwan meragukan dirinya sendiri. Sekarang saja ia sudah dilanda rasa gugup yang teramat besar. Ia bisa memastikan bahwa pipinya akan memerah hebat saat berhadapan dengan Jungkook.

Tapi pria itu bahkan bukan siapa-siapa, lantas mengapa Jihwan harus merasa panik berlebihan seperti ini? Beragam asumsi negatif tentangnya pasti sudah menjamur di kepala Jungkook dan hal itu membuat Jihwan nyaris tidak ingin muncul di hadapan bodyguard-nya sendiri.

"Sayang, kita harus bergegas," kata Namjoon mengingatkan saat mendapati istrinya larut dalam lamunan lagi. Pikiran Jihwan buyar seketika dan secara cepat telah menatap refleksi Namjoon pada cermin. Pria itu kelihatan tidak sabar, menginstruksi dirinya agar bergerak lebih gesit dan Jihwan mendesah berat hati tanpa sadar. Ada sesuatu yang tidak beres, Namjoon mengetahui hal itu dan dia tidak ingin terlalu menekan Jihwan untuk mengutarakan problemnya.

Boss LadyOn viuen les histories. Descobreix ara