-❑♡ I ' T I K A F ₊˚.༄ [Gempa]

900 137 25
                                    

; nungguin kamu keluar masjid–

▭▭▭ ◦ࣱ۪۪̥࣭࣮ࣩࣴ꜆🍂◦ࣱ۪۪̥࣭࣮ࣩࣴ꜆ ▭▭▭

"Kak, itu siapa?"

Halilintar menoleh ke adeknya. "Oh, temen lama kakak, waktu kuliah kami sejurusan"

Adeknya itu mengangguk, matanya tidak lepas dari cewek yang keluar dari masjid menggunakan mukenah putih dengan corak warna ungu gelap.

"Kenapa? Kamu suka?"

Adeknya menggeleng cepat. Seolah menolak agrumen sang kakak.

"Gausah ngelak, Gempa, kakak tau" ucap Hali dengan kekehan kecil diakhir.

"Kamu tumbenan suka sama cewek Gem, kakak kira kamu gamau nikah" ucap Hali. Berbicara dengan adik yang terpaut tiga tahun darinya itu lebih baik dibanding dengan adiknya yang terpaut dua tahun darinya.

"Ya kan nikah juga ibadah kak" jawab Gempa. Sedikit malu sebenarnya, karna dulu sempat menolak nikah padahal sudah banyak gadis yang dicarikan Taufan.

"Yaudah, nanti kakak kenalin ke kamu teh (name) nya"

Gempa, lelaki itu tersenyum kecil. "Udah ah kak, adek mau ketemu sama kakak ipar buru!"

Kini giliran Hali yang tersenyum. Emang cuma Gempa saja yang bisa di baikin. Adek yang lain enggak.

"Yaudah ayo"

Itu awal Gempa bertemu dengan, emm atau lebih tepatnya melihat? wanita manis dengan mukenah putih bercorak ungu gelap itu.

Sejak itu Gempa selalu ke masjid yang bisa dibilang jauh dari rumah kakaknya untuk sholat tarawih.

Dan sejak itu pula Gempa menunggu wanita manis itu keluar dari masjid. Juga sejak itu Gempa digoda oleh Hali.

"Gem, gamau taarufan sama dia?" tanya kakak iparnya dan diangguki oleh Hali. Usia Gempa juga sudah seharusnya menikah, apalagi Gempa itu tampan, juga mapan.

Gempa menggeleng kecil. "Gempa malu teh" dan itu membuat dua orang yang lagi masak didapur tertawa. Iya, Gempanya disuruh duduk aja.

"Kamu sama aja kayak mas Hali" Hali yang berdiri tak jauh dari istrinya mendelik kesal. Enggak ya, dia tidak seperti Gempa yang hanya memandangi gadisnya dari jauh.

"Enggak ya dek, mas langsung minta restu sama orang tua kamu" tolak Hali.

"Kakak Teteh, jangan lupa Gempa masih bujang disini"

Ya, benar juga

"Buruan deh, abis ini ke masjid" kesal Gempa. Hali tertawa. "Iya Gem, jangan lupa nanti kita i'tikaf"

.

Jam menunjukkan pukul empat pagi. Dan tau? Jamaah cowok belum ada yang terbangun.

Saat yang lain sedang menyiapkan sahur, (name) yang baru selesai mencuci muka dikamar mandi masjid dipanggil oleh istri Hali.

"Iya teh?"

"Bangunin yang ikhwan ya dek, kakak sama yang lain mau nyiapin sahur"

Gadis muda itu ingin menolak, tapi saat menoleh pada barisan depan, ternyata benar, tidak ada cowok yang terjaga.

Gadis itu menghela nafas. "Yaudah deh"

Lalu melangkahkan kaki menuju barisan depan.

"Bangunin aja (name) gausah takut!"

Setelah mengumpulkan niat, (name) meraih lidi yang biasa digunakan guru MDA untuk memukuli murid nakalnya. Lalu menusuk pelan pinggul Gempa yang kebetulan berada diujung.

"Ayo sahur"

Gempa terbangun, lalu sedikit tersentak kala melihat (name) berjongkok disampingnya.

"Bangunin yang lain ya, saya mau ikut kakak kakak lain nyiapin sahur"

Sejak itu, tugas (name) selalu membangunkan Gempa, dan Gempa yang akan membangunkan yang lain.

Bahkan hingga sekarang.

"Gem, bangun ayo sahur"

Dibangunin Istri dimasjid dekat rumah, beuh nikmat mana yang engkau dustakan??

Bukan hanya itu. Selesai dhuha, Gempa selalu menunggu sang gadis keluar lalu pulang dari i'tikaf mereka.

Dulu hingga sekarang selalu begitu.

Tapi jika dulu ia hanya diam mentapi gadis, sekarang tidak lagi.

Kegiatan Gempa masih sama, menunggu cewek bermukena putih bercorak ungu tua keluar dari masjid. Dan menggenggam tangan menuju rumah mereka.

Iya, rumah pasangan suami istri yang taaruf lewat i'tikaf.

▭▭▭ ◦ࣱ۪۪̥࣭࣮ࣩࣴ꜆🍂◦ࣱ۪۪̥࣭࣮ࣩࣴ꜆ ▭▭▭

–udah jadi kebiasaan:)


╱̷Boboiboy Book [ oneshoot ]₊˚.༄ Where stories live. Discover now