🏹 : : kolam renang - gempa

623 90 31
                                    

.

.

.

Gempa tersenyum kecil setelah menutup panggilan telepon dari seberang sana. Ia kembali meletakkan ponsel ke dalam tas lalu berbalik pada murid muridnya yang masih sibuk mempersiapkan diri untuk pengambilan nilai benerang nanti.

Ngomong ngomong, kenapa pula Gempa tersenyum?

Tentu karna ia senang. Siapa sih, yang tidak senang jika istri tercinta datang menghampiri saat sedang lelah begini?

Tadi istrinya menelpon, bilangnya ingin menghampiri Gempa untuk membawakan baju ganti. Sebenarnya Gempa sengaja, biar istri cantiknya itu datang mengantarkan bajunya.

Pandai juga modusnya si bapak ini.

Gempa masih senyum senyum sendiri sampai wajahnya tersiram air. Guru muda itu reflek menutup matanya. Setelah mengusap wajahnya ia kembali membuka mata, berjalan ketepi kolam renang dan menatap tajam pada murid muridnya.

"Heh! Biar apa kalian begitu?" tanya Gempa. Beberapa murid itu tertawa. Lalu salah satunya menyeletuk,

"Bapak sih, senyum senyum sendiri"

Gempa menggeleng pelan. Ia duduk di tepi kolam lalu menceburkan diri, niatnya untuk kembali mengajarkan tutorial berenang untuk murid murid yang belum pandai. Tapi sebelum itu, ia ladeni dulu muridnya yang lumayan dekat dengannya ini.

"Istri saya mau nyamperin saya, iri kan kalian, masih jomblo" ejek Gempa sebelum akhirnya berenang menuju murid yang berada di tepi yang lain—yang masih belum bisa berenang.

"YEU SI BAPAK!" Teriakan kompak dari muridnya membuat Gempa tertawa setelah menapakkan kembali kaki dan berdiri tegak.

Senang pula dia menggoda murid muridnya. Apalagi adanya peraturan sekolah yang melarang para murid berpacaran. Makin senang lah ia melihat wajah jones mereka.

Tenang, dulu saat SMA Gempa juga merasakannya kok.

Gempa kembali mengajarkan muridnya. Sekitar setengah jam, ia mendengar suara ricuh dari arah murid murid yang tadi ia goda.

Si tampan itu menolehkan kepala kepo, setelahnya memasang raut kesal melihat murid muridnya sudah menepi sambil berbincang dengan perempuan cantik yang sedang menyandang tas juga menenteng dua kantong di tangan kanannya.

"Sore kak (name)~" sapa mereka kompak. Perempuan itu tertawa kecil, melambai pada mereka dengan tangan kiri. "Sore jugaa" sapanya balik. Ia hendak meletakkan bawaannya pada kursi santai, tapi tertahan karna murid murid suami—dan muridnya juga—bertanya tanya padanya.

"Ada apa kesini kak?" tanya yang paling tengah. (name) mengangkat tangannya yang menenteng plastik, "Bawain ini buat suami. Sekalian, tadi bajunya ketinggalan" jawab (name). Mereka kompak berdecih. "Pak Gempa pandai banget modusnya" celetuk salah satu dari mereka yang berada di ujung kanan. Tak lama ia mengaduh kesakitan karna seseorang menjitak pelan kepalanya.

"Suka suka saya, sama istri sendiri juga" kesal orang itu lalu kembali naik. Ia menghampiri sang istri yang sudah mengeluarkan handuk dari tas sandangnya.

"BAPAK JANGAN NGEBUCIN DI DEPAN KITA!" Murid Gempa kembali berteriak melihat Gempa yang dengan santainya duduk di bawah dengan (name) yang duduk di kursi sambil mengeringkan kepala sang suami dengan handuknya.

Gempa memberikan tatapan mengejek. "Kenapa sih, cuma ngeringin rambut juga" balas Gempa. Ia tersenyum senang melihat muridnya menggerutu kesal.

Jujur saja, ia sengaja melakukannya karna muridnya ini sering caper pada sang istri.

Selain karna (name) yang mudah paham dengan seseorang, cukup dengan kehadiran dan suara lembutnya mempu membuat orang terkesima.

"Bilang aja sih, bapak cemburu kan liat kita deket sama kak (name)" balas muridnya yang lain. Tapi mereka tak menyangka, Gempa benar benar menganggukkan kepalanya.

╱̷Boboiboy Book [ oneshoot ]₊˚.༄ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang