🌻no rest for the wicked

202 6 6
                                    

Entah mulai dari kapan, kedatangan Angkasa ke kostan gue tidak lagi menjadi hal yang gue tunggu – tunggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah mulai dari kapan, kedatangan Angkasa ke kostan gue tidak lagi menjadi hal yang gue tunggu – tunggu.

Tidak ada lagi martabak dingin atau pun laptop yang berakhir kehabisan daya karena kami biarkan menyala di atas meja dengan lagu No Rest for The Wicked dari Lykke Li yang dibiarkan mengulang berpuluh – puluh kali.

Tidak ada kalimat "I like your lips" yang keluar dari mulut Angkasa setiap dia berada di kostan gue.

Hari ini, tepat hari jadi kami ke dua tahun dan kami hanya berdiam di kostan tanpa melakukan perayaan apa pun, Angkasa yang yang sibuk dengan laporan pekerjaannya terkait Kerja Lapangan yang sudah harus rampung bulan depan. Sementara gue masih berkutat dengan tugas yang sebenarnya tidak harus gue kerjakan sekarang – mengingat tugas tersebut baru diberikan tadi siang dan gue bukan tipe orang yang akan langsung mengerjakan tugas saat tugas itu baru diberikan beberapa jam yang lalu.

Entah apa yang membuat gue dan dia masih bisa bertahan sejauh ini, sementara gue tahu apa yang Angkasa lakukan diluar sana dengan Dinda.

Dan gue amat sangat mengerti arti kalimat Yoda beberapa bulan lalu saat kami di Valtur.

"Do you want to do it with me?"

Rasanya bahkan masih gue ingat sekarang.

Angin dingin Dago setelah hujan, suara Pamungkas dengan To The Bone ­– nya, baseball cap­ Yoda yang masih sering gue pakai saat kami sedang berada di luar.

"Sa"

Tangan gue yang semula sibuk di atas keyboard berhenti bersamaan dengan suara pelan yang keluar tanpa aba – aba, "hmm" Angkasa menjawab dengan mata yang masih fokus ke layar laptopnya.

"Kamu tahu bulan sama matahari?" Perkataan gue yang mungkin dirasa Angkasa sedikit aneh membuat dia berhenti dengan kegiatannya lalu menatap gue yang tepat berada di sisi kirinya, "kenapa?"

Tanpa berniat menjawab pertanyaan gue yang terlalu random, Angkasa malah membalikan sebuah pertanyaan yang gue bingung harus jawab apa.

"Kasian ya mereka" gue memberikan sedikit jeda di antara kalimat yang akan gue ucapkan, kening Angkasa sedikit mengerut, "banyak yang bilang mereka itu pasangan yang saling melengkapi, tapi pernah nggak sih kamu mikir, mereka itu nggak pernah ada di posisi yang sama, nggak akan pernah" lanjut gue kemudian.

Angkasa memundurkan sedikit badannya yang membuat jarak antara kami tidak lagi ada, "waktu siang, matahari bakal ada di atas, terus waktu malem, bulan yang bakal ada di atas" perkataan gue yang semakin aneh membuat Angkasa menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "mereka nggak akan pernah ada di satu titik yang sama, sa" tatapan mata gue tepat berada di mata Angkasa.

"Kayak kita"

Silangan tangan Angkasa perlahan melemas, tangannya bergerak meraih kepala gue lalu menyandarkannya dengan lembut ke pundaknya, "maaf" suaranya terdengar tepat di telinga kiri gue.

Kuliah Kerja NgebucinWhere stories live. Discover now