🌻letting you go

121 7 0
                                    

Toxic Relationship.

Istilah itu lagi digandrungi oleh sebagian kaum milenial tolol yang masih aja suka denial sama efek buruk yang ditimbulkan oleh hubungan mereka.

Mungkin kalau kata 'hubungan' terlalu luas untuk dibahas, mari kita persempit menjadi 'hubungan asmara'.

Buat banyak orang toxic relationship ini efeknya beda-beda.

Gue nggak banyak tahu sih, cuma intinya toxic relationship ini bersifat merusak – entah itu merusak mental atau fisik, si empunya hubungan.

Yang menjadi si tersakiti biasanya juga macam-macam.

Di satu kasus, hubungan nggak sehat ini merusak hanya satu pihak, tapi tidak sedikit juga yang merusak kedua belah pihak.

Semua orang di dunia ini menurut gue nggak akan ada yang mau terlibat di dalam sebuah hubungan yang nggak sehat kayak gitu.

Ngapain banget man.

Iya kalau cuma ngerusak fisik? Kalau sampai ngerusak mental, kan tai.

Tapi hari ini gue menjadi sedikit mengerti, kenapa banyak orang di luar sana yang memilih buat bertahan di dalam belenggu toxic relationsip.

Ketergantungan adalah menjadi alasan utama kenapa banyak orang yang mempertahankan hubungan seperti ini.

"Kalau nggak ada dia, gue nggak bisa jalanin hidup kayak biasa"

Halah tai.

Sebelum ada dia aja lo masih bisa hidup, kan?

Logikanya seperti itu.

Tapi banyak orang yang akhirnya tetap mempertahankannya karena mereka kebanyakan adalah orang-orang yang terjebak dalam cinta dan kebahagiaan sesaat dalam percintaan.

Gue mau mengakui satu hal.

Iya, gue adalah orang-orang itu.

Orang-orang yang sedang terjebak dalam kebahagiaan sesaat.

Orang-orang yang merasa takut ditinggalkan.

Orang-orang yang dengan bodohnya mempertahankan hal yang seharusnya direlakan.

Mungkin ini adalah keputusan terbodoh yang pernah gue ambil dalam hidup, tapi gue tidak menyesal – lebih tepatnya belum.

Angkasa baru saja melangkahkan kakinya menuju parkiran kostan setelah sejak tiga jam yang lalu dia ada di atas kasur gue dengan laptop dihadapannya.

Then what did I do?

Tidur disampingnya dengan satu tangan gue memainkan rambutnya yang sudah mulai memanjang.

Suatu hari nanti, gue pasti akan merindukan saat-saat seperti ini.

Gue pasti kangen liatin Angkasa dari samping.

Gue pasti kangen tidur di pundaknya.

Gue pasti kangen makan martabak pisang keju dingin di kamar sama dia.

Dinda will treat you better than me, Angkasa.

Lamunan gue tadi terhenti saat tiba-tiba Angkasa menutup laptopnya kemudian membalikkan badannya ke arah gue.

Kini tangannya yang berganti memainkan rambut gue, "I like your hair" katanya sambil tersenyum.

Kemudian tangannya berhenti memainkan rambut gue.

"I like your eyes"

Bibirnya mengecup lembut kedua mata gue bergantian.

"I like your nose"

Kuliah Kerja NgebucinWhere stories live. Discover now