🌻tipsy?

126 5 0
                                    

"Cowo lo tahu nggak lo mau pergi?" suara Gauri terdengar saat anak kontrakan lagi sibuk memakai sepatu di ruang tengah.

Sekitar setengah jam yang lalu waktu anak kontrakan lagi full team di duduk depan tv sambil sebat, Kenta tiba-tiba bersuara, "mandi air panas yuk, asik kayaknya dingin-dingin gini"

Kita semua awalnya cuma saling tatap, buset Kenta ngajak keluar duluan tuh kayak satu pertanda akhir zaman tahu, saking jarangnya.

Bahkan kalau cewenya mau bucin nih, dia akan selalu minta cewenya yang dateng ke kosan buat jemput dia. Hadeuh.

Jadilah beberapa menit setelahnya semua orang sibuk siap-siap ke kamarnya masing-masing.

Lalu gue?

Gue cuma nontonin mereka siap-siap di atas sofa.

Lalu pertanyaannya, apakah gue mau ikut?

Iya dong.

Siap-siapnya kapan?

Nanti aja mereka mampir dulu ke kostan gue buat ambil barang.

Ngerepotin?

Biarin aja lah, mereka aja nggak protes.

Pertanyaan dari Gauri membuat gue teringat kalimat Angkasa beberapa bulan yang lalu, "kamu jangan keseringan keluar malem-malem, sha. Nggak enak diliat orang" gue saat itu tidak bisa langsung menjawab kalimat Angkasa.

Saat ada orang lain yang berbicara kalimat yang sama ke gue, "biarin aja, setiap orang bebas berkomentar untuk hidup siapa pun" selalu kalimat itu yang keluar.

Tapi malam itu, yang keluar dari mulut gue berbeda, "sa, kalau kamu nggak nyaman sama aku langsung bilang ya"

Aku takut kamu nggak bilang terus langsung pergi gitu aja.

Gue meneruskan kalimatnya di dalam hati.

Iya, gue setakut itu Angkasa pergi.

"Nggak, dia lagi ada acara himpunan, nggak ada sinyal di tempatnya" kalimat jawaban gue langsung disambut anggukan oleh Gauri.

Gue nggak bohong, terakhir gue ngobrol sama Angkasa lewat telepon adalah kemarin sore, setelahnya dia benar-benar tidak bisa dihubungi.

"Lagian kalau si Angkasa ngelarang lo pergi-pergi sama kita mah, putusin aja lah" Kenta yang sedang menutup pintu kamarnya tiba-tiba bersuara.

Gue melemparnya dengan botol air mineral kosong yang ada di tangan gue, "buset enteng banget lo ngomong" si Kenta tuh jarang ngomong emang orangnya, tapi sekalinya ngomong itu kadang bikin orang 'wow' gitu, kadang bikin emosi.

"Ayok ah jalan, keburu malem" suara Gavin terdengar dari arah tangga sambil nenteng kunci mobil, "hello, udah malem kali pak" Paul yang sejak tadi sibuk dengan tasnya yang lumayan besar – isinya kamera, membalas ucapan Gavin.

Lagian gimana ceritanya keburu malem, ini aja udah jam sebelas.

Gue nggak tahu apa yang membuat kontrakan ini lebih sering gue datengin dibandingkan kostan gue sendiri.

Lebih banyak orang, mungkin?

Karena semenyebalkannya gue di mata orang-orang, gue paling nggak suka sendirian.

Lebih hidup, mungkin?

Karena sebanyak apapun orang di sekitar gue, kalau mereka tidak hidup satu frekuensi dengan gue, ya tetep sama aja sepi.

Lebih manusiawi, mungkin?

Karena walaupun gue sudah tinggal di kostan – yang gue tinggali sekarang, dari zaman gue maba which is udah sekitar dua tahun lewat beberapa bulan, gue bahkan tidak mengenal siapa orang yang tinggal di samping kamar gue.

Kuliah Kerja NgebucinWhere stories live. Discover now