🌻emang cocok sih tempatnya

160 9 0
                                    

Gue cuma bisa haha hehe, "gue ceritain dari awal aja ya" akhirnya malam itu gue menceritakan yang sebenarnya kepada Gema dan Nayla.

"Emang keliatan banget ya?" Dengan polosnya gue bertanya di tengah-tengah sesi curhat yang telat ini.

"Keliatan lah, lo tolol apa gimana sih" Gema menjawab dengan mantap, emang orang ini suka paling semangat kalau ngatain orang tolol, "lagian emang kenapa sih kalau orang lain tahu? Lo sama Angkasa nggak rugi, kan?" lanjut Gema lagi.

"Yang, aku nanya yang di dapur jangan ya sama Erisha" Gema dengan suara pelan membisikkan sebuah kalimat ke telinga Nayla.

Malam ini mereka berdua berniat menanyakannya apa yang terjadi langsung kepada Erisha, mau langsung introgasi berdua takut ketahuan anak-anak, jadi biarin lah satu-satu dulu aja.

"Ya jangan dong, kamu gila ya" Nayla memukul pelan pipi Gema, "lagian kan waktu itu kita juga pernah, emang cocok sih tempatnya"

Sama seperti sore di hari-hari sebelumnya, setelah pulang dari masjid gue memutuskan langsung ke posko. Selain karena gue lagi nggak mood makan bakso bu RW, desa tempat gue KKN ini bukan tempat yang asri – cenderung gersang malah, bikin gue rasanya pengen mandi terus tiap liat air.

Sampai di posko, gue hanya menemukan beberapa orang saja yang sudah ada di posko, sisanya masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Sebelum gue keluar dari kamar mandi, gue mendengar suara Angkasa, tumben banget jam segini dia udah ada di posko, "gue istirahat sebentar, nanti eval gue balik lagi" gue membuka pintu kamar mandi lalu menemukan Angkasa sedang mengisi gelas dengan air dari galon.

"Sha, urus ni si Angkasa, batu banget disuruh istirahat" ucap Gema sebelum dia kembali keluar posko.

Gue melihat ke arah Angkasa, "aku cuma butuh tidur sebentar" jelas dia setelah meneguk habis air di gelasnya.

"Jangan cape-cape Angkasa, kamu juga perlu istirahat" langkah kaki gue berjalan mendekat ke badang Angkasa, "aku juga nggak liat kamu makan di posko tadi siang, kamu makan dimana? Atau nggak makan? Apa susahnya sih tinggal ke posko, ambil makan? Atau kalau kamu lagi banyak kerjaan, minta tolong aku bawain makan, bisa kan?" gue beneran kesel sama Angkasa, dia ini susah banget kalau di kasih tahu. Bisanya ngomel terus kalau gue nggak makan, sendirinya susah banget kalau disuruh makan.

Angkasa berdiam cukup lama sambil liatin gue, tiba-tiba Angkasa mendekatkan wajahnya ke gue, dan mencium kening gue sekilas.

"Angkasa ih! Kalau ada yang liat gimana?" ini orang bisa banget bikin gue terbang.

Memang menurut dia dengan kecupan gue bisa luluh?

Bisa, sih.

"Aku tidur dulu sebentar, nanti kalau eval bangunin ya" lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi, Angkasa mengelus kepala gue dan berjalan masuk ke kamar setelahnya.

"Aduh, neng Dinda tumben magrib-magrib ke posko ada apa nih?" gue yang saat itu sedang mengaduk teh untuk Angkasa di dapur langsung menoleh menuju ruang tengah posko saat suara Figor terdengar dan menemukan Dinda dengan plastik hitamnya sedang berdiri sambil tersenyum.

"Asa nya lagi istirahat ya? Aku mau kasih obat, dia kayaknya kecapean deh" suara lembut keluar dari mulut Dinda.

Bentar-bentar, Asa yang dia maksud siapa? Angkasa?

"Baik banget sih sampe dianter ke posko" Ale menambahkan celotehannya yang membuat tangan gue awalnya mengaduk teh dengan santai berubah kasar.

"Angkasanya di kamar tuh, samperin aja" Reynald yang sedang berjalan dari arah dapur langsung mempersilahkan Dinda sang tuan putri masuk ke kamar.

Kuliah Kerja NgebucinWhere stories live. Discover now