🌻parkiran indomaret

129 6 0
                                    

Banyak orang yang menjamin kalau mahasiswa Teknik Elektro itu punya otak dan skill yang saling melengkapi.

Nggak akan ada orang yang cuma bisa ngitung doang atau cuma bisa kerja di bengkel doang, pasti mereka bisa keduanya.

Tapi kenyatannya tidak seperti itu teman-teman.

Karena disinilah gue sekarang.

Laboratorium Proteksi, gedung praktikum yang paling gue benci setelah bengkel instalasi – karena kayaknya semua mata kuliah tentang kelistrikan gue benci.

Bangunan luas yang dibawahnya hanya dialasi semen – katanya untuk keselamatan praktikum, padahal mungkin aja dulu saat gedung ini dibangun, duit mereka kurang buat beli keramik, who knows?

Gue menunduk di hadapan Pak Giantoro yang sedang berkhutbah, disamping gue duduk mahasiswa paling santai se-Bandung Raya, Danu. Disampingnya lagi, duduk 2 mahasiswa tergoblok se-Elektro, Paul dan Qory.

Kenapa gue terjebak diantara mereka yang saat Pak Gintor – sebutan dari anak kelas gue, sedang berkhutbah mereka terlihat tidak peduli dan malah sibuk sendiri?

Jawabannya sesimpel skill praktikum proteksi gue yang dibawah rata-rata.

Simpel sih, pertanggung jawabannya yang malesin.

Pak Gintor masih betah berbicara saat ponsel di saku gue bergetar, nama Gavin muncul di layar ponsel gue, dewi fortuna sedang berada di pihak gue.

"Pak izin sebentar, ada panggilan masuk" gue memperlihatkan layar ponsel ke hadapan Pak Gintor.

"Gavin! Gue sayang banget sama lo" si yang di ajak bicara langsung berdecak, "kenapa lo?" bukan suara Gavin yang terdengar.

"Kok lo sih Yod?" oknum penelepon tidak lain tidak bukan adalah Yoda, "Gavin mandi, dia titip sate kalau lo balik nanti" suara berat Yoda terdengar dari ujung sambungan.

"Oh, kiarin apa" gue berjalan ke arah luar gedung, "lo mau sekalian nggak?" tangan gue menyentuh pintu kaca yang sudah mulai usang, "nggak usah"

Gue berhenti sebentar, "ih sekalian aja ah, soto ayam nasi dobel kan" gue memilih duduk di kursi besi tempat anak-anak biasanya nongkrong sambil ngerokok.

Yoda kembali berdecak, dia kayaknya keseringan gue buat kesel, "terserah lo lah, udah sana balik dengerin khutbah" kalimat Yoda langsung gue potong, "eh jangan dulu ditutup dong, gue males balik lagi"

"Bangsat emang si Erisha tuh, kesempatan banget ada yang nelpon dia kagak balik-balik lagi" adalah kalimat pertama yang Paul keluarkan saat dia berhasil keluar dari neraka – maksudnya ruangan Pak Gintor.

Telunjuk Danu mengarah ke Erisha yang sedang duduk di kursi besi diluar gedung "tuh anaknya masih telponan"

Libur semester adalah surga bagi para mahasiswa.

Ada tambahannya, bagi mahasiswa yang pada satu semester ke belakang nggak banyak tingkah.

Bagi gue, Danu, Paul, Qory dan sekian banyak mahasiswa yang satu semester kemarin cuma haha hehe doang, libur semester nggak ada surga-surganya sama sekali, bahkan baunya surga juga nggak kayaknya.

Padahal gue cuma ngulang satu mata kuliah doang, tapi ngebangke di kostan hampir sebulan sejak awal libur semester.

Kerjaan gue adalah ke Laboratorium Proteksi, ketemu Pak Heri – yang suka bersih-bersih gedung, konsul alat ke Pak Gintor sampai berbusa, bongkar alat sampai otak rasanya mau meledak, lalu pulang sekitar jam setengah 6 sore, gitu terus sampai hari ini.

Kuliah Kerja NgebucinOù les histoires vivent. Découvrez maintenant