*00. Inilah Awalnya*

14K 1.3K 300
                                    

"Al, kalau kamu cari temen hidup, aku mundur. Tapi, kalau kamu cari cewek yang jago ngabisin duitmu itu, aku maju paling depan."

"HEH!" sosok bernama Al yang baru saja tiba di apartemennya itu membuka sepatu lalu duduk di sofa.

"Ini serius tauk."

"Lo temenan sama gue karena gue kaya?"

"Iya. Btw, kita sahabat! Bukan temen biasa. Iya 'kan?" sembari tersenyum lebar dan memakan kue putri salju yang ada di hadapannya tanpa meminta izin pada Al.

"Pergi sono! Jauh-jauh dari gue." Al mengibas-ngibaskan tangannya, berlagak mengusir Anna.

"Eits. Gak bisa dong. Gue akan selalu nempel sama elo. Eh, Al, gue laper. Makan kebab yok."

"Tuh mulut lagi ngunyah!" Al menyentil kening perempuan itu. "Bisa-bisanya bilang laper."

"Beneran deh gue laper. Em, kita makan sushi, kayaknya enak nih, Al."

"Lo pesen gofut aja dah. Gue lagi males keluar," ujar Al.

Anna menggeleng-gelengkan kepalanya. "Siniin ATM lo aja. Gue beli sendiri."

"Astaga." Al mengepalkan tangan, bersiap akan meluapkan emosinya. Namun, semua itu ia tahan.

"Inget ya, Al. Lo itu hutang nyawa sama gue. Masih inget 'kan? Kakak lo sekarang sehat karena jantung dari siapa?" ungkap Anna yang langsung membuat Al bungkam seribu bahasa dan memilih langsung memberikan ATMnya pada perempuan itu.

"Makasih! Jadi makin sayang deh!"

"Nggak ada yang gratis di dunia ini," gumam Al seraya mengangguk-anggukkan kepalanya, paham. Ia selalu memaklumi segala keinginan dan ucapan 'gila' Anna. "Jangan lupa. Ntar malem lo tidur di sini."

"Beres," Anna mengacungkan jempolnya. "Lo minta jatah? Tumben banget. Gue tuh sebernarnya nggak punya banyak pengalaman, Al. Tapi sabi-lah ya sambil belajar cari pengalaman. Gue anaknya cepat tanggap dan sigap kok. Tenang aja. Lo mainnya pelan-pelan aja. Jangan kasar."

Al menghela napas. Bagaimana bisa ada mahluk berspesies perempuan, tapi kelakuannya tidak ada feminimnya sama sekali? Ditambah lagi ucapan dan tindakannya yang terlalu frontal itu. Padahal parasnya sungguh cantik dan Al yakin, semua laki-laki pasti mengejar-ngejarnya.

"Ann," Al menahan langkah kaki Anna yang akan keluar dari apartemennya ini.

"Apa lagi?"

"Bukan itu yang gue maksud."

"Jatah 'kan? Aman!" perempuan itu dengan buru-buru ingin pergi meninggalkan Al begitu saja setelah mendapatkan apa yang ia mau.

"Ann, kemaren gue make obat itu lagi," ungkal Al dengan lirih yang masih bisa didengar oleh Anna. "Gue mulai kecanduan."

AlannaWhere stories live. Discover now