*09. Cewek Gue*

6.3K 780 57
                                    

"Sakit nggak?"

"Engh, diem. Gue ngantuk," jawab Anna seraya menaikkan selimut di tubuhnya. "Tidur, Al. Jangan minta yang aneh-aneh lagi. Besok gue ada kelas pagi."

"Gue anter. Jangan berangkat sendiri."

"Lo 'kan lagi demam."

"Besok pasti udah sembuh."

"Yakin banget lo?" sinis Anna. Perempuan itu mengerti bahwa Al memang benar-benar sakit. Suhu tubuh Al belum normal, tapi laki-laki itu memang aneh sekali. Kadang manja, kadang juga sok kuat.

"Kan, udah lo kasih vitamin tadi. Hehehe," ujar Al dengan cengirannya yang khas itu.

"Jangan 'hehehe' mulu. Nyeremin tau nggak," Anna membekap mulut Al dengan sebelah tangannya. "Good night."

"Tidur yang nyenyak, Babe. Mimpiin gue, ya." Al mematikan lampu kamarnya lalu menyalakan lampu duduk yang ada di atas nakas.

Mereka berdua tidur layaknya pasangan suami-istri, begitu intim dan mesra. Mereka bangun seperti biasanya, selalu kesiangan dan persis seperti hari-hari yang lalu- selalu ada keributan tentang hal-hal kecil.

Pagi ini, Anna benar-benar sakit perut dan malas untuk memasak. Namun, Al selalu mengeluh perutnya lapar, membuat Anna ingin selalu menoyor kepala laki-laki itu. Pasalnya Al itu bilang jikalau dirinya lapar hampir tiap menit, seakan-akan ia tidak pernah makan selama seminggu. Padahal semalam semangkuk bubur ayam sudah ia habiskan sendiri.

"Lo masak sendiri, gih. Gue nggak laper."

"Yeuh, jahat banget. Cowok disuruh masak sendiri."

"Latihan jadi Papa yang baik. Ntar kalau punya anak, jangan ngandelin istri mulu. Harus mandiri dong," ucap Anna dengan ketus sambil terus memegangi perutnya.

"Lo beneran lagi PMS, ya?" tanya Al yang melihat gerak-gerik Anna mulai tak biasa.

"Kayaknya, sih. Huft. Hari pertama lagi."

Al menghampiri Anna yang sedang duduk sambil terus meneguk segelas air putih dari galon. Saat tubuh Al sudah mendekat dan tangan laki-laki itu akan mengusap puncak kepalanya lagi, Anna langsung menghindar dengan cepat.

"Ann...."

"Gue mandi dulu. Takut telat," kilah Anna mencari-cari alasan dan langsung melesat masuk ke dalam kamar mandi tanpa membawa apa pun. Kesalahan pertamanya! Sungguh ceroboh.

Al hanya bisa menghela napas pasrah dan berjalan ke dapur dengan langkah yang malas-malasan.

"Bikin sandwich aja kali, ya. Gampang," ucap Al pada dirinya sendiri sambil membuka kulkas lalu mengeluarkan beberapa bahan makanan yang ada di sana. "Kenapa gue jadi gampang laper gini, sih? atau mungkin ini efek obat?" gerutu Al, ia merasa heran dengan perutnya yang terus lapar. Laki-laki itu tidak mengada-ada. Saat ia mengatakan lapar, itu berarti Al memang sedang lapar.

"AL! AL!!!!!!" teriakkan Anna yang begitu menggelegar.

"Apaan?" apartemen Al itu ukurannya mini minimalist karena hanya ia saja yang tinggal di sana. Tidak ada ruang kedap suara. Jadi, teriakkan Anna itu mudah terdengar hingga ke ruang dapur.

"AL! AL! ALDI!" panggil Anna lagi. "RENALDI!"

Jarang sekali ada yang memanggil nama depan Al.

Tuh cewek kenapa lagi, sih. Ya Tuhan. Cobaan apa ini pagi-pagi.

Sebelum melangkahkan kaki kembali ke kamar, Al menyempatkan diri menyalakan kompor lalu mengecilkan apinya. Kemudian ia mulai mengambil empat butir telur dan menuangkannya ke dalam mangkuk kecil- tempatnya mengocok telur tersebut.

AlannaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora