*16. You Like Her Better*

3K 661 56
                                    

"Al, gue udah bisa cari uang sendiri deh kayaknya," ujar Anna pada Al saat laki-laki itu baru saja membuka kelopak matanya. Mereka sama-sama baru bangun tidur. Bedanya Anna sudah bangun lima menit lebih awal dari Al.

"Lo masih ngantuk, ya?" Al menguap sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. "Bangun! Udah pagi. Jangan mimpi terlalu lama."

"Ih, gue serius!" Anna bangkit dari tidurnya lalu duduk, ia melemparkannya kaus milik Al pada wajah laki-laki itu. "Pake baju dulu, gih! Ntar masuk angin."

"Gue mau langsung mandi aja," ucap Al lalu langsung berjalan ke kamar mandi dengan bagian atas tubuhnya yang terekspos sempurna.

Anna menelan ludahnya sendiri lalu mengusap wajahnya. Ia menguatkan hatinya untuk tidak mudah luluh pada Al. Perempuan itu tidak mau jatuh cinta. Ia takut. Sangat takut.

Anna belum siap untuk jatuh cinta. Ia tidak siap untuk merasakan bahagia karena cinta. Serta ia juga tidak siap merasakan kesedihan karena cinta.

Bahagia dan sedih itu paket lengkap saat jatuh cinta. Apalagi saat cinta itu berubah menjadi membutakan antara cinta terhadap diri sendiri.

Keluar dari kamar mandi, Anna sudah menyiapkan sarapan untuk Al. Nasi goreng dengan telur mata sapi serta taburan sosis dan boncabe di samping sayurannya.

Lalu ganti Anna yang mandi. Ia mandi dengan cepat karena ingin sesegera mungkin berangkat ke kampus. Hari ini, Anna lebih bersemangat dari hari-hari biasanya. Dan Al pun menyadari hal itu. Dari cara Anna tersenyum, menyisir rambutnya, memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, serta cara perempuan itu makan- semuanya terekam jelas pada indra penglihatan Al.

"Kenapa? Kok kayaknya lagi seneng banget?" tanya Al akhirnya.

"Hah? Enggak kok."

"Nggak mau cerita ke gue, hm?" Al menaruh sendoknya di atas piringnya yang sudah kosong. Sepiring nasi goreng itu sudah habis ia tuntaskan. Al menarik Anna mendekat lalu menggelitiki perempuan itu.

"Ih, geli! Al geli!" teriak Anna. "Tadi gue udah cerita sama elo. Lo nggak percaya sama gue."

"Apa yang udah lo ceritain ke gue? Kok gue nggak denger?" Al mengendus aroma tubuh Anna saat jarak mereka begitu dekat.

Bunyi decitan yang timbul karena kursi meja makan itu bergesekan langsung dengan marmer apartemen itu membuat detak jantung Anna semakin berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Tadi 'kan gue udah bilang, gue kayaknya udah bisa cari uang sendiri," Anna mulai bercerita.

Al selalu suka saat Anna mulai bercerita dari hal-hal kecil atau hal-hal besar yang ia alami. Sorot mata Anna yang ceria dan antuasias itu membuatnya gemas. Al menyelipkan tangannya pada leher jenjang perempuan itu lalu mengusapnya dengan pelan.

"Lo mau kerja?" tanya Al. "Kerja apaan?"

"Kayak jualan online gitu sama Vanilla!" dari cara Anna menjelaskan itu terlihat sekali kalau ia bahagia. "Udah diajarin sama Vanilla dari seminggu yang lalu. Dan akhirnya tadi gue dapet satu pembeli yang fix. Lumayan tahu keuntungannya."

"Lo seneng banget?" tanya Al merasa tidak tega.

"Nanti kalau gue udah bisa dapet uang yang banyak banget, gue pasti bakal nraktir lo makan. Beliin lo Xiboba biar lo tahu kalau boba itu lebih enak dari Starbak!" ungkap Anna dengan suaranya yang terdengar manja ditelinga Al.

Itu pasti melelahkan bagi Anna. Harus cari uang sendiri. Al tidak masalah selalu membagikan uangnya untuk perempuan itu. Al selalu menganggapnya sebagai sedekah kepada yang membutuhkan.

Anna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gue nggak mau selalu ngerepotin lo. Terlalu banyak yang lo kasih ke gue, Al."

"Lo ngomong apa, sih? Gue nggak keberatan sama sekali kok. Lo juga harus gitu," ujar Al.

AlannaWhere stories live. Discover now