*13. Saran Pacar Pura-Pura*

2.9K 650 45
                                    

"Hari ini gue mau pulang ke rumah. Maaf nggak bisa nemenin lo. Lo tidur sendirian ya malam ini."

"Serius lo?! Gue ikut!"

"Gue bisa pulang sendiri. Nyokap gue ultah."

Al menghela napas. "Ya, udah. Kalau itu yang lo mau, mana bisa gue larang."

"Oke. Gue duluan, ya." Anna memang sengaja berpamitan dulu pada Al secara langsung, tidak lewat chat agar tidak ada salah paham di antara mereka.

"Beneran nih nggak mau gue anter? Mumpung gue lagi nganggur," ucap Al, menawarkan diri.

"Nggak usah, Al. Ntar lo ribut lagi sama Nyokap gue," Anna menatap Al dengan tatapan lelahnya. "Nyokap gue emang gila, tapi lo jangan ikut-ikutan gila juga dong di depan Nyokap gue. Yang masih waras, ngalah! Kalau diladenin malah nggak kelar-kelar."

Itu salah satu sebab mengapa Anna tidak mau Al menginjakkan kakinya di rumahnya lagi. Makanya Al selalu menjemput Anna di depan gang rumahnya yang berjarak lumayan jauh agar tidak bertemu dengan sang mama.

Al tidak bisa mengontrol dirinya saat melihat Anna dilukai, sekecil apa pun itu.

"Sorry. Janji deh gue nggak gitu lagi."

"Gak! Gue nggak percaya," gelengan tegas yang Anna berikan membuat Al menyerah untuk merayu perempuan itu. "Udah ya. Nggak usah bahas Nyokap gue lagi. Gue bisa ngurus orang tua gue sendiri."

"Kalau lo butuh bantuan, bilang aja ke gue. Pasti gue bantu, sebisa yang gue mampu."

Anna mengedipkan sebelah matanya. "Gampang itu mah. Tolong bayarin minuman gue ini, ya."

Setelah Anna meninggalkannya di kantin kampus, Al langsung dihampiri oleh empat temannya; Jefri, Tristan, Yoga, dan Devan.

Empat temannya itu sudah ia kasih wejangan kalau Al sedang bersama dengan Anna, maka jangan sekali-kali mendekat padanya. Karena Anna punya trauma saat didekat oleh laki-laki, kecuali Al.

Trauma ketakutannya itu kadang muncul, kadang juga tidak. Tergantung memori ingatannya. Namun, sebisa mungkin Anna terus menghindari kontak fisik dengan laki-laki.

"Kapan lo mau nembak si Anna? Digantung mulu, kek jemuran." Sebagai seorang pengamat kedekatan Al dan Anna dari bangku SMA, Yoga gregetan sendiri melihat duo A itu yang sampai detik ini masih tanpa status.

"Percaya nggak percaya, gue udah nembak dia. Tapi ditolak," ujar Al. Ia mulai bercerita dengan nada suara yang pelan.

"Wow! Lo ditolak sama Anna?  Gila tuh cewek," Devan geleng-geleng kepala. Takjub dengan keberanian Anna yang sudah menolak Al.

"The real definisi dari teman, tapi mesra." Tristan mengusap bahu Al dengan gerakan yang dramatis. "Yang sabar ye. Ditolak emang sesakit itu."

"Ya, mungkin Anna belum siap kali jalin hubungan sama lo," timpal Jefri. "Kalau cewek belum siap, ya jangan dipaksa. Yang ada nanti malah gagal."

Ah, yang baru saja putus dengan pacarnya ikut memberi nasihat Al.

"Kadang kalau nggak dipaksa, si ceweknya nggak bakal mau," Devan memajukan tubuhnya. "Lo tahu nggak kenapa ada beberapa cewek yang suka sama cowok posesif? Badboy? Padahal kalau dipikir-pikir, si cowoknya itu akan amat sangat mengekang si cewek."

"Emangnya kenapa?" tanya Al. Di antara empat temannya itu, memang hanya Al yang otaknya polos akan pengalaman cinta. Masih nol sekali. Belum ada keberhasilan secuil pun dalam hubungannya.

"Ya, karena si cewek merasa tertantang. Terikat!" Devan menjentikkan jarinya. "Kayaknya si Anna belum merasa terikat sama lo, Al. Lo tinggal bikin Anna jadi lebih tertantang sama lo dan jangan buat dia lepas dari lo."

"Masokis bukan, sih?" tanya Yoga.

"Belum sampe ke tahap masokis," Devan kembali melanjutkan. "Gue cuma kasih saran aja nih, ya. Terserah mau lo pake apa enggak saran dari gue. Ya, intinya gue nggak pengin lo selalu dimanfaatin sama cewek-cewek."

Untuk sekadar pengenalan, Al itu bukan hanya baik pada Anna saja. Hampir ke semua perempuan ia akan bersikap baik dan tidak jarang membantunya belajar bersama atau memberikan jawaban dari tugas-tugas secara percuma. Tadi saja Al baru mentraktir temannya Anna karena merasa mempunyai hutang budi beberapa hari yang lalu.

Namun, porsi 'baik' yang Al berikan pada Anna memang lebih besar, daripada semua perempuan yang pernah dekat dengannya.

"Saran gue, sih, lo harus bikin Anna cemburu," tambah Jefri, melengkapi saran dari Devan.

"Hah?"

"Lo pengin tahu 'kan? Si Anna suka atau cinta atau apalah itu sama lo? Ya, salah satu cara buat buktiin Anna punya perasaan apa enggak buat lo- lo harus jalan atau deket atau bahkan pacaran sama cewek lain," jelas Jefri dengan serius.

Al tertawa. "Gue nggak suka drama!"

Aneh-aneh saja. Itu bukan sifat Al. Mana bisa Al seperti itu?

"Dikasih saran malah ngegas. Lo harus coba saran dari gue deh, Al. Beneran! Buat buktiin si Anna ada perasaan lebih dari temen apa enggak buat lo. Gue takutnya lo kejebak sama Anna sampe tahun-tahun berikutnya. Gue itung aja ini lo sama Anna udah ngelewatin 5 tahun tanpa status. Mau sampe berapa tahun lagi coba? 10 tahun?" tukas Jefri, selesai memberi saran Al.

"Lama amat sampe 10 tahun, kayak pinjem KPR," celetuk Yoga.

"Ada benernya juga tuh saran dari Jefri," ucap Tristan setuju. "Ya, kalau pada akhirnya Anna emang nggak ada perasaan lebih dari sekadar temen buat lo, saatnya buat lo move on. Daripada waktu lo terbuang sia-sia buat jagain jodoh orang."

Jagain jodoh orang? Damn it!

"Tapi, gue nggak pernah mainin cewek," keluh Al. Ia merasa tidak tega, jika terlibat dalam hubungan pacaran yang pura-pura. "Gue nggak bisa."

Keempat teman Al itu kompak mendesah kesal. "Come on, Al! Dibawa santai aja. Jangan terlalu serius."

"Cewek itu bukan mainan," semoga Al bisa berpegang teguh dengan prinsip yang ia buat sendiri. "Nggak papa lah gue jagain jodoh orang."

"Ya, elah. Cupu banget lo!" Tristan mengejek dirinya.

"Terserah. Yang penting gue nggak kena karma," ucap Al, membela diri.

"Niat lo 'kan baik. Lo cuma pengin tahu perasaan Anna buat lo tuh kayak gimana. Lagian, anggap aja cewek yang bakal pacaran pura-pura sama lo itu lagi ngelatih mentalnya biar nggak mental brikdens hahaha."

"Hubungi gue aja kalau lo butuh cewek buat nge-test Anna," Jefri bangkit berdiri diikuti oleh ketiga temannya yang lain.

"Eh, bentar. Kira-kira saran dari lo, persentase berhasilnya berapa persen?" tanya Al, sepertinya ia akan berubah pikiran. "Kalau 80% persen berhasil, kayaknya perlu gue coba. Cewek model kek gimana yang perlu gue pacari biar Anna cemburu?"

AlannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang