*06. Pacaran, Yuk!*

4.3K 924 109
                                    

"Lo mau nebeng?" Al langsung to the point. Hanya dengan melihat gerak-gerik perempuan itu saja, Al sudah bisa tahu. "Lo nggak bareng sama Jepri?"

"Gue udah putus sama Jepri," jawab perempuan itu.

"HEH! Kapan?" tanya Al, nada suaranya meninggi bukan karena emosi melainkan karena rasa penasarannya. "Kapan putusnya? Siapa yang mutusin? Lo atau si Jepri, hah?"

Nama aslinya Jeffri, tetapi lidah teman-temannya itu dengan laknat memanggilnya Jepri.

"Emang penting banget ya tanya hal kayak gitu?" ujarnya dengan tidak suka.

"Ya, 'kan gue kepo, Dell."

Sedangkan perempuan yang sedang bersama Al saat ini bernama Adellia Narendra. Jangan tanya dia dari keluarga apa. Keluarganya 11-12 dengan keluarga Mahesa.

"Lurus aja," ucap Dellia dengan tiba-tiba.

"Hah?"

"Gue sekarang udah nggak tinggal di rumah lagi. Kita satu gedung apartemen lho," ujar Adellia menjelaskan, sontak kening Al berkerut. "Cuma beda lantai aja."

Al hanya menaikkan satu alisnya sebagai tanggapan tak terlalu berarti.

"Lo nggak kaget gitu?"

"Kaget, sih. Tapi, lebih ke kepo aja. Ngapain lo? Tumben banget keluarga lo ngizinin lo jauh dari mereka."

Adellia layaknya putri salju yang keberadaannya itu selalu diawasi. Sang putri salju, harusnya selalu berada di tempat yang dingin 'kan? Agar tidak mencair. Itu perumpamaan untuk Adellia. Ia tidak bisa hidup di lingkungan yang sembarangan.

"Gue stres banget gara-gara Jepri," Adellia mulai terbawa suasana. Tinggal dipancing sedikit demi sedikit lagi, pasti ia akan curhat pada Al.

"Jepri buat ulah lagi?" tanya Al seraya menolehkan kepalanya pada Adellia.

"Ya, Jepri habis berantem sama Abang gue. Jadi, Abang gue ketahuan selingkuh. Terus sama Jepri dibilangin ke pacarnya Abang gue. Terus ya gitu deh. Riweh banget pokoknya," Adellia- si gadis cantik jelita itu memiringkan kepalanya. Rambut lurus legamnya yang terlihat lembut, wangi, serta berkilau itu menarik perhatian Al.

Adellia layaknya seorang model dari salah satu merk shampoo. Setiap kepalanya bergerak, maka rambutnya akan terombang-ambing. Salah satu hal yang paling menarik bagi Al selain bentuk tubuh perempuan yang sexy adalah rambutnya. Benar kata pepatah, rambut adalah mahkota perempuan.

"Gara-gara si Jepri ngember banget nih mulutnya. Gue sama Abang gue juga jadi renggang. Kan, harusnya si Jepri nggak usah ikut-ikutan urusan Abang gue."

Al bingung harus menanggapi apa. Jadi, ia hanya diam saja sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Berpura-pura paham dengan curhatan Adellia.

"Baru kali ini gue berontak dari Papa sama Mama dan akhirnya mereka ngizinin gue buat refreshing."

"Tinggal sendirian itu refreshing buat elo?" Al memberhentikan mobilnya tepat di area basement apartemen saat sudah tiba.

"Iya lah. Gue nggak pernah dikasih waktu me time sama keluarga gue. 24 jam harus selalu dalam pengawasan," keluh Adellia dengan embusan napas beratnya. "Thank's ya, Al. Gue mau langsung rebahan di kamar."

"Gue juga capek banget seharian ini banyak kegiatan."

Sebelum mereka berpisah karena beda lift yang akan dinaiki, Adellia meminta satu hal pada Al. "Gue boleh minta tolong nggak?"

Al melirik sekilas ke arah Adellia lalu kembali fokus pada ponsel yang ada di tangannya, ia tengah membalas pesan dari Anna.

"Nggak boleh, ya?" ujar Adellia lagi, merasa diabaikan oleh Al. "Ya, udah, kalau nggak boleh."

AlannaWhere stories live. Discover now