*08. Sakitnya Al (17+)*

8K 944 158
                                    

"Lo sakit apa, sih, Al?" gerutu Anna. "Harusnya lo kalau masih sakit, di rumah orang tua lo aja. Di sana 'kan ada yang bakal jagain dan ngerawat lo sampe sembuh atau opname di rumah sakit aja. Uang lo 'kan banyak tuh."

Al pura-pura lemas, sengaja ia tidak banyak bicara dan sedari tadi hanya rebahan di ranjang empuknya tanpa sekali pun menyentuh ponselnya.

"Al! Kok diem aja, sih?! Gue dari tadi ngomong panjang lebar. Lo denger nggak, sih?" kesal Anna yang merasa Al mengabaikannya. "Gue berasa ngobrol sama tembok."

Bisa-bisanya lo biasa aja, sedangkan cuma gue yang merasa canggung.

"Laper," Al mencoba mencari-cari alasan. "Gue laper, Ann."

"Oke. Lo mau makan apa? Kita delivery aja." Anna mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. "Ada diskon makanan apa, ya, hari ini. Hm."

Selagi Anna melihat-lihat daftar menu makanan yang tertera di aplikasi ponselnya, Al bolak-balik mendengkus kesal. Anna tidak peka!

"Gak," Al sengaja. "Gue pengin lo buatin bubur ayam."

"Beli aja. Lebih gampang."

"Gak. Gue maunya bubur buatan lo."

"Al...."

"Gue lagi sakit, Ann. Jangan ngajak debat deh."

Awalnya Anna tidak percaya, tapi saat Al dengan tiba-tiba menarik tangannya lalu menempelkannya langsung pada kening laki-laki itu, Anna terkejut. Bola matanya membulat.

"Ternyata lo bisa demam juga," respons Anna dengan tatapan matanya yang berubah khawatir.

"Hm," Al hanya berdeham singkat.

"Gue kira lo vampir. Selalu dingin."

"Apaan, sih. Nggak jelas lo," Al menutupi wajahnya dengan bantal. "Laper! Laper! Laper! Argh."

"Iya, iya," Anna langsung bergegas keluar dari kamar Al lalu ke dapur untuk membuatkan bubur sesuai permintaan manja laki-laki itu.

Saat memejamkan mata, isi kepala Al langsung terpusat pada Anna.

Anna baik-baik saja. Di tubuhnya itu tidak ada luka sedikit pun. Apa mungkin beberapa hari ini Anna tidak lagi dipukuli oleh mamanya? Apa mamanya Anna sudah sembuh? Atau mungkin Anna tidak pulang ke rumahnya dan tinggal di apartemen ini?

Al menatap galon air yang ada di kamarnya. Letak dispenser itu tidak jauh dari lemari kecil yang hanya sebagai penghias di sana. Jawaban atas pertanyaannya itu sudah jelas. Ah, tidak. Anna tidak menginap di apartemennya, selama Al tidak ada di sana. Terbukti dari banyaknya air galon yang masih sama. Al hafal sekali dengan kebiasaan-kebiasaan kecil yang Anna lakukan. Sehari Anna bisa menghabiskan hampir setengah galon air- perempuan itu banyak minum.

"WAKTUNYA MAKAN!" teriak Anna layaknya seorang ibu. Ia membawakan satu nampan berisi semangkuk bubur ayam dengan bumbu sederhana yang sebenarnya bagi Al itu tidak enak, tapi ia ketagihan. Di nampan itu juga ada beberapa obat flu serta segela air hangat.

"Suapin," pinta Al.

"Makan sendiri!" titah Anna sambil membaca bungkusan tablet obat flu untuk mengetahui kadar dosisnya.

"Ya, udah," Al merebahkan kembali tubuhnya pada ranjang dan mengapit bantal mininya. "Gue nggak mau makan, kalau nggak lo suapin."

"Astaga. Lo kayak bocah banget dah."

Al memasang raut wajah melasnya. "Gue lagi sakit lho."

"Lo cuma sakit demam! Nggak usah manja!" Anna menarik tubuh Al agar bangkit dari rebahannya dan menyandarkan laki-laki itu pada tumpukan bantal di belakang punggungnya agar ia merasa nyaman.

AlannaWhere stories live. Discover now