"Mau ngapain lo? Mau ikut foto pre-wed sekalian, hah?" sinis Al dengan raut wajah yang tak biasa. Dua lubang hidung Al membesar, itu pertanda kalau laki-laki itu sedang marah. Dua bola matanya senantiasa melotot, menatap tak biasa.
Dan Anna yang tahu tentang hal itu pun menahan tawanya di kedua pipi. Menggemaskan!
"Kok buru-buru pulang, sih, Al? Gue 'kan masih pengin lama-lama ada di sana," ujar Anna yang sedikit ngos-ngosan mengikuti langkah kaki Al menuju ke mobil. "Kak Rere cantik banget tauk!"
Al mengepalkan tangannya. "Masuk," ucapnya dengan nada yang berubah menjadi datar saat membukakan pintu mobil untuk Anna.
Perempuan itu pun memberengut kesal karena Al tiba-tiba ada dalam mode absurd.
Mobil yang dikendarai Al itu pun keluar dari pelataran gedung. Kedua makhluk hidup yang ada di dalam mobil itu saling diam. Anna bolak-balik melirik Al yang tidak berniat membuka mulutnya, tidak ada suara sedikit pun. Bahkan, suara deruan napas Al saja tidak bisa Anna dengar.
Al saat ini benar-benar mirip seperti robot! Kaku. Datar. Dan.... dingin.
"Gue salah apa, sih? Kok lo tiba-tiba marah?" tanya Anna seraya mengguncang-guncangkan lengan kiri Al.
Tahu respons dari Al? Hanya meliriknya saja.
"Al, ngomong dong sama gue. Ih, dasar ngambekan!" celetuk Anna sambil menusuk-nusuk pipi Al dengan gemas. "Sayang...."
"Ssstt! Sekali lagi lo ngomong, gue turunin di sini." Ancam Al.
Anna yang memiringkan kepalanya. "Oke, turunin aja gue di sini. Nggak papa kok. Asalkan kasih gue ongkos buat pulang."
Asalkan ada uang, semua bisa teratasi. Iya, 'kan?
"Nggak bakal sudi gue ngasih lo uang buat ongkos. Ya, langsung gue turunin gitu aja di sini."
"Yakin lo? Emang lo tega sama gue, hm?" Anna mengedipkan sebelah matanya. Sengaja.
Al kadang lupa kalau Anna ini sangat-sangat berbeda dengan perempuan lain. Anna susah sekali diancam atau pun diintimidasi.
"Berisik," komentar Al pada Anna.
"Ya, lagian lo sok-sokan ngambek sama gue segala. Padahal gue nggak ada salah apa-apa. Tiba-tiba narik tangan gue terus ngajak pulang. Gue 'kan masih pengin ngelihatin Kak Re-"
"Dia Kakak gue!" potong Al dengan cepat.
"Iya, gue tahu!" balas Anna dengan nada yang tak kalah tingginya.
"Gue ngga suka lo ngelihatin Kakak gue sampe segitunya," ungkap Al sembari membuang muka. Itu merupakan salah satu hal yang membuat Al risi sedari tadi. Makanya, Al buru-buru menarik Anna menjauh dari sana.
"Kakak lo baik," kata Anna dengan senyuman lalu mengeluarkan gelang emas putih pemberian Rere. "Gue suka."
Mobil Al berhenti sejenak di lampu merah. Waktu senggang itu Al gunakan untuk menatap raut wajah Anna yang tampak gembira sedang memakai gelang di pergelangan tangannya dengan heboh sendiri pada kaca spion tengah.
"Kakak gue udah punya suami. Ya, kali lo suka sama Kakak gue." Entah mengapa Al ingin mengatakan hal itu. Dan kalimat itu sudah tidak mampu ia tahan hanya di bibir saja.
"Hah?" Anna mengerutkan keningnya. "What you say?"
"Lupain. Nggak penting," singkat Al lalu kembali fokus pada setir kemudinya lagi. "Kita cari makan dulu, ya. Gue udah laper."
"Bentar, bentar," Anna mulai paham sesuatu. "Jangan bilang, lo dari tadi marah sama gue karena gue.... deket sama Kak Rere?"
Diamnya Al saat ini membuat Anna menyimpulkan sebagai jawaban 'iya'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alanna
Romance(17+) Al kalah karena perempuan yang dicintainya lebih mencintai perempuan lain. "Al, kalau kamu cari temen hidup, aku mundur. Tapi, kalau kamu cari cewek yang jago ngabisin duitmu itu, aku maju paling depan."