Chapter 4

5.1K 351 7
                                    

Happy reading jangan lupa pebcet votenya dulu ya guys, tandai typonya.

"Huh hah huh." Nadia sampai dikelasnya, mengatur nafas--dadanya naik turun.

"Nadia kok lo pergi gitu aja." ujar Rahma yang baru sampai juga dikelas, dirinya segera menyambar es teh plastikan yang dipegang Wanda.

"Abis marathon dimana." tanya Wanda.

"Bukan marathon, tapi Nadia abis melancarkan misi ndeketin Ketos kita." jawab Rahma.

"Gimana berhasil nggak." tanya Wanda penasaran.

"Apaan belom sampe orangnya udah ngibrit duluan." sahut Rahma.

"Gila lo tadi nggak liat malunya gue minta ampun, gue kira tadi Vano senyum sama gue eh ternyata sama Wawa." Nadia merebut es plastik Wanda dari tangan Rahma, satu untuk semua.

Rahma dan Wanda saling lirik satu sama lain sebelum keduanya tertawa terbahak bahak bersama sampai berlinang airmata.

"Gilaks sumpah gue kalo gue jadi lo, gue udah pindah sekolah sekarang juga, malunya kayak gimana tuh." ujar Wanda.

"Ishh lo." Rahma menimpuk bahu Wanda. "Nggak usah didengerin Nad, nggak papa itu hanya permulaan emang semua yang indah itu butuh ekstra pengorbanan tentunya sekarang lo harus uninstal rasa malu lo mulai sekarang, buat ndeketin Vano itu nggak mudah girl."

"Gini deh Nad gue kasih suatu dorongan buat Lo, kalo misalkan lo sampai berhasil jadian sama si Vano, gue juga bakal macarin dia." tunjuk Wanda ke arah Andi, cowok culun berkacamata tebal yang selalu menyendiri dipojok kelas.

"Okeh deal Nda, beri gue waktu dua bulan buat ndapetin dia." Nadia tertawa jahat bak Ibu tiri.

"Kelamaan kadaluarsa perjanjiannya, 2 minggu, gimana." tantang Wanda.

"Ya okehlah, deal ya." putus Nadia.

Wanda mengangkat sebelah sudutnya, smirk.

"Eh dua minggu itu singkat Nad, gue nggak yakin lo bisa." sahut Rahma meremehkan. Nadia mendelik.

"Eh jangan meragukan kecantikan, keimutan, kepintaran, kejeniusan, kelicikan Nadia ya, kalo gue udah niat gue nggak bakal nyerah sebelum dapat." ujar Nadia tidak terima.

"Lo nggak paham lawan lo Nad, si Wawa saingan berat loh."

"Wah tampak menegangkan, kalo begitu ayo kita riset lawan kita dulu." Nadia menarik tangan Rahma untuk pergi melakukan penyelidikan.

"Good luck girls." Wanda memberikan mengepalkan tangan ke udara memberikan kedua sahabatnya semangat.

🍁🍁🍁

Nadia dan Rahma sudah berhasil menyelinap kedalam kelas 11 Ipa 1 kelas Wawa dan juga Vano. Menurut pengamatan yang Nadia dapat, jarak duduk mereka cenderung dekat sangat mendukung bagi mereka namun bagi Nadia itu hambatan.

Untung saja jam istirahat jadi hanya sedikit yang berada didalam membuat penyamaran Nadia dan Rahma yang dengan wajah ditutupi dengan buku paket yang terbalik menjadi aman. Posisi mereka ada dibelakang, Wawa didepan sedang membaca novel.Mereka nyaris tanpa berkedip terus mengamati Wawa, sampai akhirnya seorang gadis menghampiri Wawa.

"Ke kantin yuk." ajak Puput, teman Wawa.

"Okeh gue masukin novel dulu ya." ujar Wawa dibalas anggukan oleh Puput.

"Brakk."

Mata Rahma dan Nadia bersamaan mendelik setelah melihat adegan mencenggangkan didepan mereka.

Permen, bungga, coklat, dan bahkan surat berwarna warni jatuh berserakan dilantai dari loker meja Wawa saat perempuan itu ingin memasukan novel kedalamnya.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Where stories live. Discover now