Chapter 37

3.2K 236 14
                                    

"Kukira beneran sayang, Eh ternyata gue cuma selingan."

Nadia SC.

Alvaro yang melihat perubahan sikap orang  yang Ia sayangi pun langsung melepaskan tangan Alleta yang bergelayut ditangannya.

"Varo, kamu mau kemana." Alleta hanya berdiri melihat punggung Alvaro dari belakang, pergi meninggalkannya.

Sesampainya dikelas. Alvaro menghampiri Nadia yang pura pura menghapus papan tulis.

Tangan Alvaro mengenggam tangan Nadia yang menghapus papan  tulis.

"Nadia kita perlu bicara."

Nadia pura pura budeg.

"Nadia dengerin gue dulu."

Nadia menoleh ke arah Alvaro.

"Lepasin tangan gue sekarang, gue udah punya pacar gue nggak mau dia salah paham karena gue nggak mau nyakitin perasaannya," ucap Nadia dingin.

"Nggak, gue nggak bakal lepasin sebelum lo jujur ke gue kalo lo sama TM sebenernya nggak ada apa apa kan."

"Gue ada apa apa kok, jelas jelas kita pacaran," jawab Nadia dengan lempeng.

Alvaro mengusap wajahnya frustasi.

"Okeh Nad, lo boleh pukul gue gigit
gue semau lo tapi jangan diemin  gue kayak gini dong, gue nggak bisa hidup kalau kayak gini."

"Nadia  mengernyitkan dahinya.

"76 dari 80 mantan  gue pernah ngomong kayak gitu dan sekarang mereka masih sehat sehat  aja tuh."

Skakmat.

Alleta menyusul Alvaro ke kelas Nadia dan mendapati tangan Nadia yang masih dipegang Alvaro.

Nadia berdekhem lalu melepas paksa  genggaman Alvaro.

"Urusin tuh pacar lo." Nadia melemparkan penghapus kalo papan tulis kayaknya kegedean ke arah Alvaro. Untung Alvaro cekatan.

"Tunggu kita buat clear semuanya sekarang." Alvaro mencekal tangan Nadia yang akan pergi.

"Nggak bisa Ro gue pakenya Pantene."

"Hay mbak kenalin Aku pacarnya Alvaro," ucap Alleta dengan percaya diri.

Bukan itu yang Alvaro inginkan, Alvaro hanya bisa menangis dalam hati. Begitu juga dengan Nadia yang harus tetap keep smile.

"Apaan sih lo Let, Nadia kita berdua cuma- ," ucapan Alvaro terpotong dengan kehadiran Bu Nana, rupanya bell sudah berbunyi dari tadi.

"Alvaro, dan kamu," ucap Bu Nana.

"Saya Alleta Bu, murid baru kelas 11 IPA 1."

"Oh salam kenal ya tapi ini kelas 11 IPA 2, mata kalian masih normalkan buat baca plang depan. Sekarang masuk ke ruang kelas kalian." Ucap Bu Nana dengan penuh penekanan.

Nadia pun juga kembali ke bangkunya. Alvaro pergi dengan mata masih menatap Nadia.

Sialan. Nadia mengecek hapenya yang lupa Ia matikan data serta lupa menyetel mode diam. Alvaro menyepamnya hingga bunyi notifikasi seperti deruan perang.

"Hape siapa itu yang bunyi." Bu Nana menoleh setelah sebelumnya baru nulis soal.

Semua mata tertuju pada Nadia.

Nadia nyengir.

"Maap bu lupa silent, biasa fans pada nyariin."

Bu Nana menghampiri Nadia. Degup jantung Nadia jadi lebih kencang melebihi saat dikirim emot love oleh gebetan.

"Siniin hape kamu, biar ibu pegang." Bu Nana meminta hape Nadia dengan raut garang. Dipegang sama halnya dengan disita.

"Jangan bu, janji deh nggak mainan lagi."

"Nggak ada tapi tapian."

Dengan terpaksa Nadia mengikhlaskan hapenya.

"Nanti ambil surat peringatan buat orangtuamu di ruang Bk sekalian orangtuamu nanti yang ngambil hapenya."

****

Wajah Nadia masam kayak jeruk purut saat dikantin bersama Rahma dan Wanda menikmati siomaynya.

"Gimana ya nanti gue bilang ke nyokap, gue deg degan cuy,"ujar Nadia resah.

"Nggakpapa skuy sekali kali bikin orangtua bangga, kapan lagi lo bikin ulah sampe dipanggil," sahut Wanda.

"Nda lo kayaknya gobloknya ngalir terus kayak pipa rucika, mana ada orangtua yang bangga anaknya kena kasus" ucap Rahma.

"Ya maybe kan."

TM mengedarkan pandangannya mencari gadis yang Ia cari.

"Oh hey," sapa TM pada Nadia.

"Woah." Rahma dan Wanda terkejut lalu keduanya pergi dari meja itu meninggalkan Nadia. "Kita cabut dulu bree."

"Eh njir klean mau kemana."

"Hey Nadia, gue makan disini ya. Ganggu nggak," tanya TM.

"Sebenarnya ganggu banget sih."

"Nggak kok Kak, silahkan." Nadia kembali fokus menyantap makanannya sembari mengeser geser menu hapenya, biar kelihat sok sibuk aja gitu.

Nadia teringat kemarin malam.

"Eh kak, eum anu soal kemarin gue mau ngucapin makasih banget ya, udah mau nganterin sampe pura pura jadi pacar segala, hehehe thanks banget Ka."

"Jadi pacar beneran juga nggak apa apa."

"Uhuk uhuk." Nadia tersedak mie yang Ia makan sampai mienya salah jalur keluar dari hidung Nadia, pedes banget woy. Oh my god Nadia malu banget, mana tersedaknya didepan cogan lagi.

TM menyodorkan minumananya, karena gelas minuman Nadia sudah tandas."Pelan pelan, ini minum."
"Nanti malam ada acara?," tanya TM.

"Gue." Nadia menunjuk pada dirinya sendiri.

TM terkekeh, Nadia lucu.

"Emang ada siapa lagi."

Nadia nyengir dengan mengaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal. Lalu mengaruk dagunya, menatap keatas seolah berpikir.

"Mau nggak ikut ke Club nanti malam?" ajak TM.

Nadia berpikir, sebelumnya Ia kurang minat sih untuk pergi ke Club, Ia juga jarang kesana. Ya tapi gimana lagi Nadia berasa berhutang budi pada TM karena telah mau menolongnya kemarin.

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora